BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dewasa
ini , khususnya bagi para pelajar beranggapan bahwa
matematika adalah ilmu yang memusingkan dan menyulitkan. Ditambah lagi
dengan matematika yang berhubungan dengan Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ). Sebagaimana
para pelajar mengartikan bahwa matematika adalah ilmu hitung menghitung yang
hanya berhubungan dengan angka , sementara IPA adalah ilmu yang berhubungan
dengan lingkungan kehidupan sekitar dan mahluk hidup. Jadi , bagaimana bisa ada
keterkaitan antara kedua ilmu tersebut.
Melihat perkembangan zaman sekarang ini jauh lebih berkembang dari sebelumnya. Khususnya pada bidang Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) , yang mana hal tersebut sangat terkait dengan perkembangan ilmu bahasa dan ilmu hitung-menghitung. Ilmu bahasa disini bukan semata-mata kita berkembang dalam hal bahasa yang biasa kita gunakan setiap hari tetapi ilmu bahasa ini justru lebih mendalam , singkat dan pasti serta dapat digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehrai-hari.
Terkait dengan hal diatas maka melalui makalah ini penulis ingin menyampaikan beberapa kelebihan dan peranan Matematika dalam Ilmu Pengetahuan Alam itu sndiri agar dapat menjadi suatu pegangan untuk kita semua khususnya yang bergelutik di bigang Matimatika.
Melihat perkembangan zaman sekarang ini jauh lebih berkembang dari sebelumnya. Khususnya pada bidang Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) , yang mana hal tersebut sangat terkait dengan perkembangan ilmu bahasa dan ilmu hitung-menghitung. Ilmu bahasa disini bukan semata-mata kita berkembang dalam hal bahasa yang biasa kita gunakan setiap hari tetapi ilmu bahasa ini justru lebih mendalam , singkat dan pasti serta dapat digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehrai-hari.
Terkait dengan hal diatas maka melalui makalah ini penulis ingin menyampaikan beberapa kelebihan dan peranan Matematika dalam Ilmu Pengetahuan Alam itu sndiri agar dapat menjadi suatu pegangan untuk kita semua khususnya yang bergelutik di bigang Matimatika.
B. Rumusan
Masalah
·
Menjelaskan tentang
Hakikat Mipa
·
Menjelaskan tentang
Hakikat Matematika
·
Menjelaskan tentang
Hakikat Ipa
·
Menjelaskan tentang
Nilai – Nilai Ipa
C.
Tujuan
o Memberikan
semangat kepada para pelajar agar tidak menjadikan matematika sebagai suatu
pelajaran yang ditakuti.
o Menjelaskan
kepada para pelajar khususnya dan pada masyarakat umumnya mengenai peranan dan
manfaat matematika dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
o Menjadikan
para pelajar dan masyarakat lainnya mengerti mengenai matematika yang bukan
hanya bergelutik dalam hitung-menghitung saja tetapi juga berhubungan dengan
perubahan gaya bahasa alam dan teknologi yang ada.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Hakikat
Menurut
bahasa artinya kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau asal segala
sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau
yang menjadi jiwa sesuatu.
2.2 Hakikat
MIPA
Matematika
timbul karena pikiran-pikiran manusia berhubungan dengan ide dan penalaran.
Ide-ide yang dihasilkan oleh pikiran-pikiran manusia itu merupakan
sistem-sistem yang bersifat untuk menggambarkan konsep-konsep abstrak, dimana
masing-masing sistem bersifat deduktif sehingga berlaku umum dalam menyelesaikan
masalah. Dari istilah, IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam
sekitas beserta isinya. Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di
alam, peristiwa, dan gejala-gejala yang muncul di alam. Ilmu dapat diartikan
sebagai suatu pengetahuan yang bersifat objektif.
Jadi
dari sisi istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat objektif tentang
alam sekitar beserta isinya. Hakekat MIPA adalah Ide-ide yang dihasilkan oleh
pikiran-pikiran manusia yang bukan hanya bergelutik dalam hitung-menghitung
saja tetapi juga berhubungan dengan ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar
beserta isinya dan teknologi.
A. CIRI
MIPA
a) Pengetahuan
yang sangat terstruktur dalam arti antara bagian yang satu dengan bagian yang
lain terjalin hubungan fungsional yang erat.
b) Karena
itu konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam MIPA akan lebih mudah dikuasai jika
disajikan dalam bentuk terkait satu dengan yang lain dengan simpulan-simpulan
yang jelas.
c) Penerapan
berbagai pengertian dan prinsip MIPA dalam taraf sederhana terhadap masalah
alamiah seringkali memerlukan: keterpaduan berbagai komponen MIPA, dengan
Matematika sebagai dasar logika penalaran dan penyelesaian kuantitatif
sedangkan fisika, kimia, biologi sebagai deskripsi permasalahan yang ada.
d) Untuk
menekuninya diperlukan kecintaan yang dalam terhadap ilmu sebagai suatu sistem
logis yang indah dan ampuh.
2.3 Hakekat
Matematika
A. DEFINISI
MATEMATIKA
Istilah
matematika berasal dari kata Yunani “mathein” atau “ manthenein” , yang
artinya“mempelajari”. Mungkin juga , kata tersebut erat hubungannya dengan kata
Sansekerta “medha” atau “widya” yang artinya “kepandaian” , “ketahuan” . atau
“intelegensi”. Dalam bukuLandasan Matematika , Andi Hakim nasution (1977 :
12 ) tidak menggunakan istilah“ilmu pasti” dalam menyebut istilah ini. Kata
“ilmu pasti” merupakan terjemahan dari bahsa Belanda “wiskunde”.
Kemungkinan besar bahwa kata “wis” ini
ditafsirkan sebagai “pasti” karena di dalam bahasa Belanda ada ungkapan “wis an
zeker”: ”zeker” berarti “pasti” , tetapi“wis” di sini lebih dekat artinya ke
“wis” dari kata “wisdom” dan wissenscaft” , yang erat hubungannya dengan
“widya”. Karena itu , “wiskunde” sebenarnya harus diterjemahkan sebagai “ilmu
tentang belajar” yang sesuai dengan arti “mathein” pada matematika.
Dalam
proses belajar matematika juga terjadi proses berpikir , sebab seseorang
dikatakan berpikir apabila orang itu melakukan kegiatan mental , dan orang yang
belajar matematika mesti melakukan kegiatan mental. Dalam berpikir , orang
menyusun hubungan-hubung antara bagian-bagian informasi yang telah
direkam dalam pikirannya sebagai pengertian. Berikut ini defenisi matematika
menurut beberapa ahli :
1. Kline
(1973) mengatakan bahwa matematika itu bukan pengetahuan yang
menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tapi keberadaannya itu
untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahansosial,
ekonomi, dan alam.
2. Jhonson
dan Rising (1972) menyatakan bahwa matematika adalah pola berpikir,
pola mengorganisasikan pembuktian yang logika; matematika itu adalah
bahasa yang menggunakan istilahyang didefenisikan dengan cermat, jelas,akurat,
representasinya dengansimbol dan padat, lebih berupa bahasa symbol mengenai ide
daripada mengenai bunyi ; matematika adlah ilmu tentang pola, keteraturan
pola atau ide.
3. James
dan James (1976) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang
logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang
berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang
terbagi kedalam tiga bidang, yaitu : aljabar, analisis dan geometri. Namun
pembagian yang jelas amatlah sukar untuk dibuat, sebab cabang-cabang itu
semakin bercampur. Adanya pendapat yang mengatakan bahwa matematika itu
timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan
penalaran yang terbagi menjadi 4 wawasan yang luas yaitu aritmatika, aljabar,
geometrid an analisis.
4. Reys
dkk (1984) mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan
hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu
alat.
Dari
pengertian tersebut , terbentuklah pendapat yang pada akhirnya dapat ditarik
kesimpulan. Dan , tentunya kemampuan berpikir seseorang dipengaruhi oleh tingkat
kecerdasannya. Dengan demikian , terlihat jelas adanya hubungan antara
kecerdasan dengan proses dalam belajar matematika ( Hudojo , 1990 : 5 ).
B. CIRI
KHUSUS
IPA: Kerja
sama antara ekperimen dan teori. teori IPA pemodelan matematis
terhadap berbagai prinsip dasar yang kebenarannya harus diuji dengan eksperimen
yang dapat memberikan hasil serupa dalam keadaan yang sama. Dengan
menggunakan teori dalam IPA orang dapat membuat prediksi (ramalan)
Kuantitatif terhadap suatu prestasi. Pada dasarnya eksperimen
merupakan Suatu proses induktif dalam menemukan prinsip dasar yang
baru danSuatu proses deduktif bagi pengujian teori baru.
Dalam membuat interprestasi hasil eksperimen untuk pengambilan kesimpulan diperlukan kemampuan menggunakan inferensi (kesimpulan) statistik. Inilah yang dikenal dengan metode ilmiah suatu metode yang juga digunakan ilmu – ilmu lain. alam IPA ditekankan pada proses induktif maupun deduktif. alam Matematika terutama menekankan pada proses deduktif yang memerlukan penalaran logis dan aksionatik.
Dalam membuat interprestasi hasil eksperimen untuk pengambilan kesimpulan diperlukan kemampuan menggunakan inferensi (kesimpulan) statistik. Inilah yang dikenal dengan metode ilmiah suatu metode yang juga digunakan ilmu – ilmu lain. alam IPA ditekankan pada proses induktif maupun deduktif. alam Matematika terutama menekankan pada proses deduktif yang memerlukan penalaran logis dan aksionatik.
Matematika
terkenal pula dengan materinya yang sangat hierarkhis sifatnya serta
menghasilkan bahasa yang efisien yang sangat dibutuhkan oleh Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA).Dari segi kemampuan analisis kuantitatif terhadap masalah yang
berkaitan dengan pengajaran MIPA, pemodelan matematis dalam taraf sederhana
dengan menerapkan pemahaman atas berbagai konsep dan prinsip dalam MIPA
merupakan hal yang mutlak perlu dikuasai.
C. Peranan
Matematika Terhadap Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut
dugaan sejarah, kemampuan manusia untuk mulai dapat menulis sama tuanya dengan
kemampuan manusia untuk dapat berhitung, yaitu kurang lebih 10.000 tahun
sebelum masehi. Tulisan itu pada hakekatnya simbol dari apa yang ia tulis.
Berhitung,
pada awal mulanya berbentuk korespondensi persatuan dari onyek yang dihitung.
Misalnya sesorang ingin menghitung berapa jumlah ternaknya, maka ternak itu
dimasukkan ke dalam kandang satu persatu. Tiap ekor diwakili oleh satu batu
kecil, maka jumlah ternaknya adalah jumlah batu kecil itu. Dengan sekantung
batu-batu itu ia dapat mengontrol apakah ada ternak yang belum kembali atau
hilang atau malah bertambah karena beranak.
Jadi,
setiap awal kehidupan manusia matematika itu merupakan alat bantu untuk
mengatasi setiap permasalahan menghadapi lingkungan hidupnya. Sumbangan
matematika terhadap perkembangan IPA sudah jelas bahkan boleh dikatakan bahwa
tanpa matematika IPA tidak akan berkembang. Hal ini disebabkan oleh karena IPA
menggantungkan diri dari metode induksi. Dengan metoda induksi semata tak
mungkin orang mengetahui jarak antara bumi dan bulan atau bumi dnegan matahari,
bahkan untuk menyatakan keliling bumi saja hampir tidak mungkin. Berkat bantuan
matematikalah maka Erathotenes (240 SM) pada zaman Yunani dapat menghitung
besarnya bumi dnegan metode gabungan antara induksi dan deduksi matematika
Adapaun
ahli-ahli matematika yang banyak sumbangannya dalam Ilmu Pengetahuan Alam ,
antara lain :
1
Pythagoras mengadakan
perhitungan terhadap benda-benda berbentuk segi banyak.
2
Apollonius mengadakan
perhitungan pada benda-benda yang bergaris lengkung. Kepler (1609) berjasa
dalam perhitungan jarak predaran yang berbentuk elips dari planet-planet.
3
Galileo (1642) berjasa
dalam menetapkan hokum lintasan peluru , gerak dan percepatan.
4
Huygnes (1695) dapat
memecahkan teka-teki adanya CINCIN SATURNUS , perhitungan tentang kecepatan
cahaya , yaitu 600.000 kali kecepatan suara ( pada masa itu orang beranggapan
bahwa cahaya tak membutuhkan waktu untuk memancar).
Ini
semua adalah sekedar gambaran yang menunjukkan bahwa perkembangan Ilmu
Pengetahuan Alam selalu ditunjang atau secara mutlak membutuhkan tunjangan
matematika.
D. IPA
Kualitatif dan Kuantitatif
Telah
kita ketahui bahwa penemuan-penemuan yang di dapat oleh Copernicus sampai
Galileo pada awal abad ke-17 merupakan printis ilmu pengetahuan. Artinya
bahwa penemuanpenemuan berdasarkan empiris dengan metode induksi yang objektif
dan bukan atas dasar deduksi filosofik. Penemuan-penemuan itu misalnya saja
bahwa di bulan terdapat gununggunung, Yupiter mempunyai 4 buah bulan dan
sebagainya. Penemuan-Penemuan semacam ini kita sebut sebagai ilmu pengetahuan
alam yang sifatnya kualitatif.
Ilmu Pengetahuan Alam yang kualitatif ini
tidak dapat menjawab pertanyaan yang sifatnya kausal atau hubungan sebab akibat
, Ilmu Pengetahuan Alam kualitatif itu hanya mampu menjawab pertanyaan tentang
hal-hal yang sifatnya factual. Untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan tentang
hal-hal yang sifatnya kausal , diperlukan perhitungan secara kuantitatif.
Contoh : misalnya , seseorang memlihara itik dengan makanan tradisional biasa ,
itik bertelur 15 butir dalam sebulan. Kemudian orang itu menambahkan keong
racun sebagai makanan tambahan bagi itiknya , ternyata bertelur lebih banyak ,
yaitu 20 butir sebulan.
Dari
kenyatan ini belum dapat ditarik kesimpulan adanya keong racun menambah telur
itiknya , karena masih bersifat kasus , artinya menambah saja itu suatu
kebetulan terjadi pada seekor itik ( kasusu ). Namun bila percobaan itu
dilakukan terhadap 1.000 ekor iti dan 999 ekor itik berkelakuan seperti kasus
tersebut di atas , maka kemungkinan besar bahwa memang benar itu berlaku umum
sehingga dapat disimpulkan bahwa memang ada pengaruhnya penambahan makanan
keong racun terhadap jumlah telur yang dihasilkan. Kesimpulan yang dapat
ditarik berdasarkan induksi (eksperimentasi ) dan deduksi (perhitungan
matematika atau statistik) : Jadi , Ilmu Pengetahuan Alam Kuantitatif adalah
Ilmu Pengetahuan Alam yang dihasilkan oleh metode ilmiah yang didukung oleh
data kuantitatif ini dapat disebut juga sebagai Ilmu Pengetahuan Alam Modern.
Segala
yang diketahui manusia itu adalah “ Pengetahuan “. Pengetahuan itu dapat
digolongkan menjadi dua bagian , yaitu :
1
Pengetahuan Non-Ilmiah
didapat antara lain dari prasangka coba-coba , intuisi , dan tidak sengaja.
2
Pengetahuan Ilmiah di
dapat dari usaha yang dasar ( sengaja ) dengan syarat : objektif , metodik ,
sistematik , dan berlaku umum.
Peranan
matematika dalam IPA antara lain adalah sebagai factor penunjang untuk memahami
alam semesta dan dapat menjelaskan sesuatu yang tak dapat dijangkau oleh
pengalaman empiric. Contohnya antara lain adalah menghitung besarnya bumi ,
jarak bumi mengelilingi matahari , dan sebagainya.
4.4 Hakikat
IPA
A. Pengertian
IPA
IPA
sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso
(1998:23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan
dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu
teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”
Menurut
kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan”.
Ilmu
adalah pengetahuan yang ilmiah.Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
manusia.Dari dua pengertian tersebut dapat digabungkan yaitu IPA sebagai ilmu
yang mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian-kejadian yang ada di alam
ini.( Soekarno, 1973;1).
IPA
adalah body knowledge. IPA adalah suatu cabang pengetahuan yang mengangkat
fakta-fakta yang tersusun secara sistematis dan menunjukkan berlakunya
hukum-hukum umum. IPA merupakan pengetahuan yang didapat dengan jalan study dan
praktik. IPA juga dapat diartikan sebagai suatu cabang study yang
bersangkut-paut dengan observasi dan klasifikasi fakta-fakta terutama dengan
disusunnya hukum umum dengan induksi dan hipotesis. (Subiyanto,1998:
2).Definisi
lain tentang IPA yang lengkap diberikan oleh Collete (1994:30),
science should be viewed as a way of thinking in the pursuit of understanding
nature, asa way of investigating claims about phenomenon and as body of
knowledge that has resulted from inquiry. (Ilmu Pengetahuan Alam harus
dipandang secara berfikir dalam pencarian tentang pengertian rahasia alam dan
sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari inquiry )
Dari
pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan sekumpulan
pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran
dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen
dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA
merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan
klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang
bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis
data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA meliputi
tiga cakupan yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai
proses dan IPA sebagai sarana pengembangan sikap ilmiah.
o Hakikat
IPA sebagai produk meliputi konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan
teori-teori di dalam IPA yang merupakan hasil rekaan manusia dalam rangka
memahami dan menjelaskan alam bersama dengan berbagai fenomena yang terjadi di
dalamnya. Produk IPA (konsep, prinsip,hokum dan teori) tidak diperoleh
berdasarkan fakta semata, melainkan berdasar-kan data yang telah teruji melalui
serangkaian eksperimen dan penyelidikan.
o Hakikat
IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih
ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan. yaitu dengan
melakukan observasi, mengukur, memprediksi, mengklasifikasi,membandingkan,
menyimpulkan, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen,
menganalisis data, dan mengkomunikasikan hasil penelitian. Dalam pengajaran
IPA, aspek proses ini muncul dalam bentuk kegiatan belajar mengajar. Ada
tidaknya aspek proses ini sangat bergantung pada guru.
o Hakikat
sikap ilmiah adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus
dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari atau mengembangkan
pengetahuan baru. Sikap dapat diklasifikasi ke dalam dua kelompok besar.
Pertama, seperangkat sikap yang bila diikuti akan membantu proses pemecahan
masalah; dan kedua, seperangkat sikap tertentu yang meru-pakan cara memandang
dunia serta berguna bagi pengembangan karir di masayang akan datang (T. Sarkim,
1998:134).
B. Fungsi
Dan Manfaat IPA
Untuk
mengenal apa IPA itu, kita juga dapat menjelaskan melalui segi fungsinya.
Dari berbagai pustaka dapat dirangkum bahwa fungsi IPA itu ada lima, yaitu
untuk:
Membangun
pola berpikir
Dapat
kita simak dari fakta sejarah, bagaimana IPA terbagun dari pola berpikir
manusia yang berkembang dari zaman ke zaman. Di sisi lain, IPA itu sendiri juga
dapat membangun pola berpikir manusia dengan ciri-ciri khusus.
Menjelaskan
adanya hubungan antara berbagai gejala alam
Dalam
menjelaskan sesuatu, IPA mempunyai ciri-ciri yang khusus, yaitu :
§
Analitis, artinya
lengkap mendeskripsikan semua bagian dari objekpenelitiannya, serta hubungan
antara satu bagian dengan bagian lainnya.
§
Logis, artinya dapat
diterima oleh akal.
§
Sistematis, artinya disusun
secara logis dan sistematis sehingga tampak jelas tata urutan serta hubungan
satu dengan yang lain dan jelas pula bahwa tidak ada kebenaran ilmu pengetahuan
yang bertumpang tindih dalam arti berlawanan satu dengan yang lain.
§
Kausatif, maksudnya IPA
menjelaskan mengapa segala gejala alam itu terjadi.
§
Kuantitatif, yang
meliputi tiga arti:
§
Kesimpulan yang diuji
kebenarannya melalui statistika,
§
Penjelasannya disertai
dengan angka-angka dengan besaran hasil pengukuran atau dengan rumusan-rumusan
matematika,
§
Kuantitatif dalam
artiannya yang tak langsung menyatakan kecermatan pengukuran.
Menurut
Carl Hempel ada dua tujuan IPA dalam menjelaskan berbagai gejala alam ini,
yaitu:
§ Untuk
hal yang bersifat praktis, maksudnya untuk kepentingan kesejahteraan umat
manusia.
§ Untuk
memenuhi hasrat ingin tahu.
Meramalkan
Peramalan
dari IPA ini adalah peramalan yang didasarkan atas adanya konsistensi
atau keteraturan dari gejala-gejala alam. Kunci pokok dari sesuatu
yang dapat digunakan untuk meramalkan itu adalah adanya keteraturan yang
konsisten.
Menguasai atau mengontrol alam guna kesejahteraan
manusia
Dengan
IPA orang bisa mengolah sumber daya alam. Orang juga dapat
mendirikan industri-industri untuk menghasilkan barang-barang bagi
kesejahteraan manusia. Dengan IPA orang dapat mempermudah hubungan komunikasi
maupun transportasi. Dengan IPA orang dapat mencegah atau menghindari
malapetaka akibat gejala alam.
Melestarikan berbagai gejala alam
Suatu
gejala alam mungkin sekali tak terulang kejadiannya sehingga IPA dalam hal ini
selaku kumpulan pengetahuan yang logis dan sistematis secara tak langsung
merekam gejala-gejala alam, misalnya kehadiran komet, pergeseran benua,
perubahan flora dan fauna.
Sedangkan maanfaat IPA sendiri adalah untuk mengembangkan sikap ilmiah antara lain:
Sedangkan maanfaat IPA sendiri adalah untuk mengembangkan sikap ilmiah antara lain:
Ø sikap
ingin tahu (curiousity)
Ø sikap
ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)
Ø sikap
kerja sama (cooperation)
Ø sikap
tidak putus asa ( perseverance)
Ø sikap
terbuka untuk menerima (open-mindedness)
Ø sikap
mawas diri (self critism)
Ø sikap
bertanggung jawab (responsibility)
Ø sikap
berpikir bebas (independence in thinking)
Ø sikap
kedisiplinan diri (self discipline)
3 Nilai-Nilai
Ilmu Pengetahuan Alam
« Nilai-Nilai
Sosial dari IPA
1) Nilai
etik dan estetika dari IPA
Ilmu
Pengetahuan Alam mempunyai nilai-nilai etik dan estetika yang tinggi.
Nilai-nilai itu terutama terletak pada sistem yang menetapkan ‘kebenaran yang
objektif’ pada tempat yang paling utama. Adapun proses IPA itu sendiri dapat
dianggap sebagai suatu latihan mencari, meresapkan, dan menghayati nilai-nilai
luhur.
2) Nilai
moral atau humaniora dari IPA
Nilai-nilai
moral atau humaniora dari IPA nampaknya mempunyai dua muka yang
berlawanan arah. Muka yang menuju kepada cita-cita kemanusiaan yang luhur
sedang muka yang lain menuju kepada tindak immoral yang tidak saja dapat
melenyapkan nilai-nilai luhur namun dapat melenyapkan eksistensi manusia itu
sendiri.
IPA
dan teknologi sekedar alat yang sangat tergantung dari manusianya yang berada
di belakang alat itu, untuk apa itu akan digunakan. Dengan kata lain, IPA itu
sendiri adalah ‘suci’, yang tidak suci itu ialah manusianya.
3) Nilai
ekonomi dari IPA
Seorang
ahli IPA, mungkin ia telah bertahun-tahun melakukan suatu penelitian.
Katakanlah ia menemukan suatu kaidah dari suatu fenomena tertentu. Apakah
temuannya itu mempunyai niali ekonomi? Memang tidak dapat dikatakan dengan tegas
karena nilai ekonominya tidak langsung. Ini baru menjadi kenyataan bila temuan
itu dapat digunakan untuk memproduksi sesuatu yang bermanfaat bagi
masyarakat.lain daripada itu, bagi sang penemu, keberhasilannya itu dapat
meningkatkan harga diri atau kepercayaan masyarakat terhadap dirinya. Ini
berarti temuannya itu dapat memberi ‘nilai tambah’ bagi dirinya.
« Nilai-Nilai
Psikologis/Paedagogis IPA
1) Sikap
mencintai kebenaran
IPA
selalu mendambakan kebenaran yaitu kesesuaiannya pikiran dan kenyataan. Oleh
karena itu mereka yang selalu terlibat dalam proses IPA diharapkan mendapatkan
imbas atau dampak positif berupa sikap ilmiah yang demikian itu.
2) Sikap
tidak purbasangka
Kita
boleh saja mengadakan dugaan yang masuk akal (hipotesis) asal dugaan itu diuji
kebenarannya sesuai dengan kenyataannya atau tidak, baru menetapkan kesimpulan.
Dalam kehidupan sehari-hari sikap purbasangka sangat sering menimbulkan bencana
pertengkaran dan hidup ini menjadi tidak tenang dan tidak bahagia.
3) Sadar
bahwa kebenaran ilmu yang diciptakan manusia itu tidak pernah mutlak
Kesimpulan
seorang ilmuwan dapat hanya berlaku untuk sementara atau menyadari bahwa
pengetahuan yang ia dapat itu baru sebagian, maka hal ini akan menjadikan orang
itu bersikap rendah hati dan tidak sombong.
4) Yakin
akan adanya tatanan alami yang teratur dalam alam semesta ini
Dengan
mempelajari tentang hubungan antar gejala alam dan mendapatkan/menemukan adanya
kaidah-kaidah atau hukum-hukum alam yang ternyata begitu konsisten
aturan-aturannya maka orang akan menyadari bahwa alam semesta ini telah ditata
dengan sangat teratur. Hal ini dapat memberikan pengaruh positif untuk
meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
5) Bersikap
toleran atau dapat menghargai pendapat orang lain
Menyadari
bahwa pengetahuan yang ia miliki bersifat tidak mutlak sempurna maka ia dapat
menghargai pendapat orang lain ternyata lebih mengetahuinya atau lebih sempurna
untuk memperbaiki, melengkapi, maupun untuk meningkatkan pengetahuannya.
6) Bersikap
tidak putus asa
Orang-orang
yang berkecimpung dalam IPA, mereka menggali atau mencari kebenaran. Mereka
akan bahagia bila mendapatkan kebenaran yang mereka yakini itu. Apalagi bila
kebenaran itu juga dapat membuat orang lain sejahtera dan bahagia dalam
hidupnya. Oleh karena itu mereka tidak pernah putus asa dan selalu berusaha
untuk mencari kebenaran itu walaupun seringkali tidak memperoleh apa-apa.
7) Sikap
teliti dan hati-hati
Seorang
ilmuwan IPA memiliki sifat teliti dalam melakukan sesuatu serta hati-hati dalam
mengambil kesimpulan ataupun dalam mengelurkan pendapatnya.
8) Sikap
‘curious’ atau ‘ingin tahu’
Para
ilmuwan atau mereka yang berkecimpung dalam IPA akan didorong untuk ingin tahu
lebih banyak, karena ilmu pengetahuan itu merupakan sistem yang utuh sehingga
pengetahuan yang satu akan menunjang untuk mudah memahami yang lain, dan
pengetahuan yang mereka dapatkan tentu akan memberikan ‘reinforcement’ untuk
mendorong mereka mencari tahu lebih banyak.
9) Sikap
optimis
Ilmuwan
IPA selalu optimis, karena mereka sudah terbiasa dengan suatu eksperimentasi
yang tak selalu menghasilkan sesuatu yang mereka harapkan, namun bila berhasil,
temuannya itu akan memberikan imbalan kebahagiaan yang tak ternilai dengan
uang. Oleh karena itu ilmuwan IPA berpendirian bahwa segala sesuatu itu tidak
ada yang tidak mungkin dikerjakan.
C. Keterbatasan IPA
1) IPA
tidak menjangkau untuk menguji kebenaran adanya Tuhan, karena IPA sengaja
membatasi diri pada alam fisik. Tentang hubungan IPA dengan adanya Tuhan
ini ada suatu pernyataan yag menarik dari A.T. Bawden (1957) dalam bukunya
Man’s Physical Universe, yang mngatakan :
“Otak
kita mampu membuat kesimpulan tentang nilai-nilai, tentang adanya tuhan,
tentang adanya kehidupan yangabadi dan sebagainya, namun IPA pada saat ini
belummemiliki cara untuk menguji kebenarannya. Ini tidak berarti bahwa adanya
masalh rahasia yang IPA tak berani menyentuhnya lalumembiarkannya seperti apa
adanya,tetap tinggal diluar kawasan IPA untuk selamanya.ini sebenarnya berarti
bahwa bayak kesimpulan penting dariumat manusia harus diterima atas dasar
percaya sampai dinding tebal dari kebodohan dapat terkuakkan.”
2) IPA
tidak dapat menjangkau secara sempurna tentang objek pengamatannya
3) IPA
tidak menjangkau masalah etika (tata krama) yang mempermasalahkan tingkah laku
yang baik atau buruk. Juga tak menjangkau masalah estetika yang tersangkut paut
dengan keindahan. Juga tidak mungkin tentang sistem nilai.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
MIPA
sebagai suatu kumpulan mata pelajaran, hendaknya jangan hanya dipandang sebagai
:
Sekumpulan
informasi hasil kajian orang terdahulu yang harus diteruskan kepada peserta
didik, tetapi harus pula dipandang.
Sebagai
alat pendidikan yang potensial dapat memberikan uriman (sumbangan) nyata untuk
perwujudan manusia Indonesia yang utuh.
Sebagai
pendidik ialah mengupayakan terwujudnya perkembangan kepribadian peserta didik
dalam dimensi yang lebih luas untuk memberikan iuran (sumbangan)
nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Matematika
merupakan alat bantu untuk mengatasi sebagian permasalahan menghadapi
lingkungan hidupnya. Jadi , MIPA disini berarti bahwa Matematika dalam Ilmu
Pengetahuan Alam ( IPA ) memiliki peran dan hubungan erat baik dalam hal bahasa
maupun hitungan dan sebagainya.
Karena
seperti yang telah diketahui bahwa Matematika itu merupakan bahasa alam ,
sehingga terkait dengan ilmu pengatehuan alam itu sendiri maka tanpa matematika
IPA tidak akan berkembang.
No comments:
Post a Comment