Friday, 5 December 2014

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK

KB 1. Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan
A.    Pengertian Pertumbuhan
Adalah perubahan yang terjadi pada setiap manusia terutama berkaitan dengan fisiknya. Vasta (1992) mengemukakan bahwa panjang bayu menjadi hampir dua kali pada usia 4 tahun.
B.     Pengertian Perkembangan
Santrok dan Yussen (1992), perkembangan adalah pola gerakan atau perubahan yang dimulai pada saat terjadi pembuahan dan berlangsung terus selama siklus kehidupan.
            Isu-isu yang ditelaah tentang perkembangan; Nature dan nurture, yang mempertanyakan tentang penyebab atau sumber terjadinya perubahan dalam perkembangan itu dibawa sejak lahir atau karena pengaruh lingkungan. Continuity dan disontinuity, isu yang mempertanyakan apakah pola perkembangan itu menetap? Apakah karakteristik terdahulu dapat memperkirakan karakteristik berikutnya. Normative dan idiographic, yang mempertanyakan dan membicarakan bahwa perkembangan itu didasari oleh proses internal biologis yang terjadi secara umum dan bahwa perkembangan berlangsung dari suati langkah ke langkah berikutnya (normatif) atau berpusat pada seorang individu anak yang berbeda dari anak lainnya (Vasta, 1992).
C.    Proses Perkembangan
Beberapa hal yang mendasari proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik:

1.            Masa perkembangan yang cepat
2.            Pengaruh yang lama
Bahwa peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman pada tahun-tahun awal memberikan pengaruh yang lama dan kuat terhadap perkembangan individu pada masa-masa berikutnya.
3.            Proses yang kompleks
4.            Nilai yang diterapkan
5.            Masalah yang menarik
Kecerdasan dan temperamen merupakan aspek-aspek yang paling banyak ditelaah yang dalam perkembangannya dipengaruhi oleh faktor keturunan (genetik)
a)  Kecerdasan
Arthur Jensen (1969), kecerdasan itu diwariskan (diturunkan).
Menurut Jensen pengaruh keturunan terhadap kecerdasan sebesar 80%.
b)  Temperamen
Adalah gaya perilaku karakteristik individu dalam merespon.
Tipe dasar temperamen (Thomas & Chess, 1991)

1)    Anak yang mudah umumnya mempunyai suasana hati yang positif dan dapat dengan cepat membentuk kebiasaan yang teratur.
2)    Anak yang sulit cenderung untuk beraksi secara negatif serta sering menangis dan lambat menerima pengalaman baru.
3)    Anak yang lambat untuk dibangkitkan mempunyai tingkat kegiatan yang rendah, kadang negatif, dan penyesuaian diri yang rendah dengan lingkungan atau pengalaman baru.
D.    Fase-fase Perkembangan
            Dalam perkembangan terdapat pertumbuhan. Pola gerakan itu kompleks karena merupakan hasil (produk) dari beberapa proses, yaitu proses biologis (perubahan fisik individu), proses kognitif (perubahan yang terjadi pada individu mengenai pemikiran, kecerdasan dan bahasa), proses sosial (perubahan yang terjadi dalam hubungan individu dengan orang lain, perubahan dalam emosi dan perubahan dalam kepribadian).
            Untuk memudahkan pemahaman tentang perkembangan maka dilakukan pembagian berdasarkan waktu-waktu yang dilalui manusia dengan sebutan fase. Santrok dan Yussen membaginya atas lima fase:
1.       Fase pranatal (saat dalam kandungan)
2.       Fase bayi, fase yang berlangsung sejak lahir sampai 18 atau 24 bln
3.       Fase kanak-kanak awal, fase yang berlangsung sejak akhir masa bayi sampai 5 atau 6 tahun, kadang disebut masa pra sekolah.
4.       Fase kanak-kanak tengah dan akhir, fase sejak kira-kira umur 6 sampai 11 tahun, sama dengan masa usia sekolah dasar.
5.       Fase remaja, transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa awal, yang dimulai kira-kira umur 10 sampai 12 tahun dan berakhir kira-kira umur 18 sampai 22 thn.
Erikson melahirkan teori perkembangan afektif yang terdiri dari tahap:
1       Trust vs Mistrust/kepercayaan dasar (0;0-1;0)
Bayi yang kebutuhannya terpenuhi waktu ia bangun, keresahannya segera terhapus, selalu dibuai dan diperlakukan sebaik-baiknya, diajak main dan bicara, akan tumbuh perasaannya bahwa dunia ini tempat yang aman.
2       Autonomy vs Shame and Doubt/Otonomi (1;0-3;0)
Dimensi autonomy ini timbulnya karena adanya kemampuan motoris dan mental anak. Pada masa ini anak bukan hanya berjalan, tetapi juga memanjat, menutup-membuka, menjatuhkan, menarik dan mendorong, memegang dan melepaskan.
3       Initiatives vs Guilt/Inisiatif (3;0-5;0)
Anak sudah menguasai badan dan geraknya. Ia dapat mengendarai sepeda roda tiga, dapat lari, memukul atau memotong.
4       Industry vs Inferiority/Produktivitas (6;0-11;0)
Anak mulai berpikir deduktif, bermain dan belajar menurut peraturan yang ada. Dimensi psikososial yang muncul pada masa ini adalah sense of industry sense of inferiority.
5       Identity vs Role Confusion/Identitas (12;0-18;0)
Anak sudah menuju kematangan fisik dan mental. Ia mempunyai perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan baru sebagai akibat perubahan tubuhnya.
6       Intimacy vs Isolation (19;0-25;0)
Kemampuan untuk berbagi rasa dan memperhatikan orang lain.
7       Generavity vs Self Absorption/Generasi Berikut (25;0-45;0)
Berarti bahwa orang mulai memikirkan tentang orang lain di luar keluarganya sendiri, memikirkan generasi yang akan datang serta hakikat masyarakat dan dunia tempat generasi itu hidup.
8       Integrity vs Despair/Integritas (45;0…)
Usaha-usaha yang pokok pada individu sudah mendekati kelengkapan, dan merupakan masa-masa untuk menikmati pergaulan dengan cucu-cucu.
Piaget mengemukakan proses perkembangan anak sampai mampu berpikir seperti orang dewasa melalui tahap perkembangan:

a.     Tahap sensori motor (0;0-2;0)
Kegiatan intelektual pada tahap ini hampir seluruhnya mencakup gejala yang diterima secara langsung melalui indra.
b.     Tahap praoperasional (2;0-7;0)
Pada tahap ini perkembangan sangat pesat. Lambang-lambang bahasa yang dipergunakan untuk menunjukkan benda-benda nyata bertambah dengan pesatnya.
c.      Tahap operasional konkret (7;0-11;0)
Kemampuan berpikir logis muncul pada tahap ini. Mereka dapat berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah.
d.     Tahap operasional formal (11;-15;0)
Tahap ini ditandai dengan pola berpikir orang dewasa. Mereka dapat mengaplikasikan cara berpikir terhadap permasalahan dari semua kategori, baik yang abstrak maupun konkret.
Tugas perkembangan menurut Robert J. Harvighust adalah sebagian tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan individu, yang merupakan keberhasilan yang dapat memberikan kebahagiaan serta memberi jalan bagi tugas-tugas berikutnya.
Tugas perkembangan pada masa kanak-kanak:
1.       belajar berjalan
2.       belajar makan makanan padat
3.       belajar mengendalikan gerakan badan
4.       mempelajari peran yang sesuai dengan jenis kelaminnya
5.       memperoleh stabilitas fisiologis
6.       membentuk konsep-konsep sederhana tentang kenyataan sosial dan fisik
7.       belajar menghubungkan diri secara emosional dengan orang tua, kakak, dan orang lain
8.       belajar membedakan yang benar dan salah
Tugas perkembangan masa anak:




1)    mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan tertentu
2)    membentuk sikap tertentu terhadap diri sendiri sebagai organisasi sedang tumbuh
3)    belajar bergaul secara rukun dengan teman sebaya
4)    mempelajari peranan yang sesuai dengan jenis kelamin
5)    membina keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung
6)    mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
7)    membentuk kata hati, moralitas dan nilai-nilai
8)    memperoleh kebebasan diri
9)    mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok dan lembaga sosial

Tugas perkembangan masa remaja:
1.     memperoleh hubungan-hubungan baru dan lebih matang dengan yang sebaya dari kedua jenis kelamin
2.     memperoleh peranan sosial dengan jenis kelamin individu
3.     menerima fisik diri dan menggunakan badan secaa efektif
4.     memperoleh kebebasan diri melepaskan ketergantungan diri dari orangtua
5.     melakukan pemilihan dan persiapan untuk jabatan
6.     memperoleh kebebasan ekonomi
7.     persiapan perkawinan dan kehidupan berkeluarga

Tugas perkembangan masa dewasa awal:
a)     memamilih pasangan hidup                  
b)    belajar hidup dengan suami atau istri
c)     memulai kehidupan berkeluarga
d)    membimbing dan merawat anak
e)     mengolah rumah tangga
f)      memulai suatu jabatan
Tugas perkembangan masa setengah baya:

a)       memperoleh tanggung jawab sosial dan warga negara
b)      membangun dan mempertahankan standar ekonomi
c)       membantu anak remaja untuk menjadi orang dewasa
d)      membina kegiatan pengisi waktu senggang orang dewasa
e)       membina hubungan dengan pasangan hidup sebagai pribadi
Tugas perkembangan orang tua:
a)       menyesuaikan diri dengan menurunnya kesehatan dan kekuatan fisik
b)      menyesuaikan diri terhadap masa pensiun dan menurunnya pendapatan
c)       menyesuaikan diri terhadap meninggalnya suami/istri
d)      menjalin hubungan dengan perkumpulan manusia usia lanjut
e)       memenuhi kewajiban sosial dan sebagai warga negara
f)        membangun kehidupan fisik yang memuaskan

KB 2. Hukum-hukum Perkembangan
A.    Hukum Perkembangan
Carol Gestwicki (1995) mengemukakan prinsip dasar perkembangan
1.       Hukum konvergensi
Perkembangan merupakan hasil interaksi faktor-faktor biologis (kematangan) dan faktor-faktor lingkungan (belajar)
2.       Hukum tempo perkembangan
Perkembangan pada suatu tahap merupakan landasan bagi perkembangan berikutnya.
3.       Hukum masa peka
Dalam perkembangan terdapat waktu-waktu yang optimal.
4.       Hukum rekapitulasi
Stanley Hall mengemukakan bahwa perilaku dan perkembangan anak merupakan rekapitulasi dari evolusi spesies (manusia).
5.       Perkembangan maju berkelanjutan merupakan kesatuan yang salaing berhubungan
6.       Setiap individu berkembang sesuai dengan waktunya masing-masing
7.       Dalam perkembangan terdapat urutan yang dapat diramalkan
8.       Proses pertumbuhan menghasilkan sepuluh prinsip dasar pertumbuhan (Hukum rekapitulasi (Sutterly dan Donnely):
1.     Pertumbuhan adalah kompleks dan semua aspek-aspeknya berhubungan sangat erat
2.     Pertumbuhan mencakup hal-hal kuantitatif dan kualitatif
3.     Pertumbuhan adalah proses yang berkesinambungan dan terjadi secara teratur
4.     Pada pertumbuhan dan perkembangan terdapat keteraturan arah
            Perkembangan lain terjadi pada simetri kiri dan kanan yang disebut perkembangan bilateral. Tanner (1965) menyatakan bahwa manusia terdapat asimetri dalam simetri, secara eksternal bagian kiri (badan) manusia hampir menjadi cerminan bagian kanan; bagaimanapun secara internal organ-organ tubuh adalah asimetri.
5.       Tempo pertumbuhan tidak sama
6.       Aspek-aspek yang berada dari pertumbuhan berkembang pada waktu dan kecepatan yang berbeda
7.       Kecepatan dan pola pertumbuhan dapat dimodifikasi oleh faktor-faktor intrinsik dan ekstrinsik
8.       Pada pertumbuhan dan perkembangan terdapat masa-masa kritis
9.       Pada suatu organisme ada kecenderungan untuk mencapai potensi perkembangan yang optimal
10.  Setiap individu tumbuh dengan caranya sendiri yang unik

KB 3. Pengaruh Berbagai Faktor dalam Perkembangan Manusia
A.    Teori Kematangan
            Menurut Gesell keterampilan berjalan, berbicara dan belajar membaca terjadi sebagai akibat perkembangan biologis anak. Kesiapan biologis merupakan faktor dominan dalam memampukan anak untuk belajar.
B.     Teori Perkembangan Kognitif/Konstruktivisme
1.            Jean Piaget
Hasil kajian Piaget tentang kognisi menunjukkan bahwa anak-anak mempunyai tahap pemahaman yang berbeda pada usia yang berbeda pula. Teori perkembangan kognitif menunjukkan bahwa interaksi anak dengan lingkungan dan pengorganisasian kognitif dari pengalaman menghasilkan kecerdasan.
2.            Lev V. Gotsky
Dia meyakini baha anak-anak membentuk, membangun atau mengkonstruk pengetahuan. Menurutnya, interaksi sosial memegang peran penting dalam belajar
3.            Teori behaviorisme
Menurut para ahli behaviorisme baru, faktor kritis dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah lingkungan dan kesempatan untuk belajar. Menurutnya, jika lingkungan ditata untuk memfasilitasi ketercapaian perilaku yang dikehendaki maka akan dipengaruhi untuk mencapai perilaku yang seharusnya.
4.            Teori belajar sosial
Seperti Albert Bandura, menyatakan bahwa banyak perilaku yang tidak dipelajari melalui pembentukan tetapi berkembang melalui reaksi dan interpretasi individu terhadap situasi.
Modul 2
Karakteristik dan Kebutuhan Peserta Didik Usia Sekolah Dasar

KB 1. Pertumbuhan Fisik atau Jasmani serta Perkembangan Intelektual dan emosional
A.    Pertumbuhan Jasmani Selama Pertengahan Masa Kanak-kanak
1.      Tingkat pertumbuhan
2.      Nutrisi dan pertumbuhan
3.      Kesehatan dan kebugaran anak
B.     Beberapa Aspek Kesehatan dan Kebugaran Masa Kanak-kanak
1.      Obesity
Anak yang diadopsi ternyata mempunyai korelasi positif dengan orang tua aslinya, namun tidak ada korelasi sama sekali dengan orang tua yang mengadopsinya (A.J. Stunkard, Foch & Hrubec, 1986).
2.      Kondisi medis pada masa kanak-kanak
3.      Penglihatan
4.      Kesehatan gigi
5.      Kebugaran anak
C.    Perkembangan Intelektual dan Emosional
1.      Perkembangan intelektual
a.       Perkembangan kognitif: tahap operasi konkret Piaget
Kadang-kadang anak usia antara 5-7 tahun memasuki tahap operasi konkret, yaitu pada waktu anak dapat berpikir secara logis mengenai segala sesuatu.
b.      Berpikir operasional
Menurut Piaget pada tahap ketiga, anak-anak mampu berpikir operasional: mereka dapat mempergunakan berbagai simbol, melakukan berbagai bentuk operasional, yaitu kemampuan aktivitas mental sebagai kebalikan dari aktivitas jasmani yang merupakan dasar untuk mulai berpikir dalam aktivitasnya.
c.       Konservasi
Adalah salah satu kemampuan yang penting yang dapat mengembangkan berbagai operasi pada tahap kongkret. Atau kemampuan untuk mengenal atau mengetahui bahwa dua bilangan yang sama akan tetap sama dalam substansi berat atau volume selama tidak ditambah atau dikurangi.
2.      Perkembangan emosional

KB 2. Perkembangan Bahasa, Sosial, Moral, dan Sikap
A.    Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, periode linguistik (0-1 tahun) dan linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah anak mengucapkan kata-kata yang pertama.
Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar:
1.      Fase satu kata atau holofrase
Anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kompleks.
Misal kata duduk, bagi anak dapat berarti mau duduk, kursi tempat duduk dll
2.      Fase lebih dari satu kata
Muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata
3.      Fase ketiga adalah fase diferensiasi
Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesuai dengan jenisnya.
Jenis-jenis bahasa:
a.       Bahasa tubuh
b.      Bicara
Bagi anak, bicara tidak sekedar merupakan prestasi akan tetapi juga berfungsi untuk mencapai tujuanya, misalnya:
1)      sebagai pemuas kebutuhan dan keinginan
2)      sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain
3)      sebagai alat untuk membina hubungan sosial
4)      sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri
5)      untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan oranglain
6)      untuk mempengaruhi perilaku orang lain
c.       Potensi anak berbicara didukung oleh beberapa hal
1)      kematangan alat berbicara
2)      kesiapan berbicara
3)      adanya model yang baik untuk dicontoh
4)      kesempatan berlatih
5)      motivasi untuk belajar dan berlatih
6)      bimbingan
B.     Perkembangan Sosial, Moral, dan Sikap
1.      Perkembangan sosial
Ganjaran atau hukuman yang diberikan orang tua terhadap anaknya dapat diuraikan sebagai berikut:
a.       Ganjaran
Fungsi hadiah:
1)      memiliki nilai pendidikan
2)      memberikan motivasi kepada anak
3)      memperkuat perilaku
b.      Hukuman
1)      Fungsi hukuman
a)      Fungsi resktriktif
Dengan diberikannya suatu hukuman kepada anak, ini berarti bahwa pengulangan perilaku yang tidak diharapkan dalam masyarakat tidak akan terjadi lagi.
b)      Hukuman sebagai fungsi pendidikan
c)      Hukuman sebagai penguat motivasi
2)      Syarat-syarat hukuman
a)      sebaiknya hukuman segera diberikan kepada anak yang membuat kesalahan dan patut mendapat hukuman
b)      diberikannya secara konsisten
c)      hukuman yang diberikan harus bersifat konstruktif
d)     hukuman yang diberikan bersifat impersonal
e)      dalam memberikan hukuman harus disertai alasan
2.      Perkembangan moral dan sikap
Proses pembentukan perilaku moral dan sikap anak:
a.       Imitasi (imitation)
Pada umumnya anak mulai mengadakan imitasi sejak usia 3 tahun
b.      Internalisasi
Adalah suatu proses yang merasuk pada diri seseorang (anak) karena pengaruh sosial yang paling mendalam dan paling langgeng dalam kehidupan orang tersebut.
c.       Introvert dan Ekstrovert
Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya, minat, sikap. Ekstrovert adalah kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian keluar dirinya, sehingga segala minat, sikap dan keputusan yang diambil lebih banyak ditentukan oleh orang lain
d.      Kemandirian
e.       Ketergantungan
f.       Bakat (aptitude)
Faktor utama yang dapat mempengarui tampilnya bakat anak:
1)      faktor motivasi, berkaitan dengan daya juang anak untuk mencapai suatu sasaran tertentu.
2)      faktor nilai atau value, berkaitan dengan bagaimana seseorang memberi arti terhadap hasil pekerjaan yang sesuai dengan bakatnya
3)      konsep diri
anak yang memiliki konsep diri yang positif selalu berusaha berinteraksi secara timbal-balik dengan sukses yang merupakan aktualisasi bakatnya.

KB 3. Perbedaan Individu Anak Usia Sekolah Dasar
A.    Perbedaan Pada Perkembangan Fisik
Perkembangan motorik pada anak laki-laki dan perempuan usia SD
Usia
Perilaku yang terpilih
1
Dalam gerakan anak perempuan lebih superior dan teliti, sedangkan pada anak laki-laki lebih superior dalam kekuatan, dan beberapa tindakannya kurang kompleks.
2
Keseimbangan dengan berdiri satu kaki tanpa memperhatikan kemungkinannya. Anak-anak dapat berjalan melangkah lebar dengan seimbang
3
Memiliki kekuatan menggenggam secara ajeg dengan tekanan 6 kg
4
Anak perempuan dapat melompat setinggi  21 cm, sedangkan anak lelaki dapat sampai 10 inci
5
Anak laki-laki dapat melompat setinggi 150 cm, sedangkan anak perempuan melompat setinggi 135 cm

B.     Perbedaan Pada Perkembangan Moral
1.      Piaget dan tahapan moral
Tahap pertama, hambatan moralitas juga disebut (heteronomous morality), bercirikan kekakuan, penyesuaian yang sederhana.
Tahap kedua, moralitas kerja sama juga disebut (autonomous morality), bercirikan moral yang fleksibel (kenyal).
Dua tahap perkembangan moral menurut Piaget
Aspek Moralitas
Hambatan Moralitas
Kerja sama Moralitas
Pandangan
Seorang anak memandang suatu tindakan baik atau buruk dan berpendapat bahwa tiap orang melihatnya dengan cara yang sama
Anak-anak dapat menggantikan orang lain. Mereka tidak absolut dalam penyesuaian, tetapi melihatnya dari beberapa sudut pandang
Kesungguhan
Anak menyesuaikan tindakan dengan penuh tanggung jawab, bukan karena ada motif di belakangnya
Beberapa tindakan penyesuaian anak berdasarkan kesungguhan bukan karena konsekuensi
Peraturan
Anak-anak tunduk pada peraturan sebab sakral dan tidak dapat diubah
Anak-anak mengenal bahwa peraturan dibuat oleh manusia dan dapat diubah oleh manusia
Hukuman
Anak sangat takut pada hukuman
Anak lebih bersifat lunak terhadap hukuman yang dikompensasikan dengan pengorbanan dan pertolongan
2.      Koherlberg dan alasan moral
Koherlberg melukiskan tiga tingkatan alasan moral:
Tingkat 1,     Pra-conventional morality (anak usia 4-10 tahun) anak masih dibawah pengawasan orang tua dan lain-lain, tunduk pada peraturan untuk mendapatkan hadiah atau menghindari hukuman.
Tingkat 2,     Conventional morality (anak usia 10-13 tahun) anak telah menginternalisasikan figur kekuasaan standar. Mereka patuh terhadap peraturan untuk menyenangkan orang lain.
Tingkat 3,     Post-conventional morality (anak usia 13 tahun atau lebih) moralitas sepenuhnya internal. Dewasa ini orang-orang telah mengenal beberapa konflik standar moral dan memilih di antara standar tersebut.
C.    Perbedaan Kemampuan
Tahap-tahap persahabatan
Tahapan
Usia
Karakteristik
0.     Persahabatan sementara
3-7
Anak-anak bersifat egosentris, mereka berpikir hanya mengenai sesuatu yang mereka inginkan dari hubungan
1.         Bantuan satu arah
4-9
Anak-anak membatasi teman sebagai seseorang yang mau mengerjakan sesuatu sebagaimana dilakukan temannya
2.         Dua cara, bekerja sama
6-12
Persahabatan melibatkan masalah menerima dan memberi namun masih ada unsur membedakan kepentingan diri daripada kepentingan orang lain
3.         Keintiman
9-15
Anak-anak memandang persahabatan seperti sesuatu yang berlangsung lama, sistematik
4.        Kebebasan secara otomatis
12-dst
Anak-anak saling menghargai kebutuhan temannya untuk keduanya saling bergantung atau memiliki otonomi

KB 4. Jenis-jenis Kebutuhan Anak Usia Sekolah Dasar
A.    Jasmaniah
Berkaitan dengan kebutuhan pemeliharaan dan pertahanan diri, anak usia SD memasuki tahapan perkembangan moral dan sosial yang memperhatikan pemuasan keinginan dan kebutuhannya sendiri tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain.
Hurlock (1978) mengemukakan bahwa disiplin berguna bagi anak untuk:
1.      Memberikan rasa aman kepada anak, dengan memberitahukan kepada mereka secara tegas apa yang boleh dilakukan dan tidak dilakukan.
2.      Berusaha belajar bersikap sesuai dengan cara yang akan mendatangkan pujian yang ditafsirkan sebagai tanda penerimaan dirinya.
3.      Mendorong anak mencapai apa yang diharapkan dari dirinya, jika disiplin tersebut sesuai dengan perkembangan dirinya.
4.      Membantu anak mengembangkan hati nuraninya, dan mengasah intuisi dalam dirinya.
B.     Kasih Sayang
C.    Memiliki
Pada masa usia di kelas-kelas rendah di SD, anak-anak sudah mulai meninggalkan dirinya sebagai pusat perhatian. Anak-anak ini akan cenderung mengikuti aturan dari kelompok bermainnya/setia, dan juga menggantungkan dirinya kepada kelompok tersebut.
D.    Aktualisasi Diri
Anak usia kelas tinggi di SD mulai ingin merealisasikan potensi-potensi yang dimilikinya sehingga anak berusaha memenuhi kebutuhan tersebut dengan sikap persaingan, atau berusaha mewujudkan keinginannya yang biasanya terdengar sangat tinggi dan muluk seperti ingin jadi juara tinju, pembalap dan sebagainya.

Modul 3
Karakteristik dan Kebutuhan Peserta Didik Usia Sekolah Menengah

KB 1. Pertumbuhan Fisik serta Perkembangan Intelektual dan Emosional
A.    Pertumbuhan Fisik/Jasmani
Perbedaan profil perkembangan fisik antara siswa SLTP dengan siswa SLTA
No.
Siswa SLTP (Remaja Awal)
Siswa SLTA (Remaja Akhir)
1.
Laju perkembangan secara umum berlangsung secara pesat
Laju perkembangan secara umum menurun, sangat lambat
2.
Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering kurang seimbang
Proporsi ukuran tinggi dan berat badan lebih seimbang mendekati kekuatan tubuh orang dewasa
3.
Munculnya ciri-ciri sekunder
Siap berfungsinya organ-organ reproduksi
4.
Gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan
Gerak-geriknya mulai mantap
5.
Aktif dalam berbagai jenis cabang permainan yang dicobanya
Jenis dan jumlah cabang permainan lebih selektif
B.     Pertumbuhan Intelektual
Perbedaan profil perkembangan intelektual antara siswa SLTP dengan siswa SLTA
No.
Siswa SLTP (Remaja Awal)
Siswa SLTA (Remaja Akhir)
1.
Proses berpikirnya sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal
Sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal disertai kemampuannya membuat generalisasi
2.
Kecakapan dasar umum menjalani laju perkembangan yang terpesat
Tercapainya titik puncak
3.
Kecapakan dasar khusus mulai menunjukkan kecenderungan-kecenderungan lebih jelas
Kecenderungan bakat tertentu mencapai titik puncak dan kemantapannya

C.    Perkembangan Emosional
Semakin kuat perhatian orang tua terhadap kehidupan remaja, akan semakin tinggi prestasi yang diraihnya di sekolah (Dianne Pappalia, 1992).

KB 2. Perkembangan Sosial, Moral dan Sikap
A.    Perkembangan Sosial, Moralitas dan Sikap
Perbedaan profil perkembangan pemikiran sosial dan moralitas antara siswa SLTP dengan siswa SLTA
No.
Siswa SLTP (Remaja Awal)
Siswa SLTA (Remaja Akhir)
1.
Diawali dengan kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan keinginan bergaul dengan banyak orang tetapi bersifat temporer
Bergaul dengan jumlah teman yang terbatas dan selektif
2.
Adanya ketergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi
Ketergantungan kepada kelompok sebaya berangsung fleksibel
3.
Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruhorang tua dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tuanya
Mulai dapat memelihara jarak dan batas-batas kebebasannya mana yang harus dirundingkan dengan orang tuanya
4.
Dengan sikapnya dan cara berpikinya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya
Sudah dapat memisahkan antara nilai-nilai dengan kaidah-kaidah normatif yang universal dari para pendukungnya yang mungkin dapat berbuat keliru atau kesalahan
B.     Perkembangan Pemikiran Politik
Perkembangan pemikiran remaja hampir sama dengan perkembanga moral, karena memang keduanya berkaitan erat.
Pemikiran politiknya tidak didasarkan atas prinsip seluruhnya atau tidak sama sekali, sebagai ciri kemampuan pemikiran moral tahap tinggi, tetapi lebih banyak didasari oleh pengetahuan-pengetahuan politik yang bersifat khusus.

C.    Perkembangan Agama dan Keyakinan
Perbedaan profil perkembangan agama dan keyakinan antara siswa SLTP dengan siswa SLTA
No.
Siswa SLTP (Remaja Awal)
Siswa SLTA (Remaja Akhir)
1.
Mengenai eksistensi sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptis
Eksistensi dan sifat kemurahan serta keadilan Tuhan mulai dipahami dan dihayati
2.
Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan mungkin didasarkan atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya
Penghayatan dan pelaksanaan kehidupan keagamaan sehari-hari mulai dilakukan atas dasar kesadaran dan petimbangan hati nuraninya sendiri yang tulus ikhlas
3.
Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidupnya
Mulai menemukan pegangan hidup yang definitif
Thomas Hobbes (1588-1679 dalam Sigelman dan Shaffer, 1995:29) berpendapat bahwa anak-anak secara alamiah adalah berperilaku nakal, pengganggu dan sebagainya. Sebaliknya Jean Jacques Rousseau (1712-1778) berpendapat anak secara alamiah adalah baik, sejak lahir naluriah anak mampu membedakan mana perilaku yang baik dan buruk.
Filosofi dari Inggris, John Locke (1632-1704) terkenal dengan teori tabula rasa. Anak bagaikan kertas putih yang menunggu untuk ditulisi melalui pengalamannya. Locke menyangkal bahwa anak itu sejak lahir baik atau buruk, tetapi ia akan berkembang bergantung pada pengalaman yang ia peroleh.
Menurut penganut konvergensi bahwa perilaku manusia dipengaruhi baik oleh pembawaan maupun oleh lingkungan. Tokohnya William James. Teori inilah yang dianut oleh kebanyakan ahli saat ini.
Menurut Papalia dan Olds faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu dapat dikategorikan ke dalam faktor internal melawan faktor eksternal, dan pengaruh normatif melawan pengaruh bukan normatif. Faktor internal, faktor pembawaan sejak lahir yang disebut heredity. Faktor eksternal, faktor yang berpengaruh terhadap diri individu yang berasal dari lingkungan.
Menurut Urie Bronfenbrenner (Papalia dan Olds, 1992:9) terdapat empat tingkatan pengaruh lingkungan yang merentang dari lingkungan yang paling intim sampai lingkungan yang sangat global:
1.     Pengaruh lingkungan sistem mikro, lingkungan kehidupan sehari-hari, seperti lingkungan sekolah, rumah, pergaulan dengan orang tua, guru, teman sebaya.
2.     Pengaruh lingkungan sistem meso, keterkaitan antarvariasi tingkatan sistem yang melibatkan individu di dalamnya.
3.     Pengaruh lingkungan sistem exo, institusi lingkungan yang lebih besar, seperti pengaruh sekolah, pengaruh media massa, bahkan pengaruh lingkungan pemerintahan.
4.     Pengaruh lingkungan yang paling luas, pengaruh sistem makro. Ada keterkaitan erat pengaruh dari kebudayaan, pengaruh agama, pendidikan, politik dan pengaruh keadaan sosial ekonomi terhadap perkembangan individu.
Pada masa sekolah menengah ini merupakan masa krisis yang disebut the best of time atau the worst of time (Conger dalam Abin Syamsuddin M, 1996:91). Kalau individu mampu mengatasi berbagai tuntutan yang dihadapi secara integratif, ia akan menentukan identitasnya yang akan dibawanya menjelang masa dewasanya. Sebaliknya, kalau gagal ia akan berada pada krisis identitas (identity crisis) yang berkepanjangan.

KB 3. Perbedaan Individu Anak Usia Sekolah Menengah
A.    Perbedaan Kemampuan
B.     Perbedaan dalam Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah dengan cepat, tepat dan mudah. Heim memberi batasan tentang perilaku inteligen sebagai consisting of grasping the essentials… seseorang dikatakan memiliki perilaku inteligen sekiranya memiliki kemampuan untuk memahami hal-hal penting dari situasi yang dihadapi, dan mampu memberikan pemecahan yang lebih baik dibanding dengan yang lain. Indikator perilaku inteligen menurut Whiterington (Abin Syamsuddin M, 1996), antara lain:
1.     Kemudahan dalam menggunakan bilangan
2.     Efisiensi dalam berbahasa
3.     Kecepatan dalam pengamatan
4.     Kemudahan dalam mengingat
5.     Kemudahan dalam memahami hubungan
6.     Imajinasi
Vernon mencoba menjelaskan tentang intelegensi dlaam tiga kategori yaitu biologis (kemampuan individu dalam mengadaptasi diri terhadap rangsangan lingkungan, dalam arti menekankan pada kemampuan untuk mengemas perilaku baik secara terang-terangan maupun tersamar sebagai hasil dari pengalaman), psikologis (lebih menekankan pada efisiensi mental dan kapasitas pemahaman abstrak yang diperlukan dalam menggunakan bahasa simbol) dan operasional (melibatkan spesifikasi perilaku inteligen secara lebih rinci dan menemukan cara mengukur spesifikasi yang dimaksudkan.
Tokoh yang berkecimpung dalam pengembangan tentang teori intelegensi antara lain, Thurstone, Spearmen, Gulford, dan Howard Gardner.
Klasifikasi tingkat kemampuan umum (Intelegensi)
IQ
Persentase dari Populasi
Klasifikasi
140 ke atas
1
Genius (jenius)
130-139
2
Very superior (sangat
120-129
8
Unggul
110-119
16
Superior (unggul
100-109
23
Average
90-99
23
Normal
80-89
16
Dull average (mendekati normal)
70-79
8
Borderline (lambat)
C.    Perbedaan dalam Kepribadian
Kepribadian menurut Allport (Sumadi Suryabrata, 1988:240) adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Dalam pandangan Erikson (Gage Berliner) masa remaja adalah masa Sturm und Drang (masa angin-anginan). Pada tahapan ini terjadi beberapa penangguhan dalam pengintegrasian unsur-unsur kepribadian.
Murray mengelompokkan kebutuhan menjadi dua kelompok besar, yaitu viscerogenic dan psychogenic. Kebutuhan viscerogenis adalah kebutuhan secara fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, bernafas dan lain sebagainya yang berorientasi pada kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Kebutuhan psychogenic adalah kebutuhan sosial atau social motives.
Murray memilahkan kebutuhan sosial menjadi 20 kebutuhan:
1.     Abasement Needs (n Aba), kebutuhan untuk tidak berdaya, merendah apabila berbuat keliru, menerima cercaan atau celaan orang lain.
2.     Needs for Achievement (n Ach), kebutuhan berprestasi yaitu kebutuhanuntuk melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh, dorongan untuk mencapai hasil sebaik mungkin.
3.     Needs for Affiliation (n Aff), kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain seperti teman sebaya, setia kawan.
4.     Needs for Aggression (n Agg), kebutuhan untuk melakukan tindakan kekerasan, menyerang pandangan yang berbeda dengan dirinya.
5.     Autonomy Needs (n Aut), kebutuhan untuk bertindak secara mandiri
6.     Counteraction, kebutuhan untuk mencari bentuk yang berbeda dari yang telah mapan.
7.     Defendance needss, kebutuhan untuk bergantung pada diri sendiri.
8.     Deference needss (n Def), kebutuhan meniru orang lain.
9.     Needs for Dominance (n Dom), kebutuhan mendominasi
10.                        Exhibition (n Exh), kebutuhan pamer diri.
11.                        Order, kebutuhan teratur.
12.                        Sentience, kebutuhan mencari dan menikmati sesuatu yang sensual.

Modul 4
Karakteristik dan Kebutuhan Peserta Didik Usia Dewasa

KB 1. Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Intelektual
A.    Pertumbuhan Fisik
B.     Pertumbuhan Intelektual
Menurut Schaine, perkembangan kognitif merupakan transisi dari “apa yang ingin saya ketahui” (what I need to know). Proses transisi oleh Chaine dibagi atas lima tahap berikut:
1.      Tahap pemerolehan (aquisitive), berlangsung pada masa anak dan remaja
Anak dan remaja telah menguasai pengetahuan dan keterampilan. Sebatas menguasai tetapi pengetahuan dan keterampilan tersebut belum digunakan untuk kepentingan hidupnya dalam masyarakat.
2.      Tahap penguasaan (achieving), berlangsung pada usia 20-an sampai awal 30-an
Menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang dikuasainya untuk mencapai keunggulan dan kemandirian.
3.      Tahap tanggung jawab (responsible), pada usia akhir 30-an sampai akhir 60-an
Menggunakan pengetahuan dan pemikirannya untuk memecahkan masalah.
4.      Tahap eksekutif (executive), pada usia 30-an atau 40-an sampai awal 60-an
Individu mempunyai tanggung jawab yang luas, bukan hanya dalam unit keluarga, tetapi juga dalam sistem kemasyarakatan.
5.      Tahap reintegrasi (reintegrative), pada usia 60 tahun ke atas
Orang dewasa sudah tidak disibukkan oleh tugas dan tanggung jawab
C.    Perkembangan Moral
Tahap-tahap perkembangan moral pada wanita dewasa menurut Gilligan:
Tahap 1. Orientasi terhadap keberadaan diri
Wanita lebih mengonsentrasikan hidupnya pada keberaaadaan dan kepentingan dirinya, kepada apa yang baik dan berguna bagi dirinya. Perubahan yang terjadi adalah perubahan dari mementingkan diri kepada tanggung jawab.
Tahap 2. Kebaikan sebagai pengorbanan diri
Mereka mulai menyadari tentang tanggung jawabnya terhadap orang lain, serta mulai melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan pengorbanan
Tahap 3. Moralitas tidak berbuat kekerasan
Terjadi perubahan atau perkembangan kesadaran dari tidak mau menyakiti orang lain dan menyakiti dirinya kepada prinsip persamaan.

KB 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orang Dewasa
7 kebiasaan hidup sehat yang perlu dilakukan oleh orang dewasa untuk memelihara kekuatan fisik:
1.      sarapan pagi
2.      makan secara teratur
3.      makan secukupnya
4.      tidak merokok
5.      tidak meminum minuman yang mengandung alkohol
6.      olahraga secukupnya
7.      tidur secara teratur 7-8 jam
faktor yang ikut menentukan kuat tidaknya rasa keagamaan orang dewasa:
1.      jenis kelamin
wanita lebih berminat pada agama dari pada pria
2.      kelas sosial
golongan kelas menengah cenderung lebih tertarik agama
3.      lokasi tempat tinggal
4.      latar belakang keluarga
5.      minat religius teman-teman
6.      pasangan dari iman yang berbeda
7.      kecemasan akan kematian
8.      pola kepribadian
faktor yang mempengaruhi minat dan aktivitas sosial orang dewasa:
a.       mobilitas sosial
semakin besar keinginan orang dewasa untuk meningkatkan status sosialnya semakin giat pula ia berusaha melibatkan diri dengan organisasi
b.      status sosial ekonomi
c.       lamanya tinggal dalam suatu kelompok masyarakat
d.      kelas sosial
e.       lingkungan
f.       jenis kelamin
pria yang telah menikah lebih bebas berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan sosial di luar rumah
g.      umur kematangan seksual
h.      urutan kelahiran
i.        keanggotaan dari tempat beribadah
Ciri-ciri kepribadian orang dewasa yang tampak dalam interaksi dengan lingkungannya:
1.      Karakter yang mengacu pada konsekuen tidaknya dalam melakukan aturan etika perilaku.
2.      Temperamen yang mengacu pada cepat atau lambatnya mereaksi terhadap rangsangan yang datang
3.      Sikap, yang mengacu pada positif atau negatif atau ambivalensinya sambutannya terhadap objek-objek
4.      Stabilitas emosional, yang mengacu pada mudah tidaknya tersinggung marah
5.      Tanggung jawab, yang mengacu pada menerima atau cuci tangan
6.      Sosiabilitas, yang mengacu pada keterbukaan atau ketertutupan dirinya
Witherington menunjukkan lebih terperinci dari indikator-indikator perilaku inteligen:
1.      Kemudahan dalam menggunakan bilangan
2.      Efisien dalam berbahasa
3.      Kecepatan dalam pengamatan
4.      Kemudahan dalam mengingat
5.      Kemudahan dalam memahami hubungan
6.      Imajinasi

KB 4. Kebutuhan-kebutuhan Orang Dewasa
Menurut Maslow, kebutuhan-kebutuhan orang dewasa digolongkan ke dalam tingkatan:
1.      Kebutuhan yang bersifat biologis
2.      Kebutuhan rasa aman
3.      Kebutuhan sosial
4.      Kebutuhan akan harga diri
5.      Kebutuhan untuk berbuat yang terbaik
Orang dewasa memiliki empat kebutuhan (Morgan):
1.      Kebutuhan untuk melakukan suatu aktivitas
2.      Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain
3.      Kebutuhan untuk mencapai hasil
4.      kebutuhan mengatasi kesulitan
Lima belas aspek kebutuhan orang dewasa (Murray dan Edwards):
1.      Kebutuhan berprestasi (achievement)
2.      Kebutuhan rasa hormat (deference)
3.      Kebutuhan keteraturan (order)
4.      Kebutuhan memperlihatkan diri (exhibition)
5.      Kebutuhan otonomi (autonomy)
6.      Kebutuhan afiliasi (affiliation)
7.      Kebutuhan intrasepsi (intraception)
8.      Kebutuhan berlindung (succorance)
9.      Kebutuhan dominan
10.  Kebutuhan merendah (abasement)
11.  Kebutuhan memberi bantuan (nurturance)
12.  Kebuthan perubahan (change)
13.  Kebutuhan ketekunan (endurance)
14.  Kebutuhan heteroseksual
Dorongan untuk bepergian dengan lawan jenis
15.  Kebutuhan agresi
Dorongan untuk menyerang pandangan yang berbeda

Tugas-tugas perkembangan masa dewasa:
1.      Tugas-tugas perkembangan masa dewasa/muda
a.       mengembangkan sikap wawasan dan pengalaman nilai-nilai agama
b.      memperoleh atau memulai suatu pekerjaan
c.       memilih pasangan
d.      mulai memasuki pernikahan
e.       belajar hidup berkeluarga
f.       mangasuh dan mendidik anak
g.      mengelola rumah tangga
h.      memperoleh kemampuan dan kemantapan karier
i.        mengambil tanggung jawab atau peran sebagai warga masyarakat
j.        mencari kelompok sosial yang menyenangkan
2.      Tugas-tugas perkembangan masa dewasa madya
a.       memantapkan pengalaman nilai-nilai agama
b.      mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga negara
c.       membantu anak yang sudah remaja untuk belajar menjadi orang dewasa
d.      menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan
e.       memantapkan keharmonisan hidup berkeluarga
f.       mencapai dan mempertahankan prestasi
g.      memantapkan peran-perannya sebagai orang dewasa
3.      Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa lanjut (masa tua)
a.       lebih memantapkan diri dalam mengamalkan norma
b.      mampu menyesuaikan diri dengan menurunnya kemampuan fisik
c.       menyesuaikan diri dengan masa pensiun
d.      menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
e.       membentuk hubungan dengan orang lain yang seusia
f.       memantapkan hubungan yang lebih harmonis dengan anggota keluarga

Modul 5
Bagian otak yang mengatur hubungan pada indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengenal rasa dan penciuman adalah corpus collosum.
Karakteristik umum kesulitan yang dialami anak berkelainan fisik:
1.      Kesulitan memproses, terjadi bila gangguan syaraf menghambat diterimanya informasi atau untuk mengungkap sesuatu secara memadai
2.      Kesulitan dalam motivasi terjadi bila kebutuhan akan usaha pribadi berinteraksi dengan image diri dan percaya diri, yang berakibat pada berbagai motivasi
3.      Kesulitan berpartisipasi terjadi bila gangguan fisik menghambat kemampuan anak untuk bergabung dalam kegiatan kelas.
Beberapa kelainan fisik:
1.      Cerebral Palsy, ketidaknormalan gerakan dan postur karena gangguan atau ketidakmatangan otak (Denhoff). Cerebral palsy sebagai akibat dari kerusakan gangguan otak dapat ditelusuri, mungkinkarena adanya kerusakan fisik (trauma) atau oleh penyebab lain yang tidak langsung misal kekurangan oksigen, contol lain, epilepsi adalah bagian dari cerebral palsy.
2.      Spina Bifida, gangguan saraf
Gangguan saraf pada spina bifida terpusat, sedangkan pada cerebral palsy gangguannya menyebar.
Gangguan lain yang terjadi pada spina bifida dan sering memerlukan bantuan operasi (pembedahan) adalah hydrocephalus.
3.      Epilepsi, gangguan saraf yang mempengaruhi pendidikan anak.
Convulsion adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang bila gangguan pada bagian otak tertentu.
IQ normal menurut skala Binet dari Amerika Serikat adalah antara 61-100.
Klasifikasi berdasarkan IQ pada ketidakmampuan intelektual
Tingkat ketidakmampuan
Menurut skor Binet
Menurut skor Wechsler
Ringan
68-52
69-55
Sedang
51-36
54-40
Parah
35-
39-

Menurut Bower, siswa yang emosinya terganggu mempunyai karakteristik:
1.      Ketidakmampuan belajar, yang tidak dapat diterangkan dengan faktor kesehatan intelektual dan sensori
2.      Ketidakmampuan membangun dan mempertahankan hubungan interpersonal dengan teman dan gurunya
3.      Bentuk perilaku dan perasaan yang tidak memadai tapi berada di bawah normal
4.      Menunjukkan ketidakbahagiaan dan berada dalam suasana depresi

Peserta Didik Autis
Selain faktor genetik dan lingkungan yang tercemar populasi, pandangan yang lebih mendapat dukungan ilmuwan mengungkapkan bahwa kelainan sistem kerja otak, terutama pada lapisan korteks serbral, serebelum dan sistem limbik merupakan penyebab autistik pada anak.
1.      Karakteristik anak autis
Menurut pengklarifikasian Lauren B. Alloy, dkk, dalam Abnormal Psychology, empat karakteristik anak autis; isolasi diri, keterbelakangan mental, kemampuan bahasa rendah, dan perilaku menyimpang.
Ciri (khas) perilaku anak autis:
a.       Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara
b.      Anak tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang lain dan tidak mempunyai empati
c.       Pemahaman anak sangat kurang
d.      Kadangkala anak mempunyai daya ingat yang sangat kuat
e.       Anak mengalami kesukaran dalam mengekspresikan perasaannya
f.       Memperbaiki perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan
2.      Stategi pembelajaran anak autis
Strategi pembelajaran sebagaimana dikemukakan Wina Sanjaya adalah perencanaan yang berisi serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.. pilihan strategi yang digunakan beranjak dari strategi individual sampai pada penggunaan strategi kelompok, bagi anak yang telah menunjukkan adanya peningkatan kemampuan.
Dalam uji coba dan penerapannya, strategi yang kerap digunakan untuk anak autis mengacu pada teori A-B-C (autecendent-behavior-consequence) yang diperkenalkan psikologi Loovas atau dikenal applied Behavior analysis (ABA). Strategi ini dimulai dengan instruksi atau antecedent atau pra-kejadian, yakni pemberian instruksi kepada anak baik berupa perintah meniru, pertanyaan atau visual. Setelah 3-4 detik, anak diharapkan akan memberikan behavior (perilaku) atau respon sesuai dengan instruksi. Untuk membuat respon anak bertahan makan diperlukan consequence atau akibat; baik berupa reinforcemenet (penglihatan), prompt (bantuan) kepada anak untuk memberikan jawaban yang benar.

No comments:

Post a Comment