KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Adapun yang menjadi judul makalah adalah “Stratifikasi Sosial” dan “masyarakat perkotaan dan pedesaan”
dalam makalah ini membahas tentang
pengertian stratifikasi sosial, bentuk-bentuk stratifikasi sosial,
faktor-faktor pembentuk stratifikasi sosial, ukuran stratifikasi sosial,
unsur-unsur dalam stratifikasi sosial, dan dampak stratifikasi sosial.”.
Serta Makalah ini menjelaskan tentang pengertian dan ciri-ciri dari masyarakat
perkotaan dan masyarakat pedesaan serta hubungannya antara masyarakat perkotaan
dengan masyarakat pedesaan.
Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Ilmu Sosial Dasar dan umumnya bagi masyarakat.
Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Ilmu Sosial Dasar dan umumnya bagi masyarakat.
Tujuan saya
menulis makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas dari dosen yang membimbing
saya dalam mata kuliah Ilmu Sosial Dasar.
Dalam makalah ini saya juga
menyadari masih banyak kekurangan yang menyebabkan makalah ini menjadi
tidak sempurna, baik dalam penulisan maupun isinya, untuk ini dengan hati yang
terbuka saya menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga makalah
ini bermanfaat, khususnya bagi mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Ilmu
Sosial Dasar.
Maros,18 desember 2013
Hasmirah
DAFTAR ISI
BAB I
STRATIFIKASI
SOSIAL
A.
Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial (Social Stratification) berasal dari
kata bahasa latin “stratum” (tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti
lapisan. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan
penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat. Beberapa
defenisi Stratifikasi Sosial menurut para ahli:
a. Pitirim A. Sorokin
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan
penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat
(hierarki). ) Perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan
kelas-kelas yang lebih rendah. Menurut Sorokin, dasar dan inti dari lapasan-lapisan
dalam masyarakat adalah tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan
kewajiban-kewajiban, dan tanggung-jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya
diantara anggota masyarakat.
b.
Max Weber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki
menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
c.
Cuber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola
yang ditempatkan di atas kategori dari hak-hak yang berbeda
d.
Drs. Robert. M.Z. Lawang
Sosial Stratification adalah penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu system social tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis
menurut dimensi kekuasaan, privilese, dan prestise.
Pemahaman antara stratifikasi sosial dan kelas sosial sering
kali di samakan, padahal di sisi lain pengertian antara stratifikasi sosial dan
kelas sosial terdapat perbedaan. Penyamaan dua konsep pengertian stratifikasi
sosial dan kelas sosial akan melahirkan pemahaman yang rancu. Stratifikasi
sosial lebih merujuk pada pengelompokan orang kedalam tingkatan atau strata
dalam heirarki secara vertical. Membicarakan stratifikasi sosial berarti mengkaji
posisi atau kedudukan antar orang/sekelompok orang dalam keadaan yang tidak
sederajat. Adapun pengertian kelas sosial sebenarnya berada dalam ruang lingkup
kajian yang lebih sempit, artinya kelas sosial lebih merujuk pada satu lapisan
atau strata tertentu dalam sebuah stratifikasi sosial. Kelas sosial cenderung
diartikan sebagai kelompok yang anggota-anggota memiliki orientasi polititik,
nilai budaya, sikap dan prilaku sosial yang secara umum sama.
Dengan demikian, dapat saya simpulkan bahwa stratifikasi sosial
merupakan pembedaan masyarakat atau penduduk berdasarkan kelas-kelas yang telah
ditentukan secara bertingkat berdasarkan dimensi kekuasaan, previllege (hak
istimewa atau kehormatan) dan prestise (wibawa).
B. Sistem Stratifikasi sosial
Sistem stratifikasi sosial dalam
masyrakat ada yang bersifat terbuka dan ada yang bersifat tertutup.
Stratifikasi sosial yang terbuka ada kemungkinan anggota masyarakat dapat
berpindah dari status satu ke status yang lainnya berdasarkan usaha-usaha
tertentu. Dengan demikian berarti dalam sistem Sistem stratifikasi terbuka,
setiap anggota masyarakat berhak dan mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan
kemampuan sendiri untuk naik status, atau mungkin juga justru stabil atau turun
status sesuai dengan kualitas dan kuantitas usahanya sendiri.
Dalam Sistem stratifikasi ini biasanya
terdapat motivasi yang kuat pada setiap anggota masyarakat untuk berusaha
memperbaiki status dan kesejahteraan hidupnya. Sistem stratifikasi terbuka
lebih dinamis dan anggota-anggotanya cenderung mempunyai cita-cita yang tinggi.
Pada Sistem stratifikasi sosial tertutup terdapat pembatasan kemungkinan untuk
pindah ke status satu ke status lainnya dalam masyarakat. Dalam sistem ini
satu-satunya kemungkinan untuk dapat masuk ada status tinggi dan terhormat
dalam masyarakat adalah karena kelahiran atau keturunan. Hal ini jelas dapat
diketahui dari kehidupan masyarakat yang mengabungkan kasta seperti di india
misalnya:
a) Keanggotaan
pada kasta diperoleh karena warisan/ kelahiran.
Anak yang lahir memperoleh kedudukan
orang tuanya.
b)
Keangotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup, oleh karena seseorang
tak mungkin mengubah kedudukannya, kecuali bila ia
dikeluarkan dari kastanya.
c) Perkawinan
bersifat endogam, artinya harus dipilih dari orang yang kekasta.
d) Hubungan
dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.
e) Kesadaran
pada keanggotaan suatu kasta yang tertentu, terutama nyata dari nama kasta, identifikasi anggota pada kastanya,
penyesuaian diri yang ketat terhadap norma-norma kasta dan lain sebagainya.
f)
Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.
g) Prestise
suatu kasta benar-benar diperhatikan.
Ada juga yang namanya Stratifikasi campuran. Stratifikasi
campuran, diartikan sebagai sistem stratifikasi yang membatasi kemungkinan
berpindah strata pada bidang tertentu, tetapi membiarkan untuk melakukan
perpindahan lapisan pada bidang lain
Dengan demikian, stratifikasi terbagi menjadi tiga kelompok,
yaitu stratifikasi tertutup, terbuka maupun campuran. Stratifikasi tertutup
yaitu seseorang ketika sudah tergolong menjadi kelas tinggi, dia tidak akan
menjadi kelas bawah dan sebaliknya. Stratifikasi terbuka yaitu seseorang yang
berada dikelas bawah bisa naik ke kelas atas dengan usahanya yang
bersungguh-sungguh. Sedangkan stratifikasi campuran yaitu seseorang awalnya
dihormati karena terdapat didalam kelas atas, namun tiba-tiba berbalik arah
karena harus menyesuaikan tempat ia tinggal.
Lapisan-lapisan dalam masyarakatdapat bersifat :
1.Closed Sosial Stratification
(Lapisan-lapisan Sosial yang tertutup)
2.Open Sosial Stratification
(Lapisan-lapisan Sosial yang terbuka)
3.Lapisan-lapisan
Sosial yang sengaja disusun.
1.
Stratifikasi
Sosial yang bersifat tertutup.
Di dalam lapisan-lapisan
Sosial yang tertutup, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota dari suatu
lapisan dalam masyarakat adalah karena kelahiran ( keturunan,dalam
lapisan-lapisan Sosial yang tertutup dengan jelas di lihat dalam masyarakat
India yang berkasta, masyarakat Bali, dan didalam masyarakat feodal serta dalam
masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan rasial.
2.
Startifikasi sosial yang bersifat
terbuka
Di dalam
stratifikasi sosial yang bersifat terbuka, sifat individu, anggita masyarakat
mempunyai kesempatamn untuk berusaha dengan kecakapan sendiri (prestasi) untuk
naik lapisan atau bagi mereka yang beruntung (tak berprestasi)jatuh dari
lapisan yang atas kelapisan dibawahnya. Pada umumnya sistem terbuka ini memberi
perangsang yang lebih besar kepada sikap anggota masyarakat untuk
memperkembangkan kecakapannya / prestasinya, karena itu sistem tersebut sesuai
untuk dijadikan landasan pembangun masyarakat.
3. Stratifikasi Sosial yang sengaja
dibentuk
Bahwa didalam masyarakat ada lapisan-lapisan sosial yang
sengaja disusun atau dibentuk yaitu ada dalam suatu organisasi formil.
C. Dimensi stratifikasi sosial
Diantara lapisan atasan dengan yang terendah, terdapat
lapisan yang jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan atasan tidak hanya
memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat. Akan tetapi,
kedudukannya yang tinggi itu bersifat kumulatif. Artinya, mereka yang mempunyai
uang banyak akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan juga mungkin
kehormatan. Ukuran atau kriteria yang bisa dipakai untuk menggolong-golongkan
anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut:
1.
Ukuran Kekayaan
siapa yang memiliki
kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut
misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya,
cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya.,
kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.
2. Ukuran
Kekuasaan
Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai
wewenang terbesar menempati lapisan atasan.
3. Ukuran
Kehormatan
kehoramatan tersebut
mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan kekuasaan. Orang yang paling
disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini,
banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah
golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
4.
Ukuran Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang-kadang
menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif kerana ternyata bahwa bukan
mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi gelar kesarjanaanya. Sudah
tentu hak yang demikian memacu segala macam usaha untuk mendapatkan gelar,
walaupun tidak halal.
Ada
empat yang mendorong seseorang untuk disegani maupun dihormati dalam konteks
stratifikasi sosial. Yang pertama adalah kekayaan. Dengan adanya suatu
kekayaan, orang akan membeli apa saja yang dia mau. Yang kedua adalah
kekuasaan. Kekuasaan akan digunakan sebagai penundukan seseorang yang berada dibawahnya.
Yang ketiga adalah kehormatan, dimana seseorang akan disegani oleh masyarakat
jika ia adalah tokoh utama dan yang di sepuhkan di masyarakat itu. Yang keempat
adalah ilmu pengetahuan, jika seseorang pendidikannya tinggi dan dia sudah
mendapatkan gelar doktor maupun magister, secara tidak langsung akan ada rasa
sistem kelas terhadap seseorang yang tidak pernah sama sekali menduduki bangku
sekolah.
D.
Bentuk-bentuk stratifikasi sosial:
suatu pelapisan sosial itu terjadi berdasarkan suatu
kriteria tertentu, dan dengan berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, maka
dapatlah bentuk-bentuk strata sosial antara lain sebagai berikut:
4z1
1)
Kriteria biologis
a.
Menurut jenis kelaminnya, maka ada:
·
Golongan laki-laki
·
Golongan wanita, selain itu ada juga
sejumlah individu yang banci.
b.
Menurut umurnya:
·
Golongan anak-anak
·
Golongan dewasa
·
Golongan tua
2)
Kriteria Geografis / Territorial
Dapat
digolongkan atas : masyarakat desa, masyarakat kota (kota kecil, kota
madya, dan kota besar)
3)
Kriteria Ekonomis
Yaitu berdasarkan hak milik penduduk, maka terdapat
stratifikasi Sosial dalam tiga kelas :
·
Kelas Ekonomi Tinggi
·
Kelas Ekonomi Menengah
·
Kelas Ekonomi Rendah
4)
Kriteria Status / Jabatan
Berdasarkan kriteria jabatan terdapatlah lapisan-lapisan
:
·
Golongan Status Sosial Tinggi
·
Golongan Status Sosial Menengah
·
Golongan Status Sosial Rendah
·
Golongan bukan pegawai / pejabat
5)
Kriteria Politis
Dalam
kriteria politis, yang utama adalah golongan yang menganut aliran politik,
yaitu anggota partai politik dan
gerakan masa,yang lain adalah golongan non partai.
Dari
golongan partai politik terdapat Strata Sosial :
a.
Golongan pemegang kekuasaan politik
tingkat pusat (pemimpin pusat) berkedudukan di ibu kota negara.
b. Golongan
pemegang kekuasaan politik tingkat daerah (tk. I / propinsi)
c. Golongan
pimpinan Partai tingkat Cabang
Stratifikasi
Sosial yang berdasarkan status jabatan / politik, terdapatlah heirrakhi,
yakni urutan tingkatan dari yang paling atas sampai pada yang paling
bawah. Demensi Stratifikasi Sosial modern
terbagi menjadi tiga golongan , yakni:
a. golongan tinggi,
b. golongan menengah,
c. golonagan rendah
6) Kriteria Kehormatan
Ukuran kehormatan, terlepas dari ukuran kekayaan /
kekuasaan. Orang yang paling disegani karena kelebihannya,
dihormati,dan mendapat tempat teratas. Ukuram semacam ini banyak dijumpai pada
masyarakat-masyarakat tradisionil, pada golongan tua atau orang yang pernah
berjasa kepada masyarakat
7) Kriteria Ilmu Pengetahuan /
Pendidikan .
Kriteria atas dasar Pendidikan tedapat Strata Sosial :
·
Golongan yang berpendidikan tinggi
·
Golongan yang berpendidikan
menengah
·
Golongan yang berpendidikan rendah
8) Kriteria Agama
Dilihat dari segi agama, dalam masyarakat terdapat
lapisan-lapisan yang berdasarkan keagamaanm. Misalnya :
Golongan orang Islam dan bukan Islam
·
Golongan Islam yang mendalam dan yang
masih dangkal ( abangan)
·
Golongan bukan Islam.
Dibedakan :
orang yang beragama dan orang yang tidak beragama (Atheis)
·
Golongan bukan Islam dibedakan lagi :
a. Golongan penganut Budha
b. Golongan penganut Hindu Bali
c. Golongan
penganut Katholik
d. Golongan
penganut Protestan
Golongan Atheis, adalah golongan orang-orang yang belum
mempunyai sesuatu keyakinan keagamaan, sikap hidupnya kurang menyadari
nilai-nilai kemanusiaan atua norma-norma sosial.
9) Kriteria Marxisme
Terdapat dua macam kelas, yakni;
1 Kelas borjuis ( pemegang kapital)
2 Kelas buruh proletar ( buruh yang
hanya bermodal tenaga kerja saja)
E. Damapak
Stratifikasi Sosial
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat
terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada
pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Yang
biasa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan
sendirinya adalah kepandaiaan, tingkat umur (senior), sifat keaslian
keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam
batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang digunakan bagi tiap-tiap masyarakat
diantaranya : Pada masyarakat yang hidupnya dari berburu hewan alasan utama adalah
kepandaian berburu. Sedangkan pada masyarakat yang telah menetap dan bercocok
tanam, maka kerabat pembuka tanah (yang dianggab asli) dianggab sebagai
orang-orang yang menduduki lapisan tinggi. Hal ini dapat dilihat misalnya pada
masyarakat Batak, di mana marga tanah, yaitu marga yang pertama-tama
membuka tanah, dianggap mempunyai kedudukan yang tinggi.
Dapat saya uraikan bahwa dampak adanya suatu stratifikasi
akan mengakibatkan adanya hukum rimba. Siapa yang kuat, dialah yang menang.
Kelas yang tergolong atas akan memegang peranan kelas bawah yang notabenya
harus disamakan, karena sesama makhluk tuhan. Secara teoritis memang semua
masyarakat dianggap sederajat, akan tetapi pembedaan tersebut merupakan gejala
universal yang merupakan sistem sosial dalam masyarakat. Maka dari itu, meski
ada stratifikasi sosial seseorang atau masyarakat harus memegang konsep
keadilan sebagaimana yang diterangkan dalam firman Allah SWT
Yang
Artinya:
“Hai
orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
F. Mobilitas
Sosial
Dalam sosiologi mobilitas sosial berarti perpindahan status
dalam stratifikasi sosial. Sebagaimana nampak dari definisi Ransford, mobilitas
sosial dapat mengacu pada individu maupun kelompok. Contoh yang diberikan
Ronsford mengenai mobilitas sosial individu ialah perubahan status seseorang
dari seorang petani menjadi seoarang dokter. Mobilitas sosial suatu kelompok
terjadi manakala suatu minoritas etnik atau kaum perempuan mengalami monilitas,
misalnya mengalami peningkatan dalam penghasilan rata-rata bila dibandingkan
dengan kelompok mayoritas.
Suatu bahan pokok yang banyak mendapat perhatian ahli
sosiologi adalah masalah mobilitas intragenerasi dan mobilitas antargenerasi.
mobilitas intragenerasi mengacu pada mobilitas sosial yang dialami seseorang
dalam masa hidupnya; misalnya dari asisten dosen menjadi guru besar atau dari
perwira pertama menjadi perwira tinggi. Mobilitas anatargenerasi dipihak lain
mengacu kepada perbedaan status yang dicapai seseorang dengan status orang
tuanya; misalnya anak seorang tukang sepatu yang berhasil menjadi insyiur, atau
anak menteri menjadi pedagang kaki lima.
Suatu study yang sering menjadi bahan acuan dalam bahasan
mengenai mobilitas antargenerasi ialah penelitian Blau dan Duncan terhadap
mobilitas pekerjaan di AS. Kedua ilmuan sosial ini menyimpulkan dari data
mereka bahwa masyarakat Amerika merupakan masyarakat yang relatif terbuka
karena didalamnya telah terjadi mobilitas sosial vertikal antargenerasi, dan
dalam mobilitas intragenerasi pengaruh pendidikan dan pekerjaan individu yang
bersangkutan lebih besar dari pada pengaruh pendidikan dan pekerjaan orang tau.
Dengan perkatan lain, dalam tiap generasi telah terjadi peningkatan sattus anak
sehingga melebihi status orang tuanya. Dan dalam tiap generasi pun telah
terjadi peningkatan status anak sehingga melebihi status yang diduduki pada
awal kariernya sendiri.
Pada masyrakat yang mempunyai sistem stratifikasi terbuka
pergantian status dimungkinkan. Meski dalam masyarakat demikian terbuka
kemungkinan bagi setiap anggota masyarakat untuk naik turun dalam herarki
sosial, dalam kenyataan mobilitas sosial antargenerasi maupun intragenerasi
yang terjadi bersifat terbatas.
G. Pendekatan
dalam Stratifikasi sosial
1.
Metode obyektif
Yaitu suatu penilaian obyektif terhadap orang lain dengan melihat dari sisi
pendapatannya, lama atau tingginya pendidikan dan jenis pekerjaan.
2. Metode
subyektif
Dalam metode ini strata sosial dapat
dirumuskan menurut pandangan anggota masyarakat yang menilai dirinya dalam
hierarki kedudukan dalam masyarakat.
3. Metode reputasi
Dalam metode ini golongan sosial
dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat menempatkan masing-masing dalam
stratifikasi masyarakat itu.
Dengan demikian, ada tiga pendekatan dalam memplajari
stratifikasi sosial, yaitu: metode obyektif yang mengarah kepada secara
fisiknya, metode subyektif yang mengarah pada kedudukan dalam masyarakat
sedangkan metode reputasi mengarah kepada penyesuaian seseorang dalam
bermasyarakat.
H. Teori-teori Stratifikasi Sosial
1.
Teori Evolusioner-Fungsionalis
Dikemukakan oleh ilmuwan sosial yaitu
Talcott parsons. Dia menganggap bahwa evolusi sosial secara umum terjadi karena
sifat kecenderungan masyarakat untuk berkembang, yang disebutnya sebagai
”kapitalis adaptif”.
2.
Teori Surplus Lenski
Sosiolog Gerhard Lenski mengemukakan
bahwa makhluk yang mementingkan diri sendiri dan selalu berusaha untuk
mensejahterakan dirinya.
3.
Teori Kelangkaan
Teori kelangkaan beranggapan bahwa
penyebab utama timbul dan semakin intensnya stratifikasi disebabkan oleh
tekanan jumlah penduduk.
4.
Teori Marxian
Menekankan pemilikan kekayaan pribadi
sebagi penentu struktur strtifikasi.
5.
Teori Weberian
Menekankan pentingnya dimensi
stratifikasi tidak berlandaskan dalam hubungan pemilikan modal. Dengan demikian, ada 5 teori yang
harus kita ketahui dalam stratifikasi sosial, diantaranya teori Evolusioner-Fungsionalis yang mengarah kepada kecenderungan
perkembangan masyarakat, teori Surplus Lenski yang mengarah kepada egoisme, teori
Kelangkaan yang mengarah kepada tekanan jumlah
penduduk, teori Marxian mengarah kepada kekayaan seseorang menentukan stratifikasi
sosial, sedangkan teori Weberian yang menagarah kepada stratifikasi
tidak berlandasan kepemilikan.
I. Metode dalam menentukan stratifikasi sosial ada
tiga yaitu:
1) Metode obyektif
Yaitu suatu penilaian obyektif terhadap orang lain dengan
melihat dari sisi pendapatannya, lama atau tingginya pendidikan dan jenis
pekerjaan.
2) Metode subyektif
Dalam metode ini strata sosial dapat dirumuskan menurut
pandangan anggota masyarakat yang menilai dirinya dalam hierarki kedudukan
dalam masyarakat.
3) Metode reputasi
Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut
bagaimana anggota masyarakat menempatkan masing-masing dalam stratifikasi
masyarakat itu.
BAB II
A. Pengertian Masyarakat
Dalam Bahasa Inggris disebut Society, asal katanya Socius
yang berarti “kawan”. Kata “Masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu Syiek,
artinya “bergaul”. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk – bentuk
akhiran hidup, yang bukan disebabkan
oleh manusia sebagai pribadi melainkan oleh unsur – unsur kekuatan lain dalam
lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.
Masyarakat dapat mempunyai arti yang luas dan sempit. Dalam
arti luas masyarakat adalah Keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama
dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau dengan kata
lain kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti
sempit masyarakat adalah sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek
tertentu, misalnya territorial, bangsa, golongan dan sebagainya.
Berikut
di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli di dunia.
1.
Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan.
2.
Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu
ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara
kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
3.
Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang
relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di
suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian
besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.
Syarat-syarat Menjadi Masyarakat
Masyarakat
harus mempunyai syarat-syarat berikut :
1. Harus ada pengumpulan manusia, dan harus banyak, bukan pengumpulan binatang.
2 Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama disuatu daerah tertentu.
3. Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju pada kepentingan dan tujuan bersama.
1. Harus ada pengumpulan manusia, dan harus banyak, bukan pengumpulan binatang.
2 Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama disuatu daerah tertentu.
3. Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju pada kepentingan dan tujuan bersama.
B. Pengertian Masyarakat Perkotaan
Beberapa definisi (secara etimologis) “kota”dalam
bahasa lain yang agak tepat dengan pengertian ini, seperti dalam bahasa Cina, kota
artinya dinding dan dalam bahasa Belanda kuno, tuiin bisa berarti pagar. Jadi
dengan demikian kota adalah batas. Kota adalah suatu ciptaan peradaban budaya
umat manusia.
Kota sebagai hasil dari peradaban yang lahir dari pedesaan, tetapi kota berbeda dengan pedesaan.
Kota sebagai hasil dari peradaban yang lahir dari pedesaan, tetapi kota berbeda dengan pedesaan.
Masyarakat kota adalah suatu kelompok teritorial di mana
penduduknya menyelenggarakan kegiatan-kegiatan hidup sepenuhnya, dan juga
merupakan suatu kelompok terorganisasi yang tinggal secara kompak di wilayah
tertentu dan memiliki derajat interkomuniti yang tinggi. Masyarakat perkotaan
sering disebut urban community.
Masyarakat perkotaan sering disebut urban community. Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat
kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat
pedesaan.
C. Ada beberap ciri yang menonjol
pada masyarakat kota yaitu :
1.
Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di
desa.
2. Orang kota
pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung
padaorang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau
individu.
3.
Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai
batas-batas yang nyata.
4.
Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh
warga kota dari pada warga desa.
5.
Interaksi yang terjadi lebih banyak terjadi berdasarkan pada faktor kepentingan
dari pada faktor pribadi.
6.
Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar
kebutuhan individu.
7.
Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota
biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
D.Pengertian
Masyarakat Pedesaan
Pedesaan
Yang dimaksud dengan desa menurut Sutardjo Kartodikusuma mengemukakan “Desa” adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri.
Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain. Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuatsesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang sangat kuat yang hakekatnya.
Yang dimaksud dengan desa menurut Sutardjo Kartodikusuma mengemukakan “Desa” adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri.
Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain. Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuatsesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang sangat kuat yang hakekatnya.
Fungsi Desa
Fungsi desa adalah sebagai berikut:
· Desa sebagai hinterland (pemasok kebutuhan bagi kota)
· Desa merupakan sumber tenaga kerja kasar bagi perkotaan
· Desa merupakan mitra bagi pembangunan kota
· Desa sebagai bentuk pemerintahan terkecil di wilayah Kesatuan Negara Republik Indonesia
Fungsi desa adalah sebagai berikut:
· Desa sebagai hinterland (pemasok kebutuhan bagi kota)
· Desa merupakan sumber tenaga kerja kasar bagi perkotaan
· Desa merupakan mitra bagi pembangunan kota
· Desa sebagai bentuk pemerintahan terkecil di wilayah Kesatuan Negara Republik Indonesia
ciri
masyarakat desa antara lain :
1.
Didalam masyarakat
pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat
bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya.
2.
Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar
kekeluargaan.
3.
Sebagian besar warga
masyarakat pedesaan hidup dari pertanian.
E. Ciri-ciri Masyarakat desa
Dalam buku karangan Ruman Sumadilaga
seorang ahli Sosiologi “Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai
masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri masarakat
desasebagai berikut :
a.
Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan
kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan
simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya
tanpa pamrih.
b.
Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu
mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka
akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan
keseragaman persamaan.
c.
Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan
keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif,
perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu
saja.(lawannya Universalisme)
d.
Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh
berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan
yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).
e.
Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan
antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa
menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian
tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih
murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.
Ciri – Ciri Desa
Menurut Lowrrey Nelson (ada 16 ciri) :
a. Mata pencaharian : agraris homogen
b. Ruang kerja : terbuka, terletak disawah, ladang, dsb
c. Musim/ cuaca : sangat penting untuk tentukan masa tanam/panen
d. Keahlian/ ketrampilan : umum dan merata untuk setiap orang
e. Kesaatuan kerja keluarga : sangat umum
f. Jarak rumah dengan tempat kerja : berdekatan
g. Kepadatan penduduk : rendah / sedikit
h. Besarnya kelompok : sedikit / kecil
i. Kontak sosial : sedikit / pribadi
j. Rumah : tradisional / pribadi
k. Lembaga / institusi : kecil / sederhana
l. Kontrol sosial : adaptasi istiadat, kebiasaan
m. Sifat dari kelompok : bergerak dari kegiatan primer
n. Mobilitas penduduk : rendah
o. Status sosial : stabil
p. Stratifikasi sosial : sedikit
a. Mata pencaharian : agraris homogen
b. Ruang kerja : terbuka, terletak disawah, ladang, dsb
c. Musim/ cuaca : sangat penting untuk tentukan masa tanam/panen
d. Keahlian/ ketrampilan : umum dan merata untuk setiap orang
e. Kesaatuan kerja keluarga : sangat umum
f. Jarak rumah dengan tempat kerja : berdekatan
g. Kepadatan penduduk : rendah / sedikit
h. Besarnya kelompok : sedikit / kecil
i. Kontak sosial : sedikit / pribadi
j. Rumah : tradisional / pribadi
k. Lembaga / institusi : kecil / sederhana
l. Kontrol sosial : adaptasi istiadat, kebiasaan
m. Sifat dari kelompok : bergerak dari kegiatan primer
n. Mobilitas penduduk : rendah
o. Status sosial : stabil
p. Stratifikasi sosial : sedikit
Tipe
Masyarakat
Dipandang dari cara terbentuknya, masyarakat dapat dibagi
dalam :
1. masyarakat paksaan, misalnya Negara,
masyarakat tawanan, dan lain-lain.
2. masyarakat merdeka, yang terbagi dalam
:
·
masyarakat nature, yaitu masyarakat yang terjadi dengan
sendirinya, seperti gerombolan, suku, yagn bertalian dengan hubungan darah atau
keturunan
·
masyarakat kultur, yaitu masyarakat yang terjadi karena
kepentingan keduniaan atau kepercayaan, misalnya koperasi, kongsi perekonomian,
gereja dan sabagainya
F. Perbedaan dan ciri-ciri antara
desa dan kota
Dalam masyarakat modern, sering
dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Menurut
Soekanto (1994), per-bedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan
pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun
kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan
masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakekatnya bersifat gradual.
Kita dapat membedakan antara masya-rakat desa dan masyarakat kota yang
masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang
mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang
sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula.
Perbedaan Antara Desa dan Kota
1. Jumlah dan kepadatan penduduk
2. Lingkungan hidup
3. Mata pencaharian
4. Corak kehidupan sosial
5. Stratifikasi sosial
6. Mobilitas sosial
7. Pola interaksi sosial
8. Solidaritas sosial
9. Kedudukan dalam hierarki administrasi nasional
1. Jumlah dan kepadatan penduduk
2. Lingkungan hidup
3. Mata pencaharian
4. Corak kehidupan sosial
5. Stratifikasi sosial
6. Mobilitas sosial
7. Pola interaksi sosial
8. Solidaritas sosial
9. Kedudukan dalam hierarki administrasi nasional
Perbedaan ciri antara kedua sistem tersebut dapat
diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai berikut:
Masyarakat Pedesaan:
1).Perilaku
homogen
2).Perilaku
yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan
3).Perilaku
yang berorientasi pada tradisi dan status .
4).Isolasi
sosial, sehingga statik
5).Kesatuan
dan keutuhan kultural
6).Banyak
ritual dan nilai-nilai sakral
7).
Kolektivisme
Masyarakat Kota:
1).
Perilaku heterogen
2).Perilaku
yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan kelembagaan
3).Perilaku
yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi
4).Mobilitassosial,sehingga
dinamik
5).Kebauran
dan diversifikasi kultural
6).Birokras
fungsional dan nilai-nilaisekular
7).Individualisme
7).Individualisme
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai
hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan
warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas
dasar sistem kekeluargaan (Soekanto, 1994). Selanjutnya Pudjiwati (1985),
menjelaskan ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa itu, adalah pertama-tama,
hubungan kekerabatan. Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih
memegang peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari
pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata,
tukang membuat gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian.
Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan
saja .
Golongan
orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting.
Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan
yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah pedesaan
kekuasaan-kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan,
lurah dan sebagainya.
G. Hubungan Desa-Kota, Hubungan Pedesaan-Perkotaan
Masyarakat pedesaan dan perkotaan
bukanlah dua komonitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam
keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang erat. Bersifat
ketergantungan, karena diantara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada
dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan seperti beras sayur
mayur , daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi bagi
jenis jenis pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh bangunan dalam
proyek proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau
jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja musiman.
Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan dibidang
pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota
terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
“Interface”, dapat diartikan adanya kawasan perkotaan yang
tumpang-tindih dengan kawasan perdesaan, nampaknya persoalan tersebut
sederhana, bukankah telah ada alat transportasi, pelayanan kesehatan, fasilitas
pendidikan, pasar, dan rumah makan dan lain sebagainya, yang mempertemukan
kebutuhan serta sifat kedesaan dan kekotaan.
Hubungan
kota-desa
cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang, karena itu
dalam hubungan desa-kota,
makin besar suatu kota makin berpengaruh dan makin menentukan kehidupan
perdesaan.
Secara
teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa melalui beberapa cara,
seperti: (i) Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan
dengan merubah atau mengambil kawasan perdesaan. Ini terjadi di semua kawasan
perkotaan dengan besaran dan kecepatan yang beraneka ragam;
(ii)
Invasi kota , pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak kota baru
sekitar Jakarta merubah perdesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan
lenyap atau hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan;
(iii)
Penetrasi kota ke desa, masuknya produk, prilaku dan nilai kekotaan ke desa.
Proses ini yang sesungguhnya banyak terjadi;
(iv)
ko-operasi kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yang bersifat
kedesaan ke kota. Dari keempat hubungan desa-kota tersebut kesemuanya
diprakarsai pihak danorang kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah
terjadi, oleh karena itulah berbagai permasalahan dan gagasan yang dikembangkan
pada umumnya dikaitkan dalam kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
Salah satu bentuk hubungan antara kota dan desa adalah :
A.
Arti Urbanisasior
sekunder
Urbanisasi
adalah suatu proses perpindahan penduduk dari desa ke kota.
Dengan demikian
urbanisasi adalah suatu proses dengan tanda-tanda sebagai berikut:
1
Terjadinya arus perpindahan penduduk dari desa ke kota;
2
Bertambah besarnya jumlah tenaga kerja non agraria di sector tersier(jasa)
3
Tumbuhnya pemukiman menjadi kota
4 Meluasnya pengaruh kota di daerah pedesaan
mengenai segi ekonomi, Social, kebudayaan,dan psikologis
B.
Sebab-Sebab Urbanisasi
Pada dasarnya
ada 3 hal utama yang menyebabkan timbulnya urbanisasi :
1.Adanya
pertambahan penduduk secara alamiyah
2.Terjadinya
arus perpindahan dari desa ke kota
3.Tertariknya pemukiman pedesaan kedalam lingkup
kota, sebagai perkembangan kota yang sangat pesat di berbagai bidang, terutama
yang berkaitan dengan tersedianya kesempatan kerja
H.
Aspek Positif dan Negatif
a. Bertambahnya penduduk sehingga
tidak seimbang dengan persediaan lahan pertanian,
b. Terdesaknya kerajinan rumah di
desa oleh produk industri modern.
c.
Penduduk desa, terutama kaum muda, merasa tertekan oleh oleh adat istiadat yang
ketat sehingga mengakibatkan suatu cara hidup yang monoton.
d. Didesa tidak banyak kesempatan
untuk menambah ilmu pengetahuan.
e. Kegagalan panen yang disebabkan
oleh berbagai hal, seperti banjir, serangan hama, kemarau panjang, dsb.
Sehingga memaksa penduduk desa untuk mencari penghidupan lain dikota.
ASPEK POSITIF DAN NEGATIF MASYARAKAT PEDESAAN
·
Aspek positif:
1. Adanya peran saling melengkapi antara desa dan kota
2. Kota dan desa adalah saling membutuhkan
3. Kemajuan desa dapat memacu kemajuan kota begitu sebaliknya
1. Adanya peran saling melengkapi antara desa dan kota
2. Kota dan desa adalah saling membutuhkan
3. Kemajuan desa dapat memacu kemajuan kota begitu sebaliknya
·
Aspek negatif:
1. Desa biasanya lebih direndahkan dari kota
2. Masyarakat kota biasanya tidak bisa menghargai adat yang ada di desa
3. Kesenjangan sosial yang jauh antar masyarakat kota dan desa dapat menyebabkan perpecahan.
1. Desa biasanya lebih direndahkan dari kota
2. Masyarakat kota biasanya tidak bisa menghargai adat yang ada di desa
3. Kesenjangan sosial yang jauh antar masyarakat kota dan desa dapat menyebabkan perpecahan.
Hal – hal yang termasuk
pull factor antara lain :
a. Penduduk desa kebanyakan
beranggapan bahwa dikota banyak pekerjaan dan lebih mudah untuk mendapatkan
penghasilan
b. Dikota lebih banyak kesempatan
untuk mengembangkan usaha kerajinan rumah menjadi industri kerajinan.
c. Pendidikan terutama pendidikan
lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih mudah didapat.
d. Kota dianggap mempunyai tingkat
kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan tempat pergaulan dengan segala macam
kultur manusianya.
e. Kota memberi kesempatan untuk
menghindarkan diri dari kontrol sosial yang ketat atau untuk mengangkat diri
dari posisi sosial yang rendah ( Soekanti, 1969 : 124-125 ).
5 Unsur Lingkungan Perkotaan
Secara umum dapat dikenal bahwa
suatu lingkungan perkotaan,
seyogyanyamengandung 5 unsur yang
meliputi :
1.
Wisma : unsure ini merupakan bagian ruang kota yang
dipergunakan untuk tempat berlindung terhadap alam sekelilingnya, serta untuk
melangsungkan kegiatan-kegiatan sosial dalam keluarga. Unsure wisma ini
menghadapkan.
-
Dapat mengembangkan daerah perumahan penduduk yang sesuai
dengan pertambahan kebutuhan penduduk untu masa mendatang
-
Memperbaiki keadaan lingkungan perumahan yang telah ada agar
dapat mencapai standar mutu kehidpan yang layak,dan memberikan nilai-nilai
lingkungan yang aman dan menyenangkan
2. Karya : unsure ini merupakan syarat
yang utama bagi eksistensi suatu kota, karena unsure ini merupakan jaminan bagi
kehidupan bermasyarakat.
3. Marga : unsure ini merupakan ruang
perkotaan yang berfungsi untuk menyelenggarakan hubungan antara suatu tempat
dengan tempat lainnya didalam kota, serta hubungan antara kota itu dengan kota
lain atau daerah lainnya.
4. Suka : unsure ini merupakan bagian
dari ruang perkotaan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan fasilitas hiburan,
rekreasi, pertamanan, kebudayaan dan kesenian
5. Penyempurna : unsure ini merupakan
bagian yang penting bagi suatu kota, tetapi belum secara tepat tercakup ke
dalam keempat unsur termasuk fasilitas pendidikan dan kesehatan, fasiltias
keagamaan, perkuburan kota dan jaringan utilitas kota.
Fungsi Eksternal
Di pihak lain kota mempunya juga peranan/fungsi eksternal,
yakni seberapa jauh fungsi dan peranan kota tersebut dalam kerangka wilayah
atau daerah-daerah yang dilingkupi dan melingkupinya, baik dalam skala regional
maupun nasional.
Fungsi
eksternal kota:
· Pusat kegiatan politik dan administrasi pemerintahan wilayah tertentu
· Pusat dan orientasi kehidupan social budaya suatu wilayah lebih luas
· Pusat dan wadah kegiatan ekonomi ekspor :
-Produksi barang dan jasa
-Terminal dan distribusi barang dan jasa.
· Simpul komunikasi regional/global
· Satuan fisik-infrastruktural yang terkail dengan arus regional/global.
· Pusat kegiatan politik dan administrasi pemerintahan wilayah tertentu
· Pusat dan orientasi kehidupan social budaya suatu wilayah lebih luas
· Pusat dan wadah kegiatan ekonomi ekspor :
-Produksi barang dan jasa
-Terminal dan distribusi barang dan jasa.
· Simpul komunikasi regional/global
· Satuan fisik-infrastruktural yang terkail dengan arus regional/global.
I. Hakikat, Sifat,dan gejala Masyarakat Pedesaan
Seperti dikemukakan oleh para ahli atau sumber bahwa
masyarakat In¬donesia lebih dari 80% tinggal di pedesaan dengan mata pencarian
yang bersifat agraris. Masyarakat pedesaan yang agraris biasanya dipandang
antara sepintas kilas dinilai oleh orang-orang kota sebagai masyarakat tentang
damai, harmonis yaitu masyarakat yang adem ayem, sehingga oleh orang kota
dianggap sebagai tempat untuk melepaskan lelah dari segala kesibukan, keramaian
dan keruwetan atau kekusutan pikir.
Maka tidak jarang orang kota
melepaskan segala kelelahan dan kekusutan pikir tersebut pergilah mereka ke
luar kota, karena merupakan tempat yang adem ayem, penuh ketenangan. Tetapi
sebetulnya ketenangan masyarakat pedesaan itu hanyalah terbawa oleh sifat
masyarakat itu yang oleh Ferdinand Tonies diistilahkan dengan masyarakat
gemeinschaft (paguyuban). Jadi Paguyuban masyarakat itulah yang menyebabkan
orang-orang kota menilai sebagai masyarakat itu tenang harmonis, rukun dan
damai dengan julukan masyarakat yang adem ayem.
Tetapi
sebenarnya di dalam masyarakat pedesaan kita ini mengenal bermacam-macam
gejala, khususnya hal ini merupakan sebab-sebab bahwa di dalam masyarakat
pedesaan penuh dengan ketegangan-ketegangan sosial.
Gejala Masyarakat Pedesaan
a)
Konflik ( Pertengkaran)
Ramalan orang kota bahwa masyarakat pedesaan adalah
masyarakat yang tenang dan harmonis itu memang tidak sesuai dengan kenyataan
sebab yang benar dalam masyarakat pedesaan adalah penuh masalah dan banyak
ketegangan.Pertengkaran-pertengkaran yang terjadi biasanya berkisar pada
masalah sehari-hari rumah tangga dan sering menjalar ke luar rumah tangga.
Sedang sumber banyak pertengkaran itu rupa-rupanya berkisar pada masalah
kedudukan dan gengsi, perkawinan, dan sebagainya.
b)
Kontraversi (pertentangan)
Pertentangan ini bisa disebabkan oleh perubahan
konsep-konsep kebudayaan (adat-istiadat), psikologi atau dalam hubungannya
dengan guna-guna (black magic). Para ahli hukum adat biasanya meninjau masalah
kontraversi (pertentangan) ini dari sudut kebiasaan masyarakat.
c)
Kompetisi (Persiapan)
Sesuai dengan kodratnya masyarakat pedesaan adalah
manusia-manusia yang mempunyai sifat-sifat sebagai manusia biasanya yang antara
lain mempunyai saingan dengan manifestasi sebagai sifat ini. Oleh karena itu
maka wujud persaingan itu bisa positif dan bisa negatif. Positif bila
persaingan wujudnya saling meningkatkan usaha untuk meningkatkan prestasi dan
produksi atau output (hasil). Sebaliknya yang negatif bila persaingan ini hanya
berhenti pada sifat iri, yang tidak mau berusaha sehingga kadang-kadang hanya
melancarkan fitnah-fitnah saja, yang hal ini kurang ada manfaatnya sebaliknya
menambah ketegangan dalam masyarakat.
d)
Kegiatan pada Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan mempunyai penilaian yang tinggi terhadap
mereka yang dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi jelas masyarakat
pedesaan bukanlah masyarakat yang senang diam-diam tanpa aktivitas, tanpa
adanya suatu kegiatan tetapi kenyataannya adalah sebaliknya. Jadi apabila orang
berpendapat bahwa orang desa didorong untuk bekerja lebih keras, maka hal ini
tidaklah mendapat sambutan yang sangat dari para ahli. Karena pada umumnya
masyarakat sudah bekerja keras.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ø Stratifikasi sosial
Dari uraian-uraian yang telah saya paparkan diatas, maka
dapat saya simpulkan bahwa Stratifikasi sosial Stratifikasi sosial adalah
adanya lapisan-lapisan; penggolongan-penggolongan, pengelompokkan-pengelompokkan
dalam masyarakat, karena adanya perbedaan kriteria/ukuran tertentu yang menjadi
dasar terjadinya stratifikasi sosial. Terjadinya stratifikasi sosial itu lebih
banyak tidak sengaja dibentuk oleh individu-individu yang bersangkutan, akan
tetapi timbul dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu, namun
kendatinya ada juga yang sengaja dibentuk.
Ø Masyarakat perkotaan dan pedesaan.
1. Masyarakat pedeasaan adalah
sekelompok orang yang hidup bersama dan bekerjasama yang berhubungan secara
erat tahan lama dengan sifat-sifat yang hamper sama (homogen) disuatu daerah
atau wilayah tertentu dengan bermata pencaharian dari sektor pertanian
(agraris).Sedangkan masyarakat kota ialah masyarakat yang tinggal di
tengah-tengah kota,gaya hidup individual,jalan pikiran yang rasional dan tidak
terikat oleh adapt atau norma tertentu
2. Meskipun banyak sekali perbedaan
antara masyarakat desa dan kota,namun diantara kedua komponen tersebut memiliki
hubungan yang signifikan,artinya kehidupan perekonomian di kota tidak akan
berjalan dengan baik apabila tidak ada pasokan tenaga atau barang dari
desa,begitu juga sebaliknya.
B. SARAN
1.Stratifikasi
sosial bukan halangan bagi kita untuk menjadi lebih baik. Maka sifat optimis
dan merasa cukup dalam hal ini diperlukan
2.Tidak ada masyarakat tanpa stratifikasi sosial, maka optimalisasi peran adalah yang terbaik.
2.Tidak ada masyarakat tanpa stratifikasi sosial, maka optimalisasi peran adalah yang terbaik.
3.Masyarakat
pedesaan merupakan wilayah yang masih agraris dan lingkungannya yang masih
alamiyah, oleh karena itu sebaiknya kealamian lingkungan tersebut harus tetap
terjaga sebab lingkungan yang masih alami memiliki udara yang sejuk. Selain
itu, masyarakat desa juga memiliki rasa persaudaraan yang erat, sebaiknya
penduduk desa selalu menjaga kerukunan bersama.
4.Masyarakat
kota yang modern dengan berbagai alat tekhnologi yang canggih, alangkah baiknya
jika memanfaatkan alat-alat tersebut dengan baik tanpa ada penyalahgunaan.
Seperti penyalah gunaan pada internet, sehingga banyak terjadi suatu kejadian
yang tidak diinginkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan,
Bumi Aksara, (Jakarta: IKAPI, 1994).
Davis Kingslay, Human Society, cetakan ke-13, ( New
York: Macmillan Company, 1960 ).
Karsidi Ravik. Sosiologi Pendidikan. (Surakarta,
UNS press, 2007).
Sanderson Stephen K.. Makro
Sosiologi sebuah pendekatan terhadap realitas sosial. (Jakarta: PT
RajaGrafindo., 2003).
Setiadi Elly M. Dan Kolip Usman, Pengantar Sosiologi
(Jakarta: Kencana, 2011).
Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Cetakan
Ke Empat Puluh Empat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012).
Soekanto Soerjono,Pengantar Sosiologi,Cetakan
Keempat,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,1990).
Sunarto Kamanto. Pengantar Sosiologi. Cetakan ketiga,
(Jakarta, Penerbit fakultas Ekonomi, 2004).
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Cetakan
Ke Empat Puluh Empat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 207-208.
Soerjono Soekanto, Pengantar Sosiologi,
Cetakan Keempat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1990), hlm. 254.
Prof. Dr. Kamanto Sunarto. Pengantar Sosiologi.
Cetakan ketiga, (Jakarta, Penerbit fakultas Ekonomi, 2004) hal. 87. Ibid..hal. 87.Ibid..hal. 87.Ibid..hal.
87.
Stephen K. Sanderson. Makro
Sosiologi sebuah pendekatan terhadap realitas sosial. (Jakarta: PT
RajaGrafindo., 2003),hlm. 157.
http://cahyamenethil.wordpress.com/2010/11/29/masyarakat-kota-dan-masyarakat-pedesaan/
http://nengmamaicuiitzzcuiitzz.blogspot.com/2011/12/bab-6-masyarakat-perkotaan-dan.html
http://jawaposting.blogspot.com/2010/03/makalah-masyarakat-perkotaan-dan.html
Ahmad,
Abu. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Soelaeman,
M.Munandar. 2008. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: PT.Refika Aditama.
Wahyu,Ramdani.
2007. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: CV.Pustaka Setia.
No comments :
Post a Comment