jaminan/faktor
yang mempengaruhi mutu pendidikan
Guru yang profesional adalah guru yang menguasai karakteristik bahan ajar
dan karakteristik pesreta didik. Karakteristik bahan ajar meliputi konsep,
prinsip, teori yang terdapat dalam bahan ajar. Karakteristik peserta didik
meliputi potensi, sikap, minat, akhlak mulia, dan personaliti peserta didik.
Penguasaan karakteristik bahan ajar dan peserta didik diperlukan untuk
menentukan metode dan strategi pembelajaran. Selain itu karakteristik guru
sebagai pendidik harus dapat menyesuaian dengan bahan ajar dan peserta didik.
Guru harus memahami bagaimana peserta didik belajar dan mampu meningkatkan
minat pada mata pelajaran dan meningkatkan motivasi belajar. Peserta didik juga
belajar akhlak mulia melalui pengamatan terhadap prilaku guru ketika
melaksanakan proses pembelajaran di kelas dan ketika di luar kelas di skeolah.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas guru harus mendorong
peserta didik untuk bertanya. Menurut John Dewey (2001), kemampuan individu
untuk bertanya berdasar pengalaman merupakan hal yang penting dalam pendidikan.
Pengalaman dapat membentuk pemikiran atau pengetahuan seseorang. Peserta didik
yang tidak pernah bertanya tidak akan bertambah pengetahuannya. Apalagi apabila
peserta didik tidak tahu apa yang akan ditanyakan dan tidak tahu apa yang tidak
diketahuinya. Untuk itu guru yang professional harus mendorong peserta didik
untuk bertanya. Guru harus terampil dalam memilih dan menggunakan metode
pembelajaran sesuai dengan kondisi peserta didik. Tingkat perhatian peserta
didik terhadap pemeblajaran di kelas bervariasi. Untuk itu guru harus terampil
memilih metode pembelajaran yang tepat agar tingakt perhatian peserta didik
tidak turun.
Aspek lain dari profesionalisme guru adalah kemampuan berkomunikasi,
yaitu ucapannya jelas dan mudah dipahami peserta didik. Kalimat yang diucapkan
harus jelas dan kalau menyampaikan konsep yang sulit harus diulang-ulang. Kalau
bertanya juga harus jelas, demikian pula kalau memberi tugas baik kelompok
maupun individu. Kemampuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran juga
bervariasi, ada kalau ceramah menarik dan ada yang kurang menarik, ada yang
kalau bertanya juga menarik sehingga membangkitkan motivasi belajar peserta
didik. Guru juga harus mampu membangun minat peserta didik pada mata pelajaran
yang diampunya. Kalau peserta didik semula tidak berminat kemudian menjadi
berminat. Kemampuan ini tidak mudah dicapai, namun bisa dicapai melalui
pengalaman yang selalu dianalisis melalui refleksi diri atau melalui magang
pada guru senior yang sukses dalam mengelola proses pembelajaran.
Yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan
Dalam
pelaksanaan pendidikan di suatu lembaga pendidikan tidak terlepas dari lima
faktor pendidikan agar kegiatan pendidikan terlakana dengan baik. Apabila salah
satu faktor tidak ada maka mutu pendidikan tidak dapat tercapai dengan baik
karena faktor yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi dan saling
berhubungan. Adapun kelima faktor tersebut adalah:
FAKTOR
TUJUAN
Untuk
meningkatkan mutu pendidikan, maka faktor tujuan perlu diperhatikan. Sebab mutu
suatu lembaga pendidikan yang berjalan tanpa berpegang pada tujuan akan sulit
mencapai apa yang diharapkan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, sekolah
senantiasa harus berpegang pada tujuan sehingga mampu menghasilkan output yang
berkualitas. Dengan adanya perencanaan seperti itu dapat disimpulkan bahwa
faktor utama yang harus dijadikan pedoman dalam melaksanakan pendidikan
nasional, intruksional maupun tujuan yang lain yang sebih sempit.
FAKTOR GURU
( PENDIDIK )
Guru adalah
orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu,
guru harus benar-benar membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai. Guru
harus mampu mempengaruhi siswanya. Guru harus berpandangan luas dan kriteria
bagi seorang guru ialah harus memiliki kewibawaan. Guru merupakan salah satu
faktor penentu dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, karena gurulah yang
merupakan aktor utama dalam melaksanakan kegiatan pendidikan.
FAKTOR SISWA
Anak didik
atau siswa merupakan objek dari pendidikan, sehingga mutu pendidikan yang akan
dicapai tidak akan lepas dengan ketergantungan terhadap kondisi fisik tingkah
laku dan minat bakat dari anak didik.
FAKTOR ALAT.
Yang
dimaksud faktor alat (alat pendidikan), adalah segala usaha atau tindakan
dengan sengaja yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan
ini merupakan masalah yang esensial dalam pendidikan, karena itu perlu
dilakukan upaya untuk menyediakan alat-alat tersebut. Yang dikatagorikan
sebagai alat pendidikan adalah sesuatu yang dapat memenuhi tercapainya tujuan
pendidikan yaitu sarana, prasarana dan kurikulum.
FAKTOR
LINGKUNGAN MASYARAKAT
Kemajuan
pendidikan sedikit banyak dipengaruhi oleh masyarakat termasuk orang tua siswa,
karena tanpa adanya bantuan dan kesadaran dari masyarakat sulit untuk
melaksanakan peningkatan mutu pendidikan. Sekolah dan masyarakat merupakan dua
kelompok yang tidak dapat dipisahkan dan saling melengkapi satu sama lainnya.
Karena itulah dibentuklah komite sekolah berdasarkan Keputusan Menteri
Pendidikan No 044/V/2002 tentang pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah,
maka otonomi sekolah bermitra kerja dengan Komite Sekolah. Peran Komite Sekolah
memberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan,
mendukung penyelenggaraan pendidikan, mengontrol, mediator antara pemerintah
dan masyarakat
KUALITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA
Bagi orang-orang yang berkompeten terhadap bidang pendidikan akan menyadari bahwa dunia pendidikan kita sampai saat ini masih mengalami “sakit”.Dunia pendidikan yang “sakit”ini disebabkan karena pendidikan yang seharusnya membuat manusia menjadi manusia,tetapi dalam kenyataannya seringkali tidak begitu.Seringkali pendidikan tidak memanusiakan manusia.Kepribadian manusia cenderung direduksi oleh system pendidikan yang ada.
Masalah pertama adalah bahwa pendidikan,khususnya di Indonesia, menghasilkan”manusia robot”. Kami katakan demikian karena pendidikan yang diberikan ternyata berat sebelah, dengan kata lain tidak seimbang. Pendidikan ternyata mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara belajar berfikir(kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (efektif). Jadi unsur integrasi cenderung semakin hilang,yang terjadi adalah disintegrasi. Padahal belajar tidak hanya berfikir. Sebab ketika orang sedang belajar,maka orang yang sedang belajar tersebut melakukan berbagai macam kegiatan, seperti mengamati, membandingkan, meragukan, menyukai, semangat dan sebagainya. Hal yang sering disinyalir ialah pendidikan seringkali dipraktekkan sebagai sederetan instruksi dari guru kepada murid. Apalagi dengan istilah yang sekarang sering digembar-gemborkan sebagai “pendidikan yang diciptakan manusia siap pakai. Dan”siap pakai”di sini berarti menghasilkan tenaga-tenaga yang dibutuhkan dalam pengembangan dan persaingan bidang industry dan teknologi.
Ada dua factor yang mempengaruhi kualitas pendidikan,khususnya di Indonesia yaitu:
1. Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan. Dalam hal ini, interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.
2. Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan.
Banyak faktor-faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia semakin terpuruk. Fakto-faktor tersebut yaitu:
Rendahnya Kualitas Sarana Fisik.
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboraturium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboraturium dan sebagainya.
Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.
Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Dengan pendapatan yang rendah, terang saja banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya.
Rendahnya Prestasi Siswa.
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda. Selain itu, hasil studi The Third International Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R,1999(IEA,1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk matematika. Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang di survey di asia pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73, dan ke-75.
Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat sekolah dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jendral Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukkan angka partisipasi murni (AMP) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa) pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi . Angka partisipasi murni pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54,8% (9,4 juta siswa).
Rendahnya Relevansi Pendidikan dengan kebutuhan
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur . data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukkan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusa SMU sebesar 25,47 %, Diploma / SO sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%. Adanya ketidak serasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang fungsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
Mahalnya biaya pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal, kalimat ini yang sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari tamn kanak – kanak (TK) hingga perguruan tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak boleh sekolah.
STATUS
PENDIDIKAN
Pendidikan secara garis besar kemajuan pendidikan tidak lepas dari mutu pendidikan ya.pendidikan sangat penting khususnya dalam mensejahterakan bangsa dan Negara. Sutau konsekuensi yang besar bila menitik beratkan pendidikan sebagai benteng pertahanan masa depan. Sehingga ancaman zaman bisa ter-elakkan. Selain itu juga Selain Status Pendidikan yang dianggap rendah, Lapangan Kerjapun terbatas dan Gaji yang di terima bahkan relative minim. Perbedaan Pendidikan yang didapat dan Biaya yang di keluarkan untuk kuliah, mungkin jadi Tolak Ukur antara Pendidikan SMU dan Sarjana. Tetaplah terus Berjuang untuk mendapatkan Hak Bekerja. Dan Bekerjalah dengan baik Walau dengan keterbatasan Pendidikan, Karena tidak menutup kemungkinan Lulusan SMU pun bisa sesukses Sarjana. Gali potensi diri untuk dijadikan Nilai lebih, pandai-pandailah Belajar dan Bergaul. Serta perbanyaklah Membaca untuk menambah Wawasan dan Pengetahuan dan Bekali Diri dengan Kursus-kursus yang bermanfaat.
Pendidikan secara garis besar kemajuan pendidikan tidak lepas dari mutu pendidikan ya.pendidikan sangat penting khususnya dalam mensejahterakan bangsa dan Negara. Sutau konsekuensi yang besar bila menitik beratkan pendidikan sebagai benteng pertahanan masa depan. Sehingga ancaman zaman bisa ter-elakkan. Selain itu juga Selain Status Pendidikan yang dianggap rendah, Lapangan Kerjapun terbatas dan Gaji yang di terima bahkan relative minim. Perbedaan Pendidikan yang didapat dan Biaya yang di keluarkan untuk kuliah, mungkin jadi Tolak Ukur antara Pendidikan SMU dan Sarjana. Tetaplah terus Berjuang untuk mendapatkan Hak Bekerja. Dan Bekerjalah dengan baik Walau dengan keterbatasan Pendidikan, Karena tidak menutup kemungkinan Lulusan SMU pun bisa sesukses Sarjana. Gali potensi diri untuk dijadikan Nilai lebih, pandai-pandailah Belajar dan Bergaul. Serta perbanyaklah Membaca untuk menambah Wawasan dan Pengetahuan dan Bekali Diri dengan Kursus-kursus yang bermanfaat.
No comments :
Post a Comment