mengapa hanya tuwuri handayani yang sampai sekarang
menjadi semboyan dalam pendidikan ?
Pasti banyak yang bertanya
tanya, hanya sekedar ingin tahu, atau untuk mengerjakan tugas yang diberikan gurunya,
contohnya saja tugas yang diberikan oleh guru saya pak SAMIN SOEWANTO, di
STKIP YAPIM.
Sebenarnya yang jarang kita tau sebelum kata
tersebut ternyata ada kata-kata lain sebelumnya yaitu :
“Ing ngarsa sung tulada, Ing madya mangun karsa, Tut
wuri handayani – di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat dan
di belakang memberikan daya kekuatan.”
yang bermakna ING NGRASA SUNG TULADA (di
depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik), ING
MADYA MANGUN KARSA (di tengah atau di antara murid, guru harus
menciptakan prakarsa dan ide) dan TUT WURI HANDAYANI (dari belakang
seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan). Sehingga Tercipta
kalimat : Di Depan, Seorang Pendidik harus memberi Teladan atau Contoh Tindakan
Yang Baik, Di tengah atau di antara Murid, Guru harus menciptakan prakarsa dan
ide, Dari belakang Seorang Guru harus Memberikan dorongan dan Arahan.
Hanya
Tut Wuri Handayani yang menjadi populer
Ketiga kalimat ungkapan atau slogan ini diciptakan
oleh Bapak Pendidikan Indonesia kita sekaligus Pahlawan
Nasional Ki Hajar Dewantara. Meski ketiga kalimat itu saling
berkaitan dan berkesinambungan, kenapa hanya Tut wuri handayani yang menjadi
populer ikon sekolah dan sampai ada logonya hingga di peralatan seragan
sekolah kita?
Filsafat
suku bangsa Jawa dalam bidang pendidikan yang kemudian diterima
sebagai filsafat pendidikan di Indonesia. Filsafat Tut Wuri Handayani mulai populer sejak
R.M. Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hadjar Dewantara mendirikan lembaga
pendidikan Perguruan Taman Siswa pada tahun 1022.
Ki Hadjar
Dewantara menetapkan falsafah pendidikan Jawa yang bersifat among, yakni mengasuh, membimbing,
dan mengawasi, menjadi falsafah pendidikan bagi sekolah-sekolah Taman
Siswa yang didirikannya. Falsafah among lengkapnya adalah ing ngarsa sung tulada, ing madia
mangun karsa, tut wuri handayani. Terjemahan bebasnya adalah (Bila berada) di depan
memberi teladan, (bila berada) di tengah (kelompoknya) membangun
motivasi, dan (bila berada) di belakang memberi semangat.
Selain Ki
Hadjar Dewantara, tokoh masyarakat yang ikut mempopulerkan falsafah
itu adalah R.M. Sosrokartono, kakak kandung R.A. Kartini. Pada tahun
1930-an, kepada murid-muridnya, guru spiritual yang menetap di
Bandung itu sering berpesan agar mereka menerapkan falsafah among dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam perkembangannya yang paling menonjol dalam
falsafah ini adalah anak kalimat "tut wuri
handayani". Apalagi setelah pada tahun 1960-an,
Departeman Pendidikan dan Kebudayaan menggunakan kata ini sebagai
semboyan dan lambang departemennya.
Jadi, Filsafat pendidikan among lebih
mencerminkan pentingnya pendidikan, di samping pengajaran. Kalimat tut wuri handayani memberi kesan bahwa seorang
pendidik tidak hanya harus memberi contoh, teladan, dan motivasi saja
tetapi juga perlu memberikan dorongan kreativitas bagi anak
didiknya. Dalam budaya Jawa, guru atau pendidik dan perangkat desa
juga disebut pamong. Seorang guru harus among anak didiknya
sedangkan perangkat desa among masyarakat dalam wilayahnya.
Secara kebahasaan Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani berati memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Bila digabungkan arti dari Tut Wuri Handayani ialah seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan moral ini sangat dibutuhkan oleh orang - orang disekitar kita menumbuhkan motivasi dan semangat.
Dari definisi kebahasaan dapat kita tafsirkan ke dalam beberapa prinsip berikut :
1. Prinsip Kemandirian
Dari arti kata Tut Wuri Handayani menyiratkan prinsip kemandirian , dari arti kata Tut Wuri mempunyai arti harus mengikuti dari belakang dan bukan bersifat mendikte orang . Sehingga Prinsip kemandirian ini merupakan cerminan dari kemapanan seseorang dalam menjalankan aktivitasnya , dari sinilah tiap orang diharapkan dapat memandirikan orang lain dengan memberinya dorongan baik semangat maupun secara finansial.
Bila makna ini dibawa ke ranah Pendidikan , maka fungsi dari pendidikan itu sebagai alat untuk membuat orang menjadi pribadi Mandiri . Maka dari itu salah satu alasan mengapa Tut Wuri Handayani menjadi semboyan dunia Pendidikan Indonesia .
2. Prinsip Regenerasi
Hidup yang sementara membuat semua orang berpacu untuk berbuat yang terbaik , maka dari itu diperlukan generasi - generasi yang unggul dalam persaingan yang dipersiapkan oleh generasi sebelumnya .
Tut Wuri Handayani tidak hanya sekedar memberi motivasi dan semangat kepada orang lain , melainkan juga berfungsi sebagai ajang berbagi pengalaman dan ilmu kepada generasi muda , agar generasi yang akan datang lebih baik daripada generasi sebelumnya .
Maka Tut Wuri Handayani juga mengemban prinsip regenerasi , hal ini untuk memastikan adanya pembinaan kepada generasi penerus . Dan juga menerapkan makna 'Handayani' dengan tepat .
3. Prinsip Edukasi dan Pembinaan
Salah satu prinsip penting dari Tut Wuri Handayani adalah prinsip pengajaran dan pembinaan dari orang yang satu dengan orang lain . Hal ini dimaksudkan agar orang - orang senantiasa menambah pengetahuan .
Dan tentunya orang yang lebih tua membina yang lebih muda , tentunya yang lebih tua punya pengalaman lebih banyak dan sudah mempunyai ilmu yang memadai sehingga mampu membina yang lebih muda .
4. Prinsip Pengawasan dan Pengarahan
Dan prinsip yang terakhir adalah prinsip pengawasan , hal ini di dasari pada semangat Tut Wuri yang mempunyai arti 'mengikuti dari belakang' . Untuk memahami prinsip ini mari kita mengambil skop kecil dalam lingkungan masyarakat , bila antara yang satu dan lainnya saling mengawasi maka akan tercipta kedamaian dan keamanan , namun bila tidak ada pengawasan akan terjadi gejolak dan instabilitas keamanan .
Hal ini menunjukkan pentingnya saling mengawasi dalam artian disini melihat perkembangan yang satu dan yang lain , bila masing - masing saling mengawasi maka dapat dipastikan semakin terpacu untuk meningkatkan kualitas antar individu . Disamping mengawasi juga masing - masing individu dapat saling mengarahkan ke dalam hal - hal positif.
Dalam dunia pendidikan kita mengenal pengajar dan anak didik , dalam hal ini pengajar berfungsi untuk mengawasi anak didik agar memacunya berkembang . Pengajar melakukan fungsi pengawasan dibarengi dengan mengarahkan anak didik ke potensi-nya masing - masing .
Setelah memperhatikan keempat prinsip diatas , kita dapat memahami betapa banyaknya makna dari tiga rangkai kata 'Tut Wuri Handayani' . Permasalahannya sekarang , apakah kita dapat mengimplementasikan nilai - nilai dari prinsip ini . Tentunya kembali lagi kepada individu dan lingkungan kita masing – masing.
KOMENT
YAH YANG KENAL. . .
HEHEHE.
. .
No comments :
Post a Comment