Flaming Arrow Glitter Purple Winnie The Pooh Glitter

Monday 3 November 2014

MAKALAH STRATIFIKASI SOSIAL, ILMU ALAMIAH DASAR



BAB I
A.    Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum” (tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti lapisan. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat. Beberapa defenisi Stratifikasi Sosial menurut para ahli:
a.      Pitirim A. Sorokin
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki). ) Perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah. Menurut Sorokin, dasar dan inti dari lapasan-lapisan dalam masyarakat adalah tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban, dan tanggung-jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya diantara anggota masyarakat.
b.      Max Weber
            Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
c.       Cuber
 Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori    dari hak-hak yang berbeda
d.      Drs. Robert. M.Z. Lawang
Sosial Stratification adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu system social tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese, dan prestise.
Pemahaman antara stratifikasi sosial dan kelas sosial sering kali di samakan, padahal di sisi lain pengertian antara stratifikasi sosial dan kelas sosial terdapat perbedaan. Penyamaan dua konsep pengertian stratifikasi sosial dan kelas sosial akan melahirkan pemahaman yang rancu. Stratifikasi sosial lebih merujuk pada pengelompokan orang kedalam tingkatan atau strata dalam heirarki secara vertical. Membicarakan stratifikasi sosial berarti mengkaji posisi atau kedudukan antar orang/sekelompok orang dalam keadaan yang tidak sederajat. Adapun pengertian kelas sosial sebenarnya berada dalam ruang lingkup kajian yang lebih sempit, artinya kelas sosial lebih merujuk pada satu lapisan atau strata tertentu dalam sebuah stratifikasi sosial. Kelas sosial cenderung diartikan sebagai kelompok yang anggota-anggota memiliki orientasi polititik, nilai budaya, sikap dan prilaku sosial yang secara umum sama.
Dengan demikian, dapat saya simpulkan bahwa stratifikasi sosial merupakan pembedaan masyarakat atau penduduk berdasarkan kelas-kelas yang telah ditentukan secara bertingkat berdasarkan dimensi kekuasaan, previllege (hak istimewa atau kehormatan) dan prestise (wibawa).
B.    Sistem Stratifikasi sosial
Sistem stratifikasi sosial dalam masyrakat ada yang bersifat terbuka dan ada yang bersifat tertutup. Stratifikasi sosial yang terbuka ada kemungkinan anggota masyarakat dapat berpindah dari status satu ke status yang lainnya berdasarkan usaha-usaha tertentu. Dengan demikian berarti dalam sistem Sistem stratifikasi terbuka, setiap anggota masyarakat berhak dan mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kemampuan sendiri untuk naik status, atau mungkin juga justru stabil atau turun status sesuai dengan kualitas dan kuantitas usahanya sendiri.
Dalam Sistem stratifikasi ini biasanya terdapat motivasi yang kuat pada setiap anggota masyarakat untuk berusaha memperbaiki status dan kesejahteraan hidupnya. Sistem stratifikasi terbuka lebih dinamis dan anggota-anggotanya cenderung mempunyai cita-cita yang tinggi. Pada Sistem stratifikasi sosial tertutup terdapat pembatasan kemungkinan untuk pindah ke status satu ke status lainnya dalam masyarakat. Dalam sistem ini satu-satunya kemungkinan untuk dapat masuk ada status tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah karena kelahiran atau keturunan. Hal ini jelas dapat diketahui dari kehidupan masyarakat yang mengabungkan kasta seperti di india misalnya:
a)   Keanggotaan pada kasta diperoleh karena warisan/ kelahiran.  Anak yang lahir memperoleh  kedudukan orang tuanya.
b)   Keangotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup, oleh karena seseorang tak mungkin mengubah kedudukannya, kecuali bila ia dikeluarkan dari kastanya.
c)   Perkawinan bersifat endogam, artinya harus dipilih dari orang yang kekasta.
d)   Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.
e)   Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta yang tertentu, terutama nyata dari nama kasta,   identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang ketat terhadap norma-norma kasta dan lain sebagainya.
f)    Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.
g)   Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.
Ada juga yang namanya Stratifikasi campuran. Stratifikasi campuran, diartikan sebagai sistem stratifikasi yang membatasi kemungkinan berpindah strata pada bidang tertentu, tetapi membiarkan untuk melakukan perpindahan lapisan pada bidang lain
Dengan demikian, stratifikasi terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu stratifikasi tertutup, terbuka maupun campuran. Stratifikasi tertutup yaitu seseorang ketika sudah tergolong menjadi kelas tinggi, dia tidak akan menjadi kelas bawah dan sebaliknya. Stratifikasi terbuka yaitu seseorang yang berada dikelas bawah bisa naik ke kelas atas dengan usahanya yang bersungguh-sungguh. Sedangkan stratifikasi campuran yaitu seseorang awalnya dihormati karena terdapat didalam kelas atas, namun tiba-tiba berbalik arah karena harus menyesuaikan tempat ia tinggal.
Lapisan-lapisan dalam masyarakatdapat bersifat :
1.Closed Sosial Stratification (Lapisan-lapisan Sosial yang tertutup)
2.Open Sosial Stratification (Lapisan-lapisan Sosial yang terbuka)
3.Lapisan-lapisan Sosial yang sengaja disusun.

1.      Stratifikasi Sosial yang bersifat tertutup.
Di dalam lapisan-lapisan Sosial yang tertutup, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota dari suatu lapisan dalam masyarakat adalah karena kelahiran ( keturunan,dalam lapisan-lapisan Sosial yang tertutup dengan jelas di lihat dalam masyarakat India yang berkasta, masyarakat Bali, dan didalam masyarakat feodal serta dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan rasial.
2.      Startifikasi sosial yang bersifat terbuka
Di dalam stratifikasi sosial yang bersifat terbuka, sifat individu, anggita masyarakat mempunyai kesempatamn untuk berusaha dengan kecakapan sendiri (prestasi) untuk naik lapisan atau bagi mereka yang beruntung (tak berprestasi)jatuh dari lapisan yang atas kelapisan dibawahnya. Pada umumnya sistem terbuka ini memberi perangsang yang lebih besar kepada sikap anggota masyarakat untuk memperkembangkan kecakapannya / prestasinya, karena itu sistem tersebut sesuai untuk dijadikan landasan pembangun masyarakat.
3.    Stratifikasi Sosial yang sengaja dibentuk
Bahwa didalam masyarakat ada lapisan-lapisan sosial yang sengaja disusun atau dibentuk yaitu ada dalam suatu organisasi formil.

C.     Dimensi stratifikasi sosial
Diantara lapisan atasan dengan yang terendah, terdapat lapisan yang jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan atasan tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat. Akan tetapi, kedudukannya yang tinggi itu bersifat kumulatif. Artinya, mereka yang mempunyai uang banyak akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan juga mungkin kehormatan. Ukuran atau kriteria yang bisa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut:
1. Ukuran Kekayaan
 siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya., kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.
2. Ukuran Kekuasaan
Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar menempati lapisan atasan.
3. Ukuran Kehormatan
 kehoramatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
4. Ukuran Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif kerana ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi gelar kesarjanaanya. Sudah tentu hak yang demikian memacu segala macam usaha untuk mendapatkan gelar, walaupun tidak halal.
           Ada empat yang mendorong seseorang untuk disegani maupun dihormati dalam konteks stratifikasi sosial. Yang pertama adalah kekayaan. Dengan adanya suatu kekayaan, orang akan membeli apa saja yang dia mau. Yang kedua adalah kekuasaan. Kekuasaan akan digunakan sebagai penundukan seseorang yang berada dibawahnya. Yang ketiga adalah kehormatan, dimana seseorang akan disegani oleh masyarakat jika ia adalah tokoh utama dan yang di sepuhkan di masyarakat itu. Yang keempat adalah ilmu pengetahuan, jika seseorang pendidikannya tinggi dan dia sudah mendapatkan gelar doktor maupun magister, secara tidak langsung akan ada rasa sistem kelas terhadap seseorang yang tidak pernah sama sekali menduduki bangku sekolah.
D.  Bentuk-bentuk stratifikasi sosial:
suatu pelapisan sosial itu terjadi berdasarkan suatu kriteria tertentu, dan dengan berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, maka dapatlah bentuk-bentuk strata sosial antara lain sebagai berikut: 4z1
1)            Kriteria biologis
a.          Menurut jenis kelaminnya, maka ada:
·   Golongan laki-laki
·   Golongan wanita, selain itu ada juga sejumlah individu yang banci.
b.         Menurut umurnya:
·   Golongan anak-anak
·   Golongan dewasa
·   Golongan tua
2)            Kriteria Geografis / Territorial
Dapat digolongkan  atas : masyarakat desa, masyarakat kota (kota kecil, kota madya, dan   kota besar)
3)            Kriteria Ekonomis
Yaitu berdasarkan hak milik penduduk, maka terdapat stratifikasi  Sosial dalam tiga kelas :
·   Kelas Ekonomi Tinggi
·   Kelas Ekonomi Menengah
·    Kelas Ekonomi Rendah
4)            Kriteria Status / Jabatan
Berdasarkan kriteria jabatan terdapatlah lapisan-lapisan :
·   Golongan Status Sosial Tinggi
·   Golongan Status Sosial Menengah
·   Golongan Status Sosial Rendah
·   Golongan bukan pegawai / pejabat
5)            Kriteria Politis
Dalam kriteria politis, yang utama adalah golongan yang menganut aliran politik, yaitu    anggota partai politik dan gerakan masa,yang lain adalah golongan non partai.
Dari golongan partai politik terdapat Strata Sosial :
a.     Golongan pemegang kekuasaan politik tingkat pusat (pemimpin pusat) berkedudukan di ibu kota negara.
b.      Golongan pemegang kekuasaan politik tingkat daerah (tk. I / propinsi)
c.       Golongan pimpinan Partai tingkat Cabang
Stratifikasi Sosial yang berdasarkan status jabatan / politik, terdapatlah heirrakhi, yakni  urutan tingkatan dari yang paling atas sampai pada yang paling bawah. Demensi Stratifikasi Sosial modern terbagi menjadi tiga golongan , yakni:
a. golongan tinggi, 
b. golongan menengah,
c. golonagan rendah
6)   Kriteria Kehormatan
Ukuran kehormatan, terlepas dari ukuran kekayaan / kekuasaan. Orang yang paling disegani karena kelebihannya, dihormati,dan mendapat tempat teratas. Ukuram semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisionil, pada golongan tua atau orang yang pernah berjasa kepada masyarakat
7)   Kriteria Ilmu Pengetahuan / Pendidikan .
Kriteria atas dasar Pendidikan tedapat Strata Sosial :
·         Golongan yang berpendidikan tinggi
·         Golongan yang berpendidikan menengah
·         Golongan yang berpendidikan rendah
8)   Kriteria Agama
Dilihat dari segi agama, dalam masyarakat terdapat lapisan-lapisan yang berdasarkan keagamaanm. Misalnya :
Golongan orang Islam dan bukan Islam
·         Golongan Islam yang mendalam dan yang masih dangkal ( abangan)
·         Golongan bukan Islam.
Dibedakan : orang yang beragama dan orang yang tidak beragama (Atheis)
·         Golongan bukan Islam dibedakan lagi :
a. Golongan penganut Budha
b. Golongan penganut Hindu Bali
c. Golongan penganut Katholik
d. Golongan penganut Protestan
Golongan Atheis, adalah golongan orang-orang yang belum mempunyai sesuatu keyakinan keagamaan, sikap hidupnya kurang menyadari nilai-nilai kemanusiaan atua norma-norma sosial.
9)   Kriteria Marxisme
Terdapat dua macam kelas, yakni;
1 Kelas borjuis ( pemegang kapital)
2 Kelas buruh proletar ( buruh yang hanya bermodal tenaga kerja saja)
E.    Damapak Stratifikasi Sosial
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaiaan, tingkat umur (senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang digunakan bagi tiap-tiap masyarakat diantaranya : Pada masyarakat yang hidupnya dari berburu hewan alasan utama adalah kepandaian berburu. Sedangkan pada masyarakat yang telah menetap dan bercocok tanam, maka kerabat pembuka tanah (yang dianggab asli) dianggab sebagai orang-orang yang menduduki lapisan tinggi. Hal ini dapat dilihat misalnya pada masyarakat Batak, di mana marga tanah, yaitu marga yang pertama-tama  membuka tanah, dianggap mempunyai kedudukan yang tinggi.
Dapat saya uraikan bahwa dampak adanya suatu stratifikasi akan mengakibatkan adanya hukum rimba. Siapa yang kuat, dialah yang menang. Kelas yang tergolong atas akan memegang peranan kelas bawah yang notabenya harus disamakan, karena sesama makhluk tuhan. Secara teoritis memang semua masyarakat dianggap sederajat, akan tetapi pembedaan tersebut merupakan gejala universal yang merupakan sistem sosial dalam masyarakat. Maka dari itu, meski ada stratifikasi sosial seseorang atau masyarakat harus memegang konsep keadilan sebagaimana yang diterangkan dalam firman Allah SWT
Yang Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”


F.     Mobilitas Sosial
Dalam sosiologi mobilitas sosial berarti perpindahan status dalam stratifikasi sosial. Sebagaimana nampak dari definisi Ransford, mobilitas sosial dapat mengacu pada individu maupun kelompok. Contoh yang diberikan Ronsford mengenai mobilitas sosial individu ialah perubahan status seseorang dari seorang petani menjadi seoarang dokter. Mobilitas sosial suatu kelompok terjadi manakala suatu minoritas etnik atau kaum perempuan mengalami monilitas, misalnya mengalami peningkatan dalam penghasilan rata-rata bila dibandingkan dengan kelompok mayoritas.
Suatu bahan pokok yang banyak mendapat perhatian ahli sosiologi adalah masalah mobilitas intragenerasi dan mobilitas antargenerasi. mobilitas intragenerasi mengacu pada mobilitas sosial yang dialami seseorang dalam masa hidupnya; misalnya dari asisten dosen menjadi guru besar atau dari perwira pertama menjadi perwira tinggi. Mobilitas anatargenerasi dipihak lain mengacu kepada perbedaan status yang dicapai seseorang dengan status orang tuanya; misalnya anak seorang tukang sepatu yang berhasil menjadi insyiur, atau anak menteri menjadi pedagang kaki lima.
Suatu study yang sering menjadi bahan acuan dalam bahasan mengenai mobilitas antargenerasi ialah penelitian Blau dan Duncan terhadap mobilitas pekerjaan di AS. Kedua ilmuan sosial ini menyimpulkan dari data mereka bahwa masyarakat Amerika merupakan masyarakat yang relatif terbuka karena didalamnya telah terjadi mobilitas sosial vertikal antargenerasi, dan dalam mobilitas intragenerasi pengaruh pendidikan dan pekerjaan individu yang bersangkutan lebih besar dari pada pengaruh pendidikan dan pekerjaan orang tau. Dengan perkatan lain, dalam tiap generasi telah terjadi peningkatan sattus anak sehingga melebihi status orang tuanya. Dan dalam tiap generasi pun telah terjadi peningkatan status anak sehingga melebihi status yang diduduki pada awal kariernya sendiri.
Pada masyrakat yang mempunyai sistem stratifikasi terbuka pergantian status dimungkinkan. Meski dalam masyarakat demikian terbuka kemungkinan bagi setiap anggota masyarakat untuk naik turun dalam herarki sosial, dalam kenyataan mobilitas sosial antargenerasi maupun intragenerasi yang terjadi bersifat terbatas.
G.     Pendekatan dalam Stratifikasi sosial
   Ada tiga pendekatan dalam mempelajari stratifikasi sosial:
1.         Metode obyektif
Yaitu suatu penilaian obyektif terhadap orang lain dengan melihat dari sisi pendapatannya, lama atau tingginya pendidikan dan jenis pekerjaan.
2.    Metode subyektif
Dalam metode ini strata sosial dapat dirumuskan menurut pandangan anggota masyarakat yang menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat.
3.    Metode reputasi
Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu.
Dengan demikian, ada tiga pendekatan dalam memplajari stratifikasi sosial, yaitu: metode obyektif yang mengarah kepada secara fisiknya, metode subyektif yang mengarah pada kedudukan dalam masyarakat sedangkan metode reputasi mengarah kepada penyesuaian seseorang dalam bermasyarakat.
H.    Teori-teori Stratifikasi Sosial
        Ada beberapa teori yang harus kita pahami dalam memplajari stratifikasi sosial:
1.         Teori Evolusioner-Fungsionalis
Dikemukakan oleh ilmuwan sosial yaitu Talcott parsons. Dia menganggap bahwa evolusi sosial secara umum terjadi karena sifat kecenderungan masyarakat untuk berkembang, yang disebutnya sebagai ”kapitalis adaptif”.
2.         Teori Surplus Lenski
Sosiolog Gerhard Lenski mengemukakan bahwa makhluk yang mementingkan diri sendiri dan selalu berusaha untuk mensejahterakan dirinya.
3.         Teori Kelangkaan
Teori kelangkaan beranggapan bahwa penyebab utama timbul dan semakin intensnya stratifikasi disebabkan oleh tekanan jumlah penduduk.
4.         Teori Marxian
Menekankan pemilikan kekayaan pribadi sebagi penentu struktur strtifikasi.
5.         Teori Weberian
Menekankan pentingnya dimensi stratifikasi tidak berlandaskan dalam hubungan pemilikan modal. Dengan demikian, ada 5 teori yang harus kita ketahui dalam stratifikasi sosial, diantaranya teori Evolusioner-Fungsionalis yang mengarah kepada kecenderungan perkembangan masyarakat, teori Surplus Lenski yang mengarah kepada egoisme, teori Kelangkaan yang mengarah kepada tekanan jumlah penduduk, teori Marxian mengarah kepada kekayaan seseorang menentukan stratifikasi sosial, sedangkan teori Weberian yang menagarah kepada stratifikasi tidak berlandasan kepemilikan.


I.    Metode dalam menentukan stratifikasi sosial ada tiga yaitu:
1)      Metode obyektif
Yaitu suatu penilaian obyektif terhadap orang lain dengan melihat dari sisi pendapatannya, lama atau tingginya pendidikan dan jenis pekerjaan.
2)      Metode subyektif
Dalam metode ini strata sosial dapat dirumuskan menurut pandangan anggota masyarakat yang menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat.
3)      Metode reputasi
Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu.























No comments :

BLOG HASMIRAH