Flaming Arrow Glitter Purple Winnie The Pooh Glitter

Sunday, 30 November 2014

SISTEM PENCERNAAN , HEWAN AMPHIBI, REPTIL, PISCES, AVES, MAMALIA



SISTEM PENCERNAAN
SISTEM DIGESTORIUM
            Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. Pada hewan invertebrata alat pencernaan makanan umumnya masih sederhana, dilakukan secara fagositosis dan secara intrasel, sedangkan pada hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat pencernaan yang sempurna yang dilakukan secara ekstrasel. Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya.
            Pada hewan invertebrata alat pencernaan makanan umumnya masih sederhana, dilakukan secara fagositosis dan secara intrasel, sedangkan pada hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat pencernaan yang sempurna yang dilakukan secara ekstrasel. Saluran pencernaan terbentang dari bibir sampai dengan anus.
            Bagian-bagian utamanya terdiri dari mulut, hulu kerongkongan, kerongkongan, lambung, usus kecil dan usus besar. Panjang dan rumitnya saluran tersebut sangat bervariasi diantara spesies. Pada karnivora relatif pendek dan sederhana akan tetapi pada herbivora adalah lebih panjang dan lebih rumit. Pada beberapa herbivora (kuda dan kelinci) lambungnya relative sederhana dan dapat disamakan dengan lambung karnivora sedangkan usus besarnya, terutama sekum lebih luas dan rumit dari yang dipunyai karnivora. Sebaliknya pada herbivora lain (sapi, kambing, domba), lambungnya (sistem berlambung majemuk) adalah besar dan rumit, sedangkan usus besarnya panjang akan tetapi kurang berfungsi.
            Kandungan air pada liur yang mencapai 99%, mempermudah melarutnya molekul makanan dan hidrolase dapat bekerja optimal. Liur juga mengandung enzim amilase dan 2 lipase. Amilase liur akan memecah pati dan glikogen menjadi maltosa dan oligosakarida, sedangkan enzim amilase liur pada manusia kurang mempunyai peran pada proses pencernaan. Enzim-enzim tersebut menjadi inaktif pada pH_4, sehingga tidak bisa bekerja ketika makanan sudah mencapai lambung.
            Sistem pencernaan unggas berbeda dari sistem pencernaan mamalia dalam hal unggas tidak mempunyai gigi guna memecah makanan secara fisik. Lambung kelenjar pada unggas disebut proventrikulus. Antara proventrikulus dan mulut terdapat suatu pelebaran kerongkongan, disebut tembolok. Makanan disimpan untuk sementara waktu dalam tembolok. Kemudian makanan tersebut dilunakkan sebelumnya menuju ke proventrikulus. Makanan kemudian secara cepat melalui proventrikulus ke ventikulus atau empedal. Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan menggiling makanan kasar. Pekerjaan tersebut dibantu oleh grit yang ditimbun unggas semenjak mulai menetas.
Pada umumnya sistem pencernaan itu ada 2 bagian yaitu
1. Tractus digestivus (tractus allimentarus)
2. Glandula digestoria
1. Tractus Digestifus
Struktur histologi tractus digestifus secara umum tersusun atas 4 lapisan, dari luar ke
dalam:
- Lapisan serosa
- Tersusun atas jaringan pengikat longgar.
- Lapisan muscularis
- Terdiri dari 2 lapisan. Otot longitudinal (luar) dan circular (dalam). Diantaranya terdapat anyaman syaraf yang tersusun atas sel – sel syaraf dan berkas serabut syaraf, yang disebut Plexus Auerbachl / Plexus Minterik.
- Lapisan submucosa
- Tersusun atas jaringan pengikat padat serabut elastic dan sedikit lemak. Terdapat pada kelenjar intestinal.
- Lapisan mucosa
- Lapisan ini tersusun atas 3 lapisan, yaitu
- Muscularis mucosa à lapisan serabut otot polos dan jaringan pengikat elastis.
- Lamina propia à jaringan pengikat penuh dengan nodus lymphaticus, pembuluh darah, limfe, dan syaraf.
- Lapisan epitel à lapisan penutup dari mucosa yang terluar. Tractus digestifus terbagi atas 4 zona:
- Zona ingresif (mengambil dan memasukkan makanan) à bibir, mulut, gigi, dan
lidah
- Zona progresif (mendorong dan mulai mengubah makanan) à pharynx,
oesophagus, dan ventriculus.
- Zona degresif (berlangsung proses – proses kimia, seleksi, dan absorbsi) à
intestinum tenue.
- Zona egresif (melepaskan sisa makanan) à intestinum crissum, cloaca, dan anus.
Organ – organ pada tractus digestifus:
1. Faring
            Lapisan dindingnya terdiri dari embran mucosa (selaput lendir), jaringan pengikat padat dengan banyak serabut, kelenjar mucosa murni, dan lapisan otot. Fungsi dari faring adalah penghubung antara cavum oris dengan tractus yang lain.

2. Esophagus
            Panjang sekitar 25 cm. berlokasi disebagian rongga dada, 2 – 4 cm di bawah diafragma. Berfungsi untuk mengangkut makanan dari mulut. Tersusun dari membrane mucosa, jaringan pengikat longgar, lapisan otot, dan jaringan pengikat. Kelenjar esophagus adalah kelnjar esophagus proria, kelenjar esophagus cardiaca. Fungsi dari kelenjar esophagus adalah mengangkut makan dari mulut.

3. Gaster
Merupakan bagian dr sal pencernaan yg dpt mengembang Terletak terutama didaerah epigastrik & sebagian di daerah hipokondrik bagian kiri Bagian – bagian lambung :
1. Fundus
2. Korpus
3. Antrum pilorus
4. Kurvatura minor
5. Kurvatura mayor
Lambung berhubungan dengan esophagus melalui orifisim kardiak dan dengan duodenum melalui orifisium pylorus.

Lapisan dr lambung :
1. Lapisan mukosa / selaput lendir
2. Lapisan sub mukosa
3. Lapisan otot adalah Muscular longitudinal, circulair, dan oblique.
4. Lapisan serosa

Fungsi lambung adalah menerima makanan dr osofagus melelui spingter kardiak dan
menampungnya sementara dan mencairkan makanan serta mencampurnya dengan
getah lambung.

5. Usus halus
Berbentuk tabung dengan panjang lebih dari 6 m memanjang dari lambung sampai
katub ilioseikum.
Bagian dr usus halus :
1. Duodenum
adalah saluran pertama usus halus dg panjang 25 cm. Berbentuk spt sepatu kuda melengkung kekiri dan kepalanya mengelilingi pancreas. Saluran empedu dan saluran pankreas masuk kedlm duodenum pd suatu lubang yang disebut “ Ampula hepatopankreatiaka / ampula vateri “. Dinding duodenum mempunyai lap.mukosa yang banyak mengandung kelenjar yang berfungsi memproduksi getah intestinum

2. Yeyenum dan Ileum mempunyai panjang lebih dari 6 m, yeyenum adalah 2- 3 m sedangkan ileum adalah 4 – 5 m. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pd dinding abdomen posterior yg disebut mesentrium. Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mpy batas yang tegas. Ujung bawah ileum berhubungan dg seikum dg perantara lubang “ Orifisium Ileoseikalis”, deperkuat oleh spingter ileoseikalis & pd bagian ini terdapat Katup valvula ileoseikalis yg berfungsi mencegah cairan dlm kolon asenden masuk kembali ke ileum.

Struktur dinding usus halus:
1. Lapisan Mukosa, tersusun berupa kerutan tetap spt jala yg disebut “Valvulae koniventes”. Lipatan ini menambah luas permukaan sekresi & absorbsi. Lap mukosa ini banyak lipatan luberkulin yg bermuara diatas permukaan ditengah – tengah vili

2. Mukosa muskularis yaitu serabut – serabut berasal dr sini naik ke vili & dg
kontraksi membantu mengosongkan lakteal.

3. Lapisan sub mukosa Terdiri atas jar arveolar dan berisi banyak pembuluh darah, saluran limfe, kelenjar. Dalam duodenum terdapat kelenjar disebut “Kelenjar Burner” yang fungsinya mengeluarkan sikret kental alkali yang bekerja melindungi lapisan duodenum dari
pengaruh isi lambung yg asam.

4. Lapisan berotot
Terdiri dari 2 lapisan serabut. Lapisan dalam terdiri atas serabut longitudinal dan dibawah terdiri atas serabut cirkuler. Dalam kedua lapisan ini terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe & serabut saraf.

5. Lapisan serosa
Terdiri atas peritonuim yang membalut usus dengan erat. Fungsi usus halus adalah
menerima zat – zat makanan yg sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler – kapiler
darah dan saluran – saluran limfe.
Gerakan – gerakan pd usus halus
1. Gerakan segmental
2. Gerakan pendulum

6. Usus besar
Panjangnya + 1,5 m, dimulai dari kantong yang mekar dimana terdapat “Apendix
vermiformis” sampai dengan anus. Fungsi usus besar absorbsi air, tempat tinggal
bakteri E.Coli, dan tempat feses.

7. Colon dan caecum
Kolon asendens
Panjangnya + 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dr ilium ke bawah hati. Dari hati membengkok kekiri, lengkung ini disebut “ Fleksura hepatika”, dilanjutkan sbg kolon tranversum

Kolon Tranversum
Panjangnya + 38 cm, membujur dari kolon asendens sampai ke kolon desenden. Disebelah kiri terdapat lekukan “ Fleksura Lienalis”. Kolon desenden Panjangnya + 25 cm, terletak dibawah abdomen bag kiri membujur dari atas kebawah dari fleksura lienalis sampai kedepan ilium kiri bersambung dengan kolon sigmoid

Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desenden yg terletak miring, dlm rongga pelvis kiri yg bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan dg rektum

8. Appendix vermicularis
Bagian dari usus yang berbentuk corong, mempunyai lapisan yang sama dengan usus lainnya, hanya pada lapisan sub mukosa berisi sejumlah besar jaringan limfe yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh.

9. Rectum
Terletak dibawah kolon sigmoid yg menghubungkan usus besar dg anus. Terletak didalam rongga pelvis didepan os sakrum dan os koksigis.

10. Anus

3. Glandula Digestoria
a. Hepar
Merupakan kelenjar pencernaan yang terbesar. Menghasilkan bilus yang dicurahkan ke duodenum, kelebihan bilus yang disimpann di dalam vesica felea. Saluran bilus yang keluar dari hepar distal. Ductus hepaticus, saluran bilus dari vesica fellea dis. Ductus cycticus. Kedua ductus ini bersatu untuk bermuara di intestinum.

b. Pancreas
Merupakan kelenjar terbesar kedua di dalam tubuh. Di dalam tubuh, pancreas memiliki berperan rangkap, yaitu sebagi kelenjar eksokrin (menghasilkan getah pancreas) dan sebagai kelenjar endokrin (menghasilkan insulin). Pancreas terdiri atas pars exocrine dan pars endocrine. Pars exocrine tergolong glandula digestoria, sedangkan pars endocrine tergolong organ endocrine. Pars exocrine menyekresi tripsin, amilase pancreas, dan lipase pancreas. Tripsin, amilase, dan lipase ini disalurkan ke duodenum melalui ductus Wirsungi dan ductus Santorini .

Pencernaan Hewan Tingkat Rendah
Diantara hewan bersel banyak spon tidak mempunyai mulut atau usus, dan zat-zat yang dimakan dicerna secara intraseluler. Pencernaan intraseluler ciri khas dari protozoa seperti Paramecium dan Amoeba. Lapisan sel yang bersilium menutupi tubuh dan di dalamnya terdapat suatu massa sel yang padat. Besar kemungkinanya hewan tidak mempunyai mulut atau usus. Butir makanan kecil seperti bakteri, alga, dan protozoa dirintis oleh sel-sel luar. Butir makanan lalu dibungkus oleh vakuola makan dalam sel, dan enzim pencernaan dari sitoplasma masuk kedalam vakuola dimana kemudian terjadi intraseluler. Hasil pencernanan diserap dari vakuola. Semua limbah pencernaan dikeluarkan dari badan. Zat makanan yang diabsorpsi masuk kedalam secara difusi.

Pencernaan Hewan Tingkat Tinggi
1. Sistem Pencernaan pada Pisces
            Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris) yang termasuk zona ingresif. Di dalam rongga mulut ikan terdapat gigi – gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakkan, serta banyak mengandung lendir tetapi tidak menghasilkan ludah. Glandula Mukosa atau kelenjar lendir berfungsi untuk mempermudah jalannya makanan. Peninggian dasar mulut pun terjadi, yaitu diantara mandibularis dan arcus hyoideus, dilengkapi selaput lendir, disokong rangka hyobranchial tidak dapat bergerak / gerak terbatas, tanpa kelenjar. Terdapat organ pengecap yang sering menyelimuti lidah yang berfunsi sebagai penyeleksi makanan. Pada rongga mulut
pisces juga terdapat organ palatin yang terletak pada langit-langit bagian belakang, dan
merupakan penebalan dari lapisan mukosa. Langit – langit (palatum) tidak ada hubungannya
dengan rongga mulut dan rongga hidung. Organ ini terdiri dari lapisan otot dan serat kolagen
dan berfungsi sebagai proses penelanan makanan dan membantu membuang kelebihan air pada makanan yang dimakan
            Setelah melalui mulut makanan menuju ke esophagus (Zona Progresif) melalui faring.
Dalam ikan. Rongga mulut meneruskan diri menjadi faring dengan beberapa pasang insang
sebagai jalan masuk makanan dan air. Faring yang terdapat di daerah sekitar insang ini berbentuk kerucut dan pendek. Pada faring ini berfungsi sebagai penyaring makanan.
             tetapi pada faring kadang kala masih ditemukan organ pengecap, jika ada meterial yang bukan makanan maka material tersebut akan dibuang melalui celah insang Dari esophagus (kerongkongan) makanan di dorong masuk ke lambung. Pada ikan, esopagusnya pendek sekali dan batas dengan ventrikulsnya tidak jelas. Terdapat di sebelah dorsal trachea, dinding ototnya tersusun oleh otot polos tetapi dibagian anteriornya serabut otot polos perlahan berubah menjadi otot rangka, kemudian makanan menuju lambung (ventricilus).    
            Lambung pada ikan mempunyai dua fungsi, selain sebagai penampung makanan, lambung juga sebagai pencerna makanan. Pada ikan yang tidak berlambung, fungsi penampung makanan digantikan oleh usus depan yang dimodifikasi menjadi kantung yang membesar atau sering disebut lambung palsu. Seluruh Permukaan lambung ditutupi oleh sel mucus yang mengandung mukopolisakarida yang agak asam dan berfungsi sebagai pelindung dinding lambung dari kerja asam klorida. Pada lambung juga mempunyai sel-sel penghasil cairan gastric yang terletak dibagian bawah dari lapisan epithelium yang berfungsi untuk mensekresikan peptin dan asam klorida.

            Proses pencernaan di lambung dilakukan ada yang kimiawi dan ada pula pencernaan secara mekanik juga dilkukan di lambung. Pada ikan hebivora contohnya ikan ini menggerus makanan pada lambung, lambung tersebut sering disebut gizard atau lambung khusus. Lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan. Bentuknya bervariasi, ada yang berbentuk lurus, atau huruf J. Pylorus jauh lebih kecil dari pada cardianya.
            Didalam lambung ini akan terjadi proses pencernaan protein, lemak, dan karbohidrat. Pencernaan protein di lambung akan mengalamimdenaturasi ole kerja HCl dan dihidrolisis oleh enzim pepsin, sehingga protein menjadi peptid. Pencernaan protein, lemak dan karbohidrat di lambung merupakan tahap awal, tetapi secara intensif dilakukan di usus. Sedangkan pada ikan yang tidak mempunyai lambung, pencernaan protein dilakukan pad usu depan oleh enzim protease Dari lambung (Zona Progresif), makanan masuk ke usus (Zona Degresif) yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya.
            Usus bermuara pada anus (Zona Egresif). Bagian ini merupakan segmen terpanjang dari saluran pencernaan atau tractus digesti. Pada bagian depan usus ini ada yang terdapat dua saluran dan ada yang satu saluran. Dua saluran tersebut yaitu saluran yang berasal dari kantong empedu (ductus choledochus) dan saluran yang berasal dari pancreas. Sedangkan yang hanya mempunyai satu saluran pada depan lambung ini, karena pancreas pada ikan tertentu tersebut menyebar pada organ hati. jadi
hanya terdapat satu saluran yaitu ductus choledochus. Lapisan mukosa usus tersusun oleh selapis sel epithelium dengan bentuk prismatic. Pada lapisan ini terdapat tonjolan-tonjolan atau prisma atau villi yang membentuk seperti sarang tawon pada usus bagian depan dan akan lebih beraturan pad usus bagian belakang.
            Bentuk sel yang umum ditemukan di epithelium usus adalah sel enterosit dan sel mukosit. Sel enterosit merupakan sel yang permukaan atasnya mengarah ke rongga usus. sel ini adalah sel yang paling dominan, yang jumlahnya akan semakin meningkat kearah bagian belakang usus. Sel enterosit memiliki tonjolan kecil atau mikrovilli kecil yang berperan dalam penyerapan makanan. Sel mukosit atau sering disebut sel penghsil lender. Merupakan sel yang berbentuk seperti piala, pada permukaan sel ini juga terdapat mikrovilli. Lendir ini berfungsi sebagai pelumas dan pelindung dinding usus. Perbedaan intestinum pada ikan tiap jenis ikan terletak pad bentuknya. Ikan jenis herbivora memiliki usus yang menggulung dan panjang. Sedangkan untuk ikan omnivore memiliki usus yang hampir sama dengan herbivora tetapi lebih pendek.
            Sedangkan untuk ikan karnivora memiliki usus pendek dan tidak menggulung Glandula digesti pada ikan, meliputi hati dan pankreas. Hepar (hati) merupakan kelenjar yang berukuran besar, berwarna merah kecoklatan. Haepar terdiri atas 2 lobus, fungsi hati adalah untuk menghasilkan empedu yang akan disimpan dikantung empedu untuk pencernaan lemak. Hepar adalah organ penting yang mensekresikan bahan untuk proses pencernaan. Organ ini berwarna merah kecoklatan yang tersusun oleh sel-sel hati atau hepatosit. Organ ini terletak dibagian depan rongga badan dan mengelilingi usus.
            Hepar pada ikan terdiri dari 3 lobus, yaitu lobus dorsal, lobus dexter dan lobus sinister. Pad sel-sel lemak atau hepatosit akan membentuk asam empedu yaitu asam yang berasal dari kolesterol, yakni asam kholik, asam khenodesoksikholik, asam desoksikholik. Selanjutnya nanti akan terbentuk garam empedu. Dan Garam empedu ini yang berperan melarutkan lemak dalam air. Vesica felea (Kantung empedu) berbentuk bulat, berwarna kehijauan terletak di sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung. Fungsi vesica felea adalah menyimpan empedu dan mengalirkannya ke usus apabila diperlukan, . jika kekurangan cairan empedu dapat menurunkan kecernaan lemak dan kekurangan vitamin-vitamin yang hanya larut dalam lemak, seperti vitamin A, D, E, K.
            Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik sehingga sukar dikenali,
fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim – enzim pencernaan dan hormon insulin.
Pankreas terletak berdekatan dengan usus depan dan lambung. Saluran pankreati ini bermuara
pada usus depan. Warnanya kekuning-kuningan. Pada pancreas ini mempunyai dua tipe sel,
yang pertama adalah sel eksokrin yang berfungsi untuk mensistesis enzim. Hasil utama
pancreas eksokrin adalah enzim-enzim pencernaan, seperti protease, amylase, khitinase, dan
lipase.Sel yang kedua adalah sel endokrin yang berfungsi untuk mensistesis hormon.

2. Sistem Pencernaan Pada Amfibi
Tractus digestivus pada amfibi terbagi atas empat zona yaitu zona ingresif
(mengambil dan memasukkan makanan), zona progresif (mendorong makanan serta mulai
mengubahnya), zona degresif (berlangsung proses kimia, seleksi dan absorbsi). Dan zona
terakhir adalah zona engresif (melepaskan sisa makanan).

1. Zona ingresif yaitu rongga mulut: gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa, lidah untuk menangkap mangsa. dan choane terletak di palatum primer. Pada pinggir lubang mulut mempunyai 12 -20 pasang tentakel dan rambut getar lidah amfibi dapat bergerak.

2. Zona progresif esofagus: berupa saluran pendek. Esopagusnya pendek sekali dan batas dengan ventrikulsnya tidak jelas.

3. Zona progresif ventrikulus (lambung): berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi lebar. Ujung cardia lebar, fundus tidak terlihat jelas, ujung pylorus pendek dan sempit. Fungsi ventriculus adalah tempat menyimpan makanan, pencernaan secara mekanik, serta pencernaan secara kimiawi.

4. Zona Degresif intestinum (usus): Usus halus meliputi: duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya. Seperti batas intestinum crassum dan tenue yang kurang jelas. Seluruh permukaan intestinum disusun oleh sel – sel yang memiliki kemampuan absorbsi

5. Zona Egresif yaitu Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloaca
6. Kloaka: merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi, dan urine.
           
Glandula digesti pada amfibi, terdiri atas hati dan pankreas. Hati berwarna merah kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan.
Pankreas berwarna kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari (duadenum). pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada
duodenum.
Sistem pencernaan makanan pada amfibi, hampir sama dengan ikan, meliputi saluran pencernaan. Contoh salah satu amphibi adalah katak. Makanan katak berupa hewan hewan kecil (serangga).

Secara berturut-turut saluran pencernaan pada katak meliputi:
1. Rongga mulut : terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk
menangkap mangsa.
2. Esofagus : berupa saluran pendek.
3. Ventrikulus : berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi lebar. Lambung katak
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya esophagus dan saluran keluar menuju
anus.
4. Intestinum (usus) : dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal.
5. Usus Halus : duodenum, jejunum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya.
6. Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloaka, dan
7. Kloaka : merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran
reproduksi dan urin. Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan pankreas. Hati
berwarna merah kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus.
Hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna
kehijauan dan pancreas bewarna kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas
jari (duadenum). pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada
duodenum.

3. Sistem Pencernaan Pada Aves
            Hewan unggas memiliki pencernaan monogastrik (perut tunggal) yang berkapasitas
kecil. Makanan ditampung di dalam crop kemudian empedal/gizzard terjadi penggilingan
sempurna hingga halus. Makanan yang tidak tercerna akan keluar bersama ekskreta, oleh
karena itu sisa pencernaan pada unggas berbentuk cair (Girisenta, 1980). Unggas mengambil
makanannya dengan paruh dan kemudian terus ditelan. Makanan tersebut disimpan dalam
tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan proventrikulus dan
kemudian digiling dalam empedal. Tidak ada enzim pencernaan yang dikeluarkan oleh
empedal unggas. Fungsi utama alat tersebut adalah untuk memperkecil ukuran partikelpartikel makanan.
            Dari empedal makanan yang bergerak melalui lekukan usus yang disebut
duodenum, yang secara anatomis sejajar dengan pankreas. Pankreas tersebut mempunyai
fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti hanya pada spesies-spesies lainnya. Alat
tersebut menghasilkan getah pankreas dalam jumlah banyak yang mengandung enzimenzim
amilolitik, lipolitik dan proteolitik. Enzim-enzim tersebut berturut-turut menghidrolisa pati, lemak, proteosa dan pepton. Empedu hati yang mengandung amilase, memasuki pula duodenum. Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya mengeluarkan
getah usus.
            Getah usus tersebut mengandung erepsin dan beberapa enzim yang memecah
gula. Erepsin menyempurnakan pencernaan protein, dan menghasilkan asam-asam
amino,enzim yang memecah gula mengubah disakharida ke dalam gula-gula sederhana
(monosakharida) yang kemudian dapat diasimilasi tubuh. Penyerapan dilaksanakan melalui
villi usus halus.
            Unggas tidak mengeluarkan urine cair. Urine pada unggas mengalir ke dalam
kloakadan dikeluarkan bersama-sama feses. Warna putih yang terdapat dalam kotoran ayam
sebagian besar adalah asam urat, sedangkan nitrogen urine mammalia kebanyakan adalah
urine. Saluran pencernaan yang relatif pendek pada unggas digambarkan pada proses
pencernaan yang cepat (lebih kurang empat jam).
Pencernaan Karbohidrat
            Setelah makanan yang dihaluskan melalui empedal ke lengkukan duodenal maka
getah pankreatik dikeluarkan dari pankreas ke dalam lekukan duodenal. Pada waktu yang
bersamaan, garam empedu alkalis yang dihasilkan dalam hati dan disimpan dalam kantong
empedu dikeluarkan pula ke dalam lekukan duodenal. Garam empedu menetralisir
keasaman isi usus di daerah tersebut dan menghasilkan keadaan yang alkalis.
           
            Tiga macam enzim pencernaan dikeluarkan ke dalam getah pankreas. Salah satu diantaranya adalah amilase yang memecah pati kedalam disakharida dan gula-gula kompleks. Apabila makanan melalui usus kecil maka sukrase dan enzim-enzim yang memecah gula lainnya yang dikeluarkan di daerah ini selanjutnya menghidrolisis atau mencerna senyawasenyawa gula ke dalam gula-gula sederhana, terutama glukosa. Gula-gula sederhana
adalah hasil akhir dari pencernaan karbohidrat. Pati dan gula mudah dicerna oleh unggas
sedangkan pentosan dan serat kasar sulit dicerna. Saluran pencernaan pada unggas adalah
sedemikian pendeknya dan perjalanan makanan yang melalui saluran tersebut begitu
cepatnya sehingga jasad renik mempunyai waktu sedikit untuk mengerjakan karbohidrat
yang kompleks.
            Pencernaan Lemak Garam-garam empedu hati mengemulsikan lemak dalam lekukan duodenal. Lemak berbentuk emulsi tersebut kemudian dipecah ke dalam asam lemak dan giserol oleh enzim lipase, suatu hasil getah pankreas. Zat-zat tersebut merupakan hasil akhir pencernaan lemak.

Pencernaan Protein
Pada waktu bahan makanan dihaluskan dan dicampur di dalam empedal, campuran
pepsin hidrokhlorik memecah sebagian protein ke dalam bagian-bagian yang lebih
sederhana seperti proteosa dan pepton. Pada saat lemak dan karbohidrat dicerna dalam
lekukan duodenal maka tripsin getah pankreas memecah sebagian proteosa dan pepton ke
dalam hasil-hasil yang lebih sederhana, yaitu asam-asam amino. Erepsin yang dikeluarkan
ke dalam usus halus melengkapi pencernaan hasil pemecahan protein ke dalam asam-asam
amino. Zat-zat tersebut merupakan hasil akhir pencernaan protein.

6. Pencernaan Zat-zat Mineral dan Vitamin
            Zat-zat mineral dalam saluran pencernaan dilarutkan, bukan dicerna. Sebagian besar
zat mineral tersebut berubah dari bentuk padat ke bentuk cair di dalam empedal. Kulit
kerang dan grit misalnya dilarutkan di bagian tersebut. Pencernaan dan metabolisme
vitamin dalam tubuh belum banyak dapat diketahui. Karoten, “prekursor” vitamin A,
dirubah ke dalam vitamin A dalam tubuhnya dapat membantu vitamin C dari bagianbagian
makanan yang ditelan, Kholesterol dalam tubuh dirubah ke dalam vitamin D
karena penyinaran sinar matahari atau sinar ultraviolet.
Penyerapan dan Assimilasi Zat-zat makanan yang dicerna masuk melalui dinding-dinding usus ke dalam peredaran darah.

            Sebagian besar penyerapan sangat dipertinggi dengan adanya villi yang
tidak terhitung jumlahnya. Zat-zat makanan yang tercerna dalam bentuk gula sederhana,
asam-asam amino dan zat – zat mineral yang larut, masuk melalui permukaan dinding
usus kedalam kapiler-kapiler darah. Cara bagaimana zat-zat tersebut masuk melalui
dinding usus belum banyak diketahui. Lemak yang dicerna masuk melalui dinding usus
ke dalam cairan yan menyerupai susu sistema limfatik. Di sini zat-zat tersebut
membentuk lemak netral. Lemak dalam limfa lebih banyak merupakan lemak tubuh
daripada sebagai lemak yang diperoleh dari bahan makanan. Lemak bergerak bersamasama
limfa dan memasuki aliran darah vena dekat jantung.

Pengangkutan Zat-zat Makanan Zat-zat makanan yang telah dicerna setelah masuk ke peredaran darah melalui kapiler kapiler dalam dinding usus dikumpulkan di dalam vena porta. Vena porta tersebut mengangkut darah dan zat-zat makanan yang telah diserap ke hati dalam perjalanannya ke jantung. Setelah makanan yang dicerna masuk melalui kapiler-kapiler hati, sebagian besar glukosa dirubah kedalam glikogen untuk disimpan di dalam hati dan otot. Sebagian asam-asam amino dan hasil-hasil zat yang mengandung nitrogen dan
metabolisme jaringan mengalami deaminasi pada waktu zat-zat tersebut melalui hati.
Bagian-bagian karbohidrat dapat digunakan untuk panas dan kegunaan-kegunaan energi
dan bagian zat yang mengandung nitrogen diangkut ke ginjal untuk disingkirkan. Hati
memindahkan pula sebagian lemak dan aliran darah untuk disimpan. Hal tersebut dapat
dilihat pada hati yang berwarna pucat kekuning-kuningan dari ayam yang gemuk dan
anak ayam yang baru menetas. Kotoran-kotoran yang terserap dan saluran pencernaan ke
dalam peredaran darah diambil oleh sel-sel hati pada waktu darah masuk melalui kapiler
kapiler hati. Bila racun ikut terserap maka konsentrasi racun yang tinggi tersebut
biasanya terdapat pada hati.
           
            Darah yang membawa zat-zat makanan yang telah dicerna
meninggalkan hati dengan perantaraan vena hepatika menuju ke jantung. Darah tersebut
melanjutkan perjalanannya dari jantung ke paru-paru untuk melepaskan karbondioksida
dan air dan mengambil oksigen. Darah kembali dari paru-paru ke jantung untuk
kemudian dialirkan melalui arteri-arteri ke seluruh jaringan tubuh. Zat-zat makanan yang
telah dicerna mengalir ke kapiler-kapiler ke limfa yang membasahi sel-sel jaringan.
Limfa berguna sebagai medium pertukaran antara kapiler kapiler dan sel-sel jaringan.
Limfa tersebut membawa makanan yang telah dicerna kesel dan mengangkut sisa-sisa
makanan dari sel.

4. Sistem Pencernaan Pada Pisces
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam
rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan
lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir,
tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk ke
esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang. Esofagus berbentuk
kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui makanan lumennya
menyempit.
            Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada
umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada beberapa jenis ikan,
terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan. Dari lambung,
makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok kelok dan sama besarnya.
Usus bermuara pada anus. Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan pankreas.
Hati merupakan kelenjar yang berukuran besal, berwarna merah kecoklatan, terletak di
bagian depan rongga badan dan mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi atas
lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke arah punggung. Fungsi hati
menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu untuk membanfu proses
pencernaan lemak. Kantung empedu berbentuk bulat, berwarna kehijauary terletak di
sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung. Kantung empedu berfungsi
untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila diperlukan. Pankreas merupakan
organ yang berukuran mikroskopik sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas, antara lain
menghasilkan enzim – enzim pencernaan dan hormon insulin.

5. Sistem Pencernaan Pada Reptil
Sebagaimana pada ikan dan amfibi, sistem pencernaan makanan pada reptil
meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Reptil umumnya karnivora
(pemakan daging). Secara berturut-turut saluran pencernaan pada reptil meliputi:

1) rongga mulut: bagian rongga mulut disokong oleh rahang atas dan bawah,
masingmasing memiliki deretan gigi yang berbentuk kerucut, gigi menempel pada gusi
dan sedikit melengkung ke arah rongga mulut. Pada rongga mulut juga terdapat lidah
yang melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang dua,

2) esofagus(kerongkongan),

3) ventrikulus(lambung),

4) intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada anus. Kelenjar
pencernaan pada reptil meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas. Hati padareptilian
memiliki dua lobus (glambir dan yang berwarna kemerahan). Kantung empeduterletak
pada tepi sebelah kanan hati. Pankreas berada di antara lambung dan
duodenum,berbentuk pipih kekuning-kuningan.

6. Pencernaan Pada Insecta

Terdapat dua jenis pencernaan pada serangga yaitu:
1. Pencernaan Di Luar Saluran Usus (Ekstrainstestinal Digestion)
            Jenis pencernaan dimana makanan sebelum masuk ke dalam perut terlebih dahulu telah
mendapat perlakuan pencernaan sebelumnya. Karena air liur mengandung enzim,
seringkali pencernaan dimulai sebelum makanan ditelan. Hal ini terjadi pada serangga
serangga pengisap cairan. Enzim disemprotkan pada makanan sehingga larut sebelum
ditelan.
2. Pencernaan Di Bagian Dalam Usus (Intrainstestinal Digestion)
            Jenis pencernaan ini kebanyakan dilakukan oleh mahluk hidup dimana pencernaan
terjadi didalam perut setelah makanan dimakan. Saluran pencernaan berperan terutama
untuk pencernaan dan penyerapan makanan. Pada umumnya pencernaan terjadi sebagian
besar di dalam usus bagian tengah, dimana enzim-enzim pencernan bayak diproduksi.
Enzim-enzim ini berfungsi memecahkan subtansi yang komplek di dalam makanan
menjadi subtansi yang lebih sederhana sehingga dapat diserap dan kemudian diasimilasi
oleh serangga. Kebanyakan karbohidrat diperoleh menjadi monosakarida.
            Kebanyakan serangga tidak memiliki enzim yang dapat memecahkan selulosa yang biasanya terdapat didalam makanan serangga. Kebanyakan pencernaan terjadi di dalam usus tengah tempat dimana enzim disekresikan tetapi karena cairan-cairan usus bagian tengah dimuntahkan kembali, sejumlah pencernaan dapat terjadi juga di tembolok. Enzim yang berkaitan dengan pencernaan terdapat dalam air liur dan sekresi usus bagian tengah. Enzim yang terdapat di bagian usus tengah disesuaikan dengan makanan.
Serangga makan hampir segala zat organik yang terdapat di dalam, dan sistem-sistem pencernaan mereka menunjukkan variasi yang besar. Sistem percernaan ini sangat beragam tergantung macam-macam makanan yang dimakan. Kebiasaan-kebiasaan makan bahkan mungkin sangat beragam pada satu jenis tunggal. Larva dan serangga dewasa biasanya mempunyai kebiasaan makan yang sama sekali berbeda dan hal ini tentu akan menyebabkan perbedaan dalam sistem-sistem pencernaan. Saluran pencernaan pada serangga dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu :
1. Saluran pencernaan depan (Stomodeum)
2. Saluran pencernaan tengah (Mesenteron)
3. Saluran pencernaan belakang (Proktodeum)

            Saluran-saluran pencernaan tersebut berasal dari turunan yang berbeda, saluran
pencernaan depan dan belakang berasal dari jaringan ektodermal dan saluran pencernaan
tengah berasal dari jaringan endodermal. Bentuk saluran pencernaan ini dipengaruhi oleh
cara makan dan makanan serangga, sehingga hal ini akan menyebabkan adanya
perbedaan-perbedaan (penyesuaian - penyesuaian) diantara bentuk pencernaan serangga.
Pada banyak serangga bagian bagian utama ini terbagi menjadi bagian lain dengan
berbagai fungsi yaitu faring, esofagus, krop dan proventrikulus pada saluran pencernaan
bagian depan, ventrikulus pada bagian pencernaan tengah, dan pirolus, illeum serta
rektum pada pencernaan bagian belakang. Beberapa sistem yang mendukung fungsi
sistem pencernaan adalah sistem syaraf pusat, sistem syaraf stomatogastik, sistem
endokrin dan sistem pernapasan.

1. Saluran Pencernaan Depan
            Saluran pencernaan depan berasal dari jaringan ektodermal maka saluran
pencernaan bagian depan dilapisi kutikula yang disebut intima, yang dilepaskan setiap
pergantian kulit. Saluran pencernaan depan lebih berfungsi sebagai penyimpan makanan
dan sedikit melakukan pencernaan. Pencernaan pada tempat ini disebabkan masih adanya
enzim-enzim yang terbawa dari mulut. Saluran pencernaan depan tersusun dari : a. Otot
otot yang memanjang (longitudinal) b. Otot-otot melingkar (circular) c. Sel-sel
ephitelium yang pipih d. Sel-sel yang bersifat impermiable Akibat pergerakan otot-otot
melingkar dan longitudinal menyebabkan makanan dapat bergerak ke saluran tengah.

            Saluran pencernaan depan terdiri dari beberapa bagian dan fungsi sebagai berikut :
- Rongga mulut sebagai masuknya makanan
- Faring (kerongkongan) merupakan bagian pertama sesudah rongga mulut yang
berfungsi sebagai penerus makanan ke oesophagus. Otot-otot yang menempel pada
faring berkembang dengan baik, hal ini sesuai dengan perannya yang mendorong
makanan dari mulut ke oesophagus . Pada serangga dengan tipe menusuk dan mengisap
pada faring terdapat pompa faringeal yang dipakai untuk mengambil cairan.
– Oesophagus adalah bagian usus depan yang tidak berdiferensiasi yang berfungsi
mendorong makanan dari faring ke tembolok.
– Tembolok merupakan pembesaran usus bagian depan yang berfungsi sebagai
penyimpan makanan.
            Seringkali bila tembolok kosong akan melipat secara longitudinal
dan tranversal tetapi pada Periplanata (Dictyoptera) tembolok hanya mengalami
perubahan kecil pada volumenya karena apabila tembolok tidak berisi makanan,
tembolok tersebut diisi oleh udara. Pada umumnya sekresi dan penyerapan tidak terjadi
di dalam tembolok, tetapi kadang kala terjadi secara enzimatik. Enzim didapat dari
makanaan yang tercampur air liur yang bergerak ke belakang menuju tembolok serta
enzim dari mesenteron yang dimuntahkan dari usus tengah. Walaupun proventrikulus
bertindak sebagai klep yang membatasi gerakan-gerakan makanan ke belakang tetapi
tidak menghalangi muntahan cairan. – Proventrikulus, bagian ini mengalami modifikasi
yang beraneka ragam pada berbagai serangga.
            Pada serangga pemakan bahan padat, proventrikulus berfungsi sebagai pemecah makanan, sedangkan pada serangga pemakan cairan proventrikulus termodifikasi menjadi katup. Pada lipas dan jangkrik, intima di
dalam proventrikulus berkembang menjadi enam keping otot yang keras atau geligi yang
berfungsi untuk memecah makanan. Proventrikulus secara keseluruhan mengontrol
jalannya makanan dari stomadeum ke mesenteron.

2. Saluran Pencernaan Tengah
            Saluran pencernaan bagian tengah berfungsi sebagai pencerna dan penyerap
makanan. Saluran ini berasal dari mesodermal sehingga saluran ini tidak memiliki
kutikula dansebagai gantinya adalah lapisan peritropik yang halus. Otot-otot pada saluran
ini berkembang. Menurut Chapman (1982) saluran pencernaan ini disususn oleh :
• Otot longitudinal
• Otot melingkar
• Sel-sel epithelium yang berbentuk kolumnar
• Sel-sel regeneratif (penghasil enzim)
Membran peritropik pergerakan makanan ke saluran belakang pada saluran ini lebih disebabkan oleh membran peritropik. Membran peritropik adalah suatu lapisan yang meliputi lumen untuk melindungi sel-sel kolumnar yang berada di bawahnya dari
makanan dan mikroba. Membran peritropik terdiri atas khitin dan protein. Ada dua
pendapat mengenai terjadinya membran tersebut, pendapat pertama mengatakan bahwa lapisan dihasilkan oleh bagian depan saluran pencernaan tengah, sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa lapisan dihasilkan oleh sel-sel kolumnar sendiri. Lumen memiliki mikropili yang merupakan tonjolan-tonjolan pada sel yang dapat membentuk started border. Mikropili ini juga berfungsi memperbesar luas permukaan penyerapan. Pada sel-sel ini terdapat banyak mitokondria sebagai penghasil energi (ATP) untuk pergerakan makanan.     Pada sel ini juga terdapat banyak retikulum endoplasma sebagaitempat sintesis protein untuk menghasilkan enzim-enzim pencernaan. Pada selepitelium yang kolumnar ditemukan sel Goblet. Pada selaput dasar memiliki banyaklekukan-lekukan dan disana banyak terdapat mitokondria yang panjang-panjang sehingga hal tersebut menjadi pembeda dengan sel-sel lain. Saluran pencernaan tengah
terdiri dari grastrik kaekum dan ventrikulus, tempat terjadinya pencernaan secara
enzimatis dan absorbsi nutrisi.

3. Saluran Pencernaan Belakang
Saluran pencernaan belakang berfungsi sebagai tempat pengeluaran sisa-sisa
makanan yang tidak terserap dan memaksimalisasi penyerapan sisa makanan yang tidak
terserap pada saat di mesenteron. Saluran pencernaan belakang ini berasal dari jaringan
ektodermal sehingga saluran ini memiliki kutikula yang disebut intima. Pada saluran
inilah sifat hemoestasis serangga terdapat. Saluran pencernaan belakang menurut
Snogras (1935) tersusun dari :
– Otot melingkar
– Otot longitudinal
– Sel-sel epitel tipis yang berbentuk kubus
– Intima yang bersifat permiabel. Otot-otot pada saluran ini lebih berkembang sehingga
dapat menyebabkan sisa makanan dapat bergerak ke belakang dan keluar melalui anus.
Saluran pencernaan belakang ini terdiri dari :
– Pilorus, bagian depan dari saluran ini tempat berpangkalnya tabung malphigi
- Illeum, berfungsi sebagai penyerapan air dari hemolimf atau juga penyerapan amonia
pada serangga “blowfly”. Pada rayap di illeum ini terdapat kantung-kantung tempat
organisme lain bersimbiosis (Chapman, 1982).
– Rektum, berfungsi sebagai reabsorbsi air, asam amino dan pada serangga tertentu
memiliki insang trakea. Pada rektum ini terjadi diferensiasi sel-sel, ada yang
memanjang dan ada yang membentuk bantalan
- Anus, bagian ujung saluran sebagai tempat keluarnya faeses Terdapat beberapa jenis
kelenjer yang dapat beradsosiasi dengan sistem pencernaan diantaranya adalah kelenjer
mandible, kelenjar maksila, kelenjar faring dan kelenjar labium.

7. Sistem Pencernaan Pada Cacing.
Sistem pencernaan makanan pada cacing tanah sudah sempurna. Cacing tanah
memiliki alat-alat pencernaan mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan
anus. Proses pencernaan di bantu oleh enzim-enzim yang dikeluarkan oleh getah
pencernaan secara eksternal. Makanan cacing tanah berupa daun-daunan serta sampah
organik yang sudahlapuk. Cacing tanah dapat mencerna senyawa organik tersebut
menjadi molekul yang sederhana yang dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa pencernaan
makanan dikeluarkan melalui usus.

8. Sistem Pencernaan Pada Mammalia
Hewan-hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi, kerbau disebut
sebagai hewan memamah biak (ruminansia). Sistem pencernaan makanan pada hewan
ini lebih panjang dan kompleks. Makanan hewan ini banyak mengandung selulosa yang
sulit dicerna oleh hewan pada umumnya sehingga sistem pencernaannya berbeda
dengan sistem pencernaan hewan lain. Perbedaan sistem pencernaan makanan pada
hewan mammalia, tampak pada struktur gigi, yaitu terdapat geraham belakang (molar)
yang besar, berfungsi untuk mengunyah rerumputan yang sulit dicerna. Sapi, misalnya,
mempunyai susunan gigi sebagai berikut:
3 3 0 0 0 0 0 0 Rahang atas
M P C I I C P M Jenis gigi
3 3 0 4 4 0 3 3 Rahang bawah
I = insisivus = gigi seri
C = kaninus = gigi taring
P = premolar = gerahamdepan
M = molar = geraham belakang
            Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak) tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa. Jika dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek. Esofagus (kerongkongan) pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi (mernbesar). Esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan sekitar 5cm.Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dart isi rongga perut.
            Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang
akan dimamah kembali (kedua kah). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan peragian. Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi.


            Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di
tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar
(disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim. Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti pada sapi
untuk fermentasi seluIosa.
            Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri terjadi pada
sekum yang banyak mengandung bakteri. Proses fermentasi pada sekum tidak seefektif
fermentasi yang terjadi di lambung. Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih
kasar karena proses pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum.
Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan
sekum yang kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu. Pada kelinci
dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan kembali. Kotoran
yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat makanan, yang akan
dicernakan lagi oleh kelinci. Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa
mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri
dari serat (selulosa). Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya
berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat
menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi
alternatif. Di samping itu, pada hewan mamalia terdapat modifikasi lambung yang
dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu: rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum
(perut kitab), dan abomasum (perut masam).
           
            Pencernaan Karbohidrat ,Pencernaan karbohidrat dimulai di mulut, dimana bahan makanan bercampur dengan ptialin, yaitu enzim yang dihasilkan oleh kelenjar saliva (saliva hewan ruminansia sama sekali tidak mengandung ptyalin). Ptialin mencerna pati menjadi maltosa dan dekstrin. Pencernaan tersebut sebagian besar terjadi di mulut dan lambung.
Mucin dalam saliva tidak mencerna pati, tetapi melumasi bahan makanan sehingga
dengan demikian bahan makanan mudah untuk ditelan. Mikroorganisme dalam rumen
merombak selulosa untuk membentuk asam-asam lemak terbang. Mikroorganisme
tersebut mencerna pula pati, gula, lemak, protein dan nitrogen bukan protein untuk
membentuk protein mikrobial dan vitamin B. Tidak ada enzim dari sekresi lambung
ruminansia tersangkut dalam sintesis mikrobial. Amilase dari pankreas dikeluarkan ke
dalam bagian pertama usus halus (duodenum) yang kemudian terus mencerna pati dan
dekstrin menjadi dekstrin sederhana dan maltosa. Enzim-enzim lain dalam usus halus
yang berasal dari getah usus mencerna pula karbohidrat. Enzim-enzim tersebut adalah
1. Sukrase (invertase) yang merombak sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
2. Maltase yang merombak maltosa menjadi glukosa
3. Laktase yang merombak laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
indomaterikuliah.blogspot.com

No comments :

BLOG HASMIRAH