SISTEM
PERNAPASAN
(SISTEM
RESPIRATORIUM)
A. LATAR BELAKANG
Pernapasan adalah pertukaran
gas yang dibutuhkan untuk metabolisme dalam tubuh. Hewan memiliki alat-alat
pernapasan yang berbeda-beda. Mamalia, Reptilia, dan Amphibia memiliki saluran pernapasan berupa paru-paru. Cacing (Annelida) dan Amphibia memiliki kulit yang berfungsi juga
sebagai tempat pertukaran gas. Ikan mengambil oksigen yang berada di lingkungannya
(air) dengan menggunakan sistem insang. Sebagian besar Arthropoda,
terutama serangga, telah memiliki sistem saluran pernapasan. Meskipun demikian,
terdapat kelebihan dan kekurangan pada setiap mekanisme pernapasan yang
dimiliki oleh setiap makhluk.
Respirasi eksternal (bernapas) meliputi proses pengambilan O2 dan pengeluaran CO2
serta uap air. Pernapasan merupakan pertukaran gas antara organism dan lingkungannya.
Pernapasan internal (pernapasan
selurel) terjadi didalam sel. Secara garis besar, pernapasan merupakan
pemecahan glukosa dengan bantuan enzim-enzim untuk menghasilkan energi.
Kelompok hewan darat yang termasuk Artropoda, misalnya serangga system
pernapasan berupa system pembuluh trakea. Trakea merupakan pembuluh udara yang
bercabang-cabang menjadi pembuluh-pembuluh udara yang halus ke seluruh bagian
tubuh. System trakea tidak mengandalkan para peredaran mentranspor oksigen dari
pertukaran gas di permukaan tubuh sel-sel tubuh, sehingga oksigen tidak
diedarkan melalui darah. Pada sepanjang kedua sisi tubuh serangga terdapat
lubang-lubang kecil disebut stigma, yang merupakan muara pembuluh-pembuluh
trakea yang selalu terbuka. Jadi, udara keluar masuk melalui stigma sebagai
lubang pernapasan.
Sebagai suatu medium respirasi, udara mempunyai banyak
keuntungan, salah satunya tentu saja kandungan oksigen yang tinggi. Selain itu,
karena O2 dan CO2 berdifusi jauh lebih cepat di udara
dibandingkan dengan di dalam air, maka permukaan respirasi yang terpapar ke
udara tidak harus di respirasi secara menyeluruh seperti insang. Sementara
permukaan respirasi mengeluarkan oksigen dari udara dan mengeluarkan karbon
dioksida , difusi dengan cepat membawa lebih banyak oksigen ke permukaan
respirasi dan membuang karbondioksida. Ketika hewan darat melakukan ventilasi,
maka lebih sedikit energi yang dipakai karena udara jauh lebih mudah di
gerakkan dibandingkan dengan air. Akan tetapi sebuah permasalahan yang
mengalahkan keuntungan udara sebagai medium respirasi. Permukaan respirasi yang
harus lebih besar dan lembab secara terus menerus akan kehilangan air ke udara
melalui penguapan. Permasalahan itu diatasi dengan cara membuat permukann
respirasi melipat ke dalam tubuh. (Campbell, 2005).
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa sistem
trakea, yang terbuat dari pipa yang bercabang di seluruh tubuh, merupakan salah
satu variasi dari permukaan respirasi internal yang melipat-lipat dan pipa yang
terbesar itulah yang disebut trakea. Bagi seekor serangga kecil, proses difusi
saja dapat membawa cukup O2 dari udara ke sistem trakea dan membuang
cukup CO2 untuk mendukung sistem respirasi seluler. Serangga yang
lebih besar dengan kebutuhan energi yang lebih tinggi memventilasi sistem
trakeanya dengan pergerakan tubuh berirama (ritmik) yang memampatkan dan
mengembungkan pipa udara seperti alat penghembus. (Campbell, 2005).
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi
dan dipakai oleh tubuh per satuan waktu (Seeley, 2003). Laju metabolisme
berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan proses ekstraksi
energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen. Secara
sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 +
6H2O +ATP. (Tobin, 2005).
Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur
banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini
memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam
jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui
jumlahnya. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam
bentuk laju konsumsi oksigen. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi
oksigen antara lain temperatur, spesies hwan, ukuran badan dan aktivitas
(Tobin, 2005).
Oksigen yang diperoleh hewan dari lingkungannya
digunakan dalam proses fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP.Sebenarnya,
hewan dapat menghasilkan ATP tanpa oksigen.Proses semacam itu disebut respirasi
anaerob. Akan tetapi, proses tersebut tidak dapat menghasilkan ATP dalam jumlah
banyak. Respirasi yang dapat menghasilkan ATP dalam jumlah banyak ialah
respirasi aerob.
Dalam proses anaerob, sebuah molekul glukosa hanya
menghasilkan dua molekul ATP, sementara dalam proses aerob, molekul yang sama
akan menghasilkan 36 atau 38 molekul ATP.Oleh
karena itu, hampir semua hewan sangat sangat bergantung pada proses
respirasi(pembentukan ATP) secara aerob.Respirasi sel (internal) akan
menghasilkan zat sisa berupa CO2 dan air,yang harus segera dikeluarkan dari
sel. (Isnaeni, 2006).
B. PENGERTIAN SISTEM PERNAPASAN
Pernapasan (respirasi)
adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen) ke
dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2
(karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Penghisapan ini
disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi (Syaifuddin, 1996).
Sistem
pernapasan terdiri atas paru-paru dan sistem saluran yang menghubungkan
jaringan paru dengan lingkungan luar paru yang berfungsi untuk menyediakan
oksigen untuk darah dan membuang karbondioksida.
Pernapasan pada makhluk hidup mempunyai dua arti,
yaitu:
1)
Pertama: pengambilan udara pernapasan
terutama O2 dan pengeluaran gas CO2 dan uap air sebagai waster product dari
proses pernapasan. Disebut external respiration.
2)
Kedua: peredaran O2 ke seluruh tubuh
jaringan-jaringan tubuh melalui kapilerkapiler yang terdapat didalamnya
sehingga O2 dapat mengadakan oksidasi terhadap substansi (terutama lemak dan
karbohidrat) yang terdapat dalam jaringan itu sehingga diperoleh energi dan
panas badan (suhu tubuh) serta waster product CO2 dan H2O yang dalam bentuk
H2CO3 diangkut oleh darah ke paru-paru untuk dikeluarkan. Pengertian yang kedua
ini disebut internal respiration atau cellular respiration.
Ringkasannya reaksi kasar (bruto reaksi) dari cellular respiration itu
sebagai berikut:
C6H12O6 6CO2 + 6H2O + energi
Jelas bahwa O2 sangat dibutuhkan oleh setiap organisme
terutama untuk menyelenggarakan
oksidasi terhadap substansi yang terdapat dalam sel yang mengandung energi potential yaitu lemak dan karbohidrat.
Sistem pernapasan
secara umum terbagi atas :
1. Bagian Konduksi
Bagian konduksi terdiri atas rongga hidung, nasofaring,
laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Bagian ini berfungsi untuk menyediakan
saluran udara untuk mengalir dan dari paru-paru untuk membersihkan, membasahi,
dan menghangatkan udara yang diinspirasi.
2. Bagian Respirasi
Bagian ini
terdiri dari alveoli, dan struktur yang berhubungan. Pertukaran gas antara
udara dan darah terjadi dalam alveoli. Selain struktur diatas terdapat pula
struktur yang lain, seperti bulu-bulu pada pintu masuk yang penting untuk
menyaring partikel-partikel yang masuk. Sistem
pernafasan memiliki sistem pertahanan tersendiri dalam melawan setiap bahan
yang masuk yang dapat merusak (Alsagaff, 2002).
Cara memperoleh O2 dari berbagai organisme (hewan)
tidak sama, misalnya:
1. Pada
Protozoa: O2 diperoleh melalui proses difusi (osmose), melalui pemeriksaan sel
membran. Pada Coelenterata (Hydra) dan Vermes belum terdapat alat khusus untuk
memperoleh O2, jadi jelas hanya melalui permukaan dari tubuhnya
2. Pada Cacing
tanah mengambil dan juga menggunakan permukaan tubuhnya
3. Pada Insecta:
O2 diperoleh melalui trachea. Untuk menarik O2 dari udara pernapasan didalam
darah terdapat pigmen-pigmen khusus yaitu:
- Haemoglobin
(berwarna merah) terdapat dalam erythrocytes dari semua golongan vertebrata dan
terdapat dalam plasma darah pada cacing tanah.
- Haemocyanine
(berwarna kebiru-biruan) terdapat pada plasma darah binatang lunak (molusca)
dan crustaceae.
Alat Pernapasan Pada Vertebrata:
a)
Pada Chordata dan vertebrata semua alat
pernapasan berkembang dari farink.
b)
Pada Chordata rendah dan ikan alat
pernapasannya berupa insang yang tumbuh dari farinks
c)
Pada Dipnoi dengan insang dan
paru-paru
d)
Pada Amphibia: larvanya menggunakan eksternal
gills. Dewasanya mengunakan paru-paru dan permukaan kulitnya.
e)
Pada Amniota (reptil, aves, caudalis)
menggunakan paru-paru.
C. DEFINISI PERNAPASAN (RESPIRASI)
Bernafas
merupakan salah satu ciri dan aktivitas makhluk hidup. Istilah pernafasan
sering disama artikan dengan istilah respirasi, walau kedua istilah tersebut
berbeda secara harfiah. Bernafas berarti memasukkan udara dari lingkungan luar
ke dalam tubuh dan mengeluarkan sisa pernafasan dari dalam ke luar tubuh.
Respirasi merupakan proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik dari makanan
yang digunakan untuk menghasilkan energy (Anonim, 2009).
Pada hewan-hewan
tingkat tinggi terdapat organ yang diperlukan dalam proses pernafasan seperti
paru-paru, insang dan trakea sedangkan pada hewan-hewan tingkat rendah proses
pertukaran oksigen dan karbondioksida dilakukan melalui proses difusi pada
permukaan sel-sel tubuh (Anonim,2009).
Bernafas artinya melakukan pertukaran gas, yaitu mengambil oksigen (O2)
ke dalam paru-paru yang disebut proses inspirasi dan mengeluarkan
karbondioksida (CO2) serta uap air (H2O) yang disebut
proses ekspirasi. Sedangkan respirasi adalah seluruh proses sejak pengambilan O2
untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O
dan energi. Pertukaran gas O2 dan gas CO2 berlangsung
melalui proses difusi. Alat-alat pernafasan dapat berupa paru-paru, insang,
trakea maupun bentuk lain yang dapat melangsungkan pertukaran gas O2 dan
gas CO2.
Pernapasan adalah pertukaran gas yang dibutuhkan untuk metabolisme dalam
tubuh. Hewan memiliki alat-alat pernapasan yang berbeda-beda. Mamalia,
Reptilia,
dan Amphibia
memiliki saluran pernapasan berupa paruparu. Cacing (Annelida) dan Amphibia
memiliki kulit yang berfungsi juga sebagai tempat pertukaran gas. Ikan
mengambil oksigen yang berada di lingkungannya (air) dengan menggunakan sistem
insang. Sebagian besar Arthropoda,
terutama serangga.
Serangga adalah kelompok Arthropoda yang paling banyak jenisnya. Meskipun
serangga memiliki sistem peredaran darah terbuka, namun sistem pernapasan
serangga langsung mencapai jaringannya lewat saluran yang disebut sistem
trakea. Sistem trakea memiliki saluran-saluran tempat pertukaran udara yang
bermuara di stigma atau spirakel, yaitu berupa lubang kecil yang berada di
kedua tepi setiap ruas tubuh serangga.
Alat respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat 02
dapat berdifusi masuk dan sebaliknya C02 dapat berdifusi keluar. Alat respirasi pada hewan bervariasi antara
hewan yang satu dengan hewan yang lain, ada yang berupa paru-paru, insang,
kulit, trakea, dan paruparu buku, bahkan ada beberapa organisme yang belum
mempunyai alat khusus sehingga oksigen berdifusi langsung dari lingkungan ke
dalam tubuh, contohnya pada hewan bersel satu, porifera, dan coelenterata. Pada
ketiga hewan ini oksigen berdifusi dari lingkungan melalui rongga tubuh.
D. SALURAN PERNAPASAN
Anatomi dari organon respiratorium
Anatomi rongga hidung:
Udara pernapasan dari hewan-hewan darat yang tergolong amniota (reptil,
aves, caudalis) masuk melalui nares – cavum nasicavum oris. Pada cavum
oris terdapat farinks. Farinks merupakan saluran (ruang)
pendek dibelakang cavum oris tempat persilangan jalan makanan dengan
udara untuk bernapas.
Disebelah dorsal dari farinks ada 2 ostia (lubang) yang
berhubungan melalui saluran (tubae Eustachii) dengan rongga telinga
tengah (cavum tymphani) sehingga memelihara keseimbangan tekanan udara
pada membrana tymphani.
Untuk hewan-hewan yang bernapas dengan insang makanan
dan udara pernapasan sama-sama diserap melalui mulut O2 yang larut dalam air
ditangkap oleh kapiler-kapiler dari insang pada waktu air dikeluarkan lewat
insang dan makanan-makanan dialirkan ke esofagus.
Pada hewan darat yang bernapas dengan paru-paru udara
dan makanan harus bersimpangan jalan di tengah farinks. Jadi makanan di
rongga mulut yang terletak di bawah harus disalurkan
ke esofagus yang terletak dorsal, sedang udara dari rongga hidung yang terletak diatas harus trakhea
diundurkan ke melalui larinks yang terletak ventral.
Lubang yang menghubungkan farinks dengan
larinks disebut glottis. Untuk mengatur agar tidak masuk ke dalam larinks
terdapat epiglottis. Pada waktu menelan makanan epiglottis menutup.
Larinks pada caudalis merupakan organon vocalia letaknya
pada pangkal dari trakhea terdiri dari 4 tulang rawan yaitu:
- cartilago
epiglottis
- cartilago
thireoidea
- cartilago
arythenoidea
- cartilago
criciidea
Pada cartilago arythenoidea ada membrane
vocalis yang merupakan sumber getaran bunyi.
Trakhea mempunyai anulus trachealis merupakan cincin yang tidak penuh lingkarannya,
bagian dorsal yang berdekatan dengan esofagus terbuka.
Esofagus tidak terjepit waktu menelan, dengan demikian trakhea bisa melebar
oleh tekanan udara yang diisap.
Trakhea pada ujung distal mengalami bifecartio (percabangan
menggarpu) menjadi dua bronchi (pada bronchi ini masih
terdapat gelang-gelang tulang rawan).
Bronchi ini masuk di dalam gelembung paru-paru dengan mempunyai banyak
cabang-cabang halus yang disebut bronchiole. Pada caudalis bronchial berakhir
pada gelembung-gelembung alveoli. Gelembung-gelembung ini dindingnya
dipenuhi anyaman-anyaman kapiler dengan demikian maka mudah terjadi
pertukaran gas O2 secara difusi osmose diikat oleh haemoglobin dalam kapiler-kapiler
alveoli CO2 dari darah dibebaskan ke dalam alveoli contrale dikeluarkan
dari tubuh.
Adanya bronchiole dan alveoli merupakan
gejala perluasan dari paru-paru sesuai dengan prinsip yaitu: makin
banyak pemakaian O2 makin luas permukaan kapiler yang berhubungan dengan
udara. Karena banyaknya pemakaian O2 sejalan dengan kegiatan pertukaran
zat dan sejalan pula dengan tempat evolusi besar maka ada pertumbuhan
evolusi dari paru-paru pada berbagai tingkatan hewan.
Pada amphibia: glottis berupa lubang yang
disebut auditus laryngeus yang dengan saluran pendek langsung
berhubungan dengan gelembung paru-paru. Perluasan paru-paru belum
sempurna, baru merupakan sekat-sekat yang tumbuh ke dalam dari dinding
paru-paru.
Pada reptilia (salamander):
perluasan paru-paru sudah lebih maju, karena sekat-sekat primer
bercabang-cabang lagi sehingga menambah luasnya bidang kapiler
pernapasan. Pada reptilia dan aves letak glottis terdapat pada pangkal
lidah. Dengan demikian dapat dijulurkan keluar. Sehingga waktu menelan mangsanya
(ular) dia masih bisa bernapas dengan baik.
Pada aves: pada pangkal trakhea
tidak terdapat larinks. Organon vocalisnya terletak pada bifucalis
trachealis yang disebut sirinks. Bronchi yang masuk ke
dalam paru-paru disebut mesobronchii. Mesobronchii mempunyai percabangan
yang disebut parabronchii. Dinding parabronchii beranyam dengan
kapiler-kapiler darah. Sehingga tidak perlu terbentuk alveoli.
Disamping pulmo pada
burung diperlengkapi dengan saccus pneumaticus (gelembung-gelembung
udara jumlahnya 5 pasang). Pada ular yang tumbuh hanya pulmo kanan.
Pulmonya panjang, akan tetapi daerah pernapasannya hanya dibagian depan.
Gelembung yang dibelakang berfungsi sebagai penampung hawa cadangan.
Secara fungsional, saluran pernapasan dapat dibagi dalam bagian penghantar (conducting portion),
yang terdiri dari rongga-rongga dan pipa-pipa yang membawa udara dari
luar tubuh ke semua bagian paru-paru dan suatu bagian pernapasan (respiratory
portion) yang terdiri dari bagian-bagian di dalam paru-paru akan
terjadi pertukaran gas antara udara dan darah. Secara antomis, jalan lalu-lintasnya
terdiri dari bangunan di luar paru-paru (hidung, nasofarinks, laring,
trakhea dan bronki utama) dan di dalam paru-paru (bronki kecil,
bronkioli, bronkioli terminal). Setiap bronkiolus terminal berakhir
dalam beberapa bronkiolus pernapasan yang menjadi tanda tempat masuk ke
dalam bagian pernapasan dari paru-paru. Tiap bronkiolus pernapasan
bercabang menjadi suatu sistem saluran-saluran alveoler dan alveolus-alveolus
akan terjadi pertukaran gas.
Secara embriologi, primordium saluran pernapasan lahir
sebagai tunas kecil dari dinding ventral usus depan. Tunas ini
menumbuhkan suatu pipa, trakhea yang segera kehilangan semua hubungan
dengan usus depan kecuali pada lubang larings. Kemudian trakeanya mulai
bercabang dan pada saat kelahiran bayi, tujuh belas subbagian
dari pipa semula telah terbentuk, disaat terjadi pembentukan bronki, bronkiolus dan bronkiolus terminal. Dengan
mulainya pernapasan pada saat kelahiran, ujung-ujung dari bronkiolus
terminal itu (jalan lalu-lintas terkecil dalam sistem
penghantar) berkembang menjadi saluran alveoler dan alveolusalveolus dan enam pasang cabang lagi ditambahkan.
Untuk tujuan penyajian, saluran pernapasan ada dua yaitu: saluran bagian atas, meliputi jalan
lalu-lintas di atas larings dan suatu bagian
bawah, mulai dengan turunan pertama dari tunas embrional dari
dinding usus depan, trakhea. Masalah konstruksi dinding pada dua bagian dari sistem pernapasan ini dipecahkan dalam berbagai cara. Karena udaranya digerakkan melalui jalan lalu-lintas ini dengan tekanan negatif,
maka jalan udara itu harus bertahan terhadap kollaps untuk dapat berfungsi.
Tanpa penguatan dengan tulang, sejumlah besar tulang rawan, serta jaringan
berserat padat dari bagaian atas, jalan pernapasan
ini akan ambruk. Dalam pipa yang merupakan bagian
bawah jalan pernapasan ini, cincin-cincin dan plat-plat tulang rawan berangsur-angsur berganti dengan lapisan-lapisan otot dan serat-serat elastik yang teranyam sekeliling jalan udara. Pernapasan, merentangkan
paru-paru dan memelihara jalan udara yang lemah ini
tetap terbuka. Penguatan dindingnya kemudian tidak
lagi diperlukan. Alih-alih itu, harus diadakan persiapan untuk memungkinkan elastisitas yang lebih besar dan kemampuan untuk menyesuaikan diameter maupun panjang dengan perubahan-perubahan dalam besarnya paruparu. Ototnya juga ikut serta berperan dalam penyesuaian volume jalan udara atau ruang mati pernapasan (respiratory dead space).
Tekanan ototnya dikendalikan oleh sistem syaraf parasimpatik dan perubahan-perubahan
dalam tekanan selama batuk dan udara dingin, bekerja sebagai
alat protektif untuk jalan lintas paru-paru.
Lepas dari fungsi pernapasannya (yang
meliputi pertukaran gas antara cairan jaringan,
plasma dan ruang-ruang udara dalam paru-paru), udara dalam sistem pernapasan harus dibasahi, disaring dan dipanasi untuk memungkinkan berfungsinya bagian-bagian komponennya dengan baik. Lendir yang disuplai
oleh sel-sel piala dalam epitel torak berlapis semu dan oleh kelenjar-kelenjar submukosa, bekerja untuk menangkap partikel-pertikel debu dan bakteri dan
juga mensuplai enzim yang memusnahkan bakteri-bakteri tertentu. Sekresi yang
sama bekerja untuk membasahi udara dan juga melarutkan molekul-molekul tertentu, yang diamatis sebagai bau, dengan bantuan organ pencium (olfactory organ)
dalam jalan lintasan hidung. Pukulan-pukulan silia yang terkoordinasi pada
permukaan sel menggerakkan sekresinya dari jalan
lintas hidung melalui nasofarings ke orofarings, sedangkan aktivitas serupa dari sel-sel
bersilia yang terdapat dalam bronkiolus, bronki dan trakhea mendorong lendirnya ke glottis.
Dari tempat ini, sekresinya dibatukkan keluar atau mengalir
ke dalam esofagus. Suatu suplai pembuluh-pembuluh
darah vena yang melimpah dalam jaringan submukosa jalan hidung memanaskan udaranya.
Beberapa dari fungsi-fungsi tersebut
dipermudah oleh luas permukaan yang melimpah dalam
tiap jalan hidung yang terdapat pada
1). Empat
sinus tambahan (frontal, etmodial, sfenoidal dan maksiler);
2). Adanya tiga konka yang mengandung tulang-tulang yang terpilin
berbelit-belit bentuk kerucut terbalik.
Sel-sel fagosit tertentu yang disebut
sel-sel debu (dust cells) terletak dalam
jaringan paru-paru. Berfungsi membuang dan menimbun partikel-partikel asing yang memasuki paru-paru. Organ pembau berfungsi untuk memperingatkan organismenya tentang adanya zat-zat beracun dalam udara. Epitel pernapasan yang terspesialisasi dari alveolus paru-paru,
secara mengherankan ternyata sangat sesuai untuk
fungsinya berupa pertukaran gas. Tubula-tubula
penghantar terbuat sedemikian rupa sehingga jalan lalu-lintas terbuka untuk gas, tetap terpelihara di bawah fluktuasi besar yang
ditimbulkan oleh ventilasi. Tubula-tubula ini lambat
laun berubah dalam strukturnya dari pipa kaku berdinding
tebal menjadi pipa-pipa yang makin tipis dan makin lunak dan perubahan serupa terjadi dalam pembuluh darahnya.
Bagian Atas Saluran Pernapasan
Jalan Lalu Lintas Hidung
Hidung terdiri dari dua jalan lalu lintas yang terpisah oleh sekat hidung (nasal septum)
yang mengandung tulang rawan. Tiap jalan lalu lintas dimulai dari lubang hidung
luar (external nares) sebagai suatu infleksi (pembengkokan) epitel berlapis gepeng
yang berkeratin dari sayap (alae) hidung. Bagian yang terinfleksi membentuik vestibule
(serambi muka) yang tertutup oleh banyak rambut (vibrissae). Di daerah ini juga terdapat
kelenjar sebakeosa dan sejumlah besar kelenjar keringat. Papilla-papilla jaringan penyambung
adalah dalam dan dapat dilihat
kelenjar serosa dan mukosa campuran yang terpencar. Di daerah posterior dari
vestibule, epitelnya menjadi non keratin atau hanya membentuk
bintik-bintik kecil epitel
keratin yang tidak berambut. Yang terakhir ini menunjukkan awal dari bagian jalan hidung yang
disebut bagian pernapasan, yang pada gilirannya berakhir dalam suatu lobang kecil yang disebut koana (choana)
yang menuju ke nasofarings.
Bagian pernapasan dari tiap jalan hidung meliputi sinus-sinus organ pencium, ketiga konka. Termasuk
meatus-meatus dan permukaan atas dari langit-langit keras. Pada umumnya, epitel
daerah ini torak berlapis semu dan bersilia dan biasanya menampakkan empat atau lima baris nukleus dan
mengandung sel-sel piala. Lamina
propria yang ada di bawahnya, yang tersusun dari serat-serat elastis dan kolagen, menempel pada periosteum
atau perikondrium tetangganya. Suatu membran dasar yangmengandung serat elastis, terdapat secara
tak teratur.
Sinus-sinus tersebut
terletak dalam tualang-tulang tertentu dari kepala dan biasanya terlihat pada irisan yang telah didekalsifikasi
(dibuang kapurnya) pada kepala
embrio. Epitelnya torak berlapis semu, bersilia dan hampir separuh tebal dari bagian-bagian lain saluran
pernapasan. Selaput sinus menampakkan dua atau tiga deretan nukleus dan beberapa sel piala (goblet).
Membran dasarnya tipis dan jarang
terlihat. Lamina proprianya juga tipis terutama dari kolagen dan
menempel erat pada periosteum.
Mempunyai sedikit kelenjar tetapi sering mendapat suplai agregasi limfoid dan lain-lain bentuk leokositis.
Konka atas, tengah dan bawah
biasanya tampak pada irisan-irisan frontal melalui kepala janin manusia sebagai penonjolan-penonjolan
yang tergulung dan membengkok
ke belakang yang tumbuh dari dinding berhadapan dengan septa (paraseptal). Pada binatang,
seperti Babi, hanya bagian-bagian konka yang tampak karena kepalanya memanjang menjadi moncong. Ruang
sebelah bawah konka adalah
berturut-turut meatus atas, tengah dan bawah.
Konka tengah dan bawah mempunyai
epitel torak berlapis semu dari jenis
tebal biasa, yang mengandung banyak sel piala. Membran dasar ini tebal
dan segera dapat
diperlihatkan. Lamina proprianya menunjukkan alveolus-alveolu. serosa maupun mukosa,
serta sejumlah besar jalan vena yang menyolok. Jalan-jalan vena ini dapat tersumbat
dengan darah dan dindingnya menunjukkan pita-pita otot polos yang berbentuk lingkaran atau membujur. Tiap meatus
mempunyai epitel tipis yang
mengandung beberapa sel piala, yang terletak pada membran dasar yang tipis. Konka atas,
bagian atap jalan hidung dan dari organ pencium (olfactory). Epitel ogan itu tebal dan karena tonjola-tonjolan
syarafnya hampir tidak mungkin
ditelusuri dalam preparat hematoksilin dan eosin, maka penampilannnya serupa dengan epitel-epitel berlapis torak.
Sel-sel permukaannya mengandung
butiran-butiran pigmen jika diawetkan secara baik dan silia-silia yang ada tertutup oleh sekresi yang
membeku (coagulated secretion), yang memberi
kesan seakan-akan jaringannya tertutup dengan suatu kutikula (cuticle).
Nasofarings
Pada bagian-bagian nasofarings yang tidak mempunyai kontak dengan permukaan lainnya, epitelnya berupa
berlapis torak semu, bersilia dan lamina proprianya mengandung kelenjar-kelenjar campuran atau seromukosa.
Pada zonazona peralihan
tertentu, mungkin terdapat epiltel berlapis torak tetapi tidak mudah dibedakan dari jenis berlapis semu.
Pada bagian atas dan belakang dari nasofarings
terdapat banyak agregasi (kumpulan) sel-sel limfoid yang
mungkin merupakan perluasan
dari tonsila-tonsila farings atau adenoid. Agregasi serupa yang membentuk tonsila tuba dijumpai
disekeliling tempat masuknya tuba
eustachius ke dalam nasofarings. Kira-kira di bawah tempat
terdapatnya tonsila, dinding
belakang nasofarings tertutup dengan epitel berlapis gepeng tanpa keratinisasi, dengan sejumlah
besar papila rendah. Permukaan atas langit-langit lunak dan mempunyai epitel berlapis gepeng tanpa keratinisasi.
Larings
Bagian paling atas dari larings dikenal sebagai epiglottis.
Permukaan lingual atau
permukaan depan dari epiglottis ini tertutup dengan epitel berlapis gepeng tanpa keratinisasi dan
mempunyai banyak kelenjar seromukosa dalam lamina proprianya, khususnya dekat sambungan dengan
dasar lidah. Bagian atas permukaan
belakang epiglottis tertutup dengan epitel berlapis gepeng tanpa keratinisasi yang berbaur ke
dalam zona peralihan dan tampak sebagai epitel torak berlapis silia. Bagian bawah permukaan belakang mempunyai
epitel torak berlapis semu yang
bersilia, yang menampakkan sel-sel piala dan dekat dasar terlihat tunas-tunas gepeng (taste buds) yang
terpencar. Lamina proprianya meliputi beberapa unit mukosa dan serosa. Daerah antara
kedua permukaan itu diduduki oleh
tulang rawan yang luas sekali dan mengandung beberapa serat elastis tebal, yang disebut tulang rawan elastis.
Pada epiglottis beberapa hewan, tulang rawannya dapat mempunyai suatu zona sentral yang terinvasi oleh
sel-sel lemak. Akan tetapi
tidak terdapat perikondria dalam zona invasi itu.
Epitel dari tali vokal (vocal cord) yang sebenarnya adalah dari
jenis berlapis gepeng tanpa
keratinisasi dan tidak mempunyai kelenjar lendir dalam lamina proprianya. Disebelah atas dan bawah tali-tali vokal,
epitelnya merupakan jenis torak
berlapis semu bersilia dengan sel-sel piala dan banyak kelenjar lendir terdapat dalam lamina proprianya. Di
daerah ini kadang-kadang dijumpai beberapa
petak jenis berlapis gepeng.
Bagian Bawah Saluran
Ahli-ahli morfologi membagi bagian bawah saluran pernapasan berdasarkan
pemotongan-pemotongan kasar dan dengan injeksi campuran bertitik cair rendah
pada saluran. Dengan demikian terdapat lobus-lobus dan lobulus paru-paru,
dengan peredaran darah dan limfatika yang menyertainya, mempunyai
berbagai tubula udara. Biasanya, orang tidak menggunakan lebih daripada suatu
bagian kecil dari lobulus untuk penelitian. Disamping itu, kecenderungan lama
untuk menggunakan diameter tubula sebagai kriteria identifikasi, tidak lagi
berlaku daripada halnya pada pengidentifikasian pembuluh darah. Pada histologi
rutin, sifat-sifat menonjol untuk diamati pada tubula dan paru-paru adalah:
1. Susunan epitelnya
2. Ada atau tidaknya tulang rawan
dan keadaannya
3. Kelenjar-kelenjar dan keadaannya
4. Keadaan otot-ototnya
5. Hubungan
bagian-bagiannya satu sama lain pada tingkat mikroskopis.
Trakhea
Trakhea terdiri dari 1) mukosa,
2) submukosa dan 3) suatu lapisan tulang rawan dan otot yang
bersesuaian dengan muskularis dari saluran pencernaan. Pada sebelah luar
perikondrium tulang rawan terdapat suatu lapisan fibrosa atau adventisisa
dari jaringan penyambung yang berfusi dengan jaringan dari mediastinum dan
lapisan serupa yang membungkus esofagus. Lapisan ini biasanya rusak
ketika trakheanya diiris-iris.
1. Mukosanya terdiri dari a) suatu epitel
berlapis torak semu bersilia dengan sejumlah besar sel-sel piala yang dibatasi
oleh b) membran dasar yang mencolok, yang merupakan bagian dari c) lamina
propria, yang terutama terdiri dari jaringan retikuler atau areoler
yang mengandung banyak serat elastis. Dipinggiran luar lamina propria,
serat-serat elastis kasar tersusun secara membujur untuk membentuk d) suatu
membran atau lamina elastik yang relatif kompak (padat). Lamina ini dikatakan
dapat dibandingkan dengan muskularis mukosae dari saluran pencernaan dan
lapisan elastis serupa pada bagian atas esofagus. Pada epitel dijumpai
petak-petak kecil jenis berlapis gepeng, khususnya pada hewan-hewan tua atau
hewan-hewan dengan peradangan kronis.
2. Submukosa
merupakan jaringan areoler, mengandung sel-sel lemak, pembuluh darah
dan bagian-bagian sekresi dari kelenjar-kelenjar campuran, dengan beberapa unit
memperlihatkan bulan sabit serosa yang mencolok. Pada irisan-irisan membujur,
kumpulan-kumpulan padat kelenjar ini terlihat di daerah berbentuk segitiga
antara cincin-cincin tulang rawan yang berbatasan.
3. Pada
irisan-irisan melintang, trakhea, tulang rawan tampak sebagai
suatu bulan sabit tunggal berbentuk C atau U dengan ujung atau canggahnya yang
terbuka ke arah belakang esofagus.
Canggah-canggah itu dapat bercabang sedemikian rupa sehingga lebih dari satu
potong tulang rawan dapat terlihat dekat sisi yang terbuka dari bulan sabitnya.
Pita serat-serat otot polos yang tersusun melintang tampak antara
canggah-canggah itu dan kadang-kadang dapat terlihat tersisip dalam perikondrium,
sebelah dalam ataupun sebelah luar bulan sabit. Di daerah luar pita otot dapat
diamati ujung-ujung yang terpangkas dari serat-serat otot yang tersusun
membujur dan serong dan serat elastis mereka yang bersangkutan. Kelenjar trakhea
seringkali menembus lapisan-lapisan otot. Pada irisan membujur, tulang
rawan tampak sebagai dua deretan benda-benda bulat telur. Kadang-kadang dua
tulang rawan yang berbatasan dapat berfusi atau tersambung oleh suatu batang
tulang rawan membujur yang kecil. Di daerah antara tulang rawan itu terdapat
pita membujur dari jaringan penyambung padat yang ulet, yang berbaur dengan
perikondria dari tulang rawan itu. Pada hewan-hewan tua, beberapa tulang rawan
dapat terlihat mengandung serat atau tampak mengapur sebagian.
Bronckus
Bronkus-bronkus ekstra pulmoner (di luar paru-paru) atau bronkus-bronkus
primer, secara histologis adalah identik dengan trakhea dalam semua
rincian praktis kecuali besarnya. Dalam paru-paru, tulang rawan bronkus itu
tersusun dalm suatu rangkaian plat berbentuk bulan sabit yang saling bertumpang
tindih, yang sepenuhnya melingkari struktur itu. Pada bagian paru-paru yang
lebih dalam, struktur itu segera diganti oleh sekelumpulan tulang rawan yang
tidak teratur, dengan tepi-tepi yang kurang lebih bulat dan dapat atau tidak
bertumpang tindih jika dilihat pada irisan melintang. Bronkus-bronkus intra
pulmoner (didalam paru-paru) berbeda dari trakhea sebagai
berikut:
1. Membran
elastis dari lamina propria trakhea diganti dengan suatu lapisan otot
polos, yang sepebuhnyamelingkari baik epitel maupun lamina propria yang
elastis dan mengandung serat
2. Kelenjar mukosa
dan seromukosa lebih banyak terdapat dan lebih luas penyebarannya di
dalam bronkus-bronkus daripada di trakhea dan seringkali meluas
menembus otot dan diantara plat-plat tulang rawan yang berbatasan
3. Tulang
rawan tunggal yang berbentuk bulan sabit diganti oleh gelangan konsentris dari
bulan sabit yang saling bertumpang tindih.
Ini akhirnya diganti oleh kumpulan tulang rawan kecil
tak teratur yang makin mengecil sampai tubula-tubula kehabisan tulang rawan.
Dalam bronkusbronkus yang terkecil hanya terlihat kelenjar-kelenjar,
sedangkan tulang rawan sepenuhnya tidak terdapat. Bila tubula-tubula itu makin
mengecil, pita-pita otot yang mengelilingi lumennya makin menjadi mencolok,
dengan disertai struktur lainnya. Tetapi, otot-ototnya tersusun sebagai dua spiral
yang berlawanan, yang cenderung membentuk garis aliran yang lebih longgar
dengan makin bercabang dan menyempitnya tubula itu. Pada irisan melintang,
spiral-spiral yang lebih longgar itu dalam tubula-tubula yang lebih kecil
tampak sebagai celah antara pita-pita otot pada tingkat yang sama. Pada saat
kematian, kontraksi otot-otot lingkaran yang berpilin itu membuat epitel torak
berlapis semu menjadi lipatanlipatan membujur, yang membawa serta
lipatan-lipatan dari lamina propria elastis.
Klasifikasi besar, sedang dan kecilnya bronkus pada
dasar dari plat-plat tulang rawan berbentuk bulan sabit yang bertumpang tindih
secara tertentu, lingkaran plat-plat yang tidak bertumpang tindih atau tiadanya
tulang rawan sama sekali ternyata menimbulkan proble yang sama banyaknya dengan
yang dipecahkan dan tidak merupakan suatu kriteria yang memuaskan untuk
digunakan dalam identifikasi.
Bronkiolus
Bronkiolus tidak mengandung kelenjar atau tulang rawan. Lumennya dilapisi oleh epitel
selapis torak bersilia, tidak mempunyai sel-sel piala. Lamina proprianya
elastis dan tipis dan dikelilingi oleh pita-pita otot polos yang terpilin
longgar dari jenis yang sama dengan yang terdapat dalam bronkus. Adalah
menarik sekali untuk mengetahui bahwa terdapat sel-sel bersilia di luar tempat,
tidak ditemukan lagi kelenjar-kelenjar. Telah dinyatakan sebagai postulat bahwa
ini merupakan perlindungan terhadap akumulasi lendir dalam pernapasan dari
paru-paru. Pembagian bronkiolus lebih lanjut dalam barbagai jenis
menurut besarnya, tidak dapat dilaksanakan secara histologis dan oleh karena
itu dalam tulisan ini tidak dikerjakan lebih lanjut.
Bagian pertama dari bronkiolus pernapasan, epitelnya
dari jenis thorak rendah bersilia atau jenis kubis. Pada sebelah distal,
epitelnya menjadi kubis tidak bersilia. Lamina proprianya merupakan
suatu lapisan tipis dari serat-serat retikuler, kolagen dan elastis yang
difus (berhamburan). Pita-pita ototnya yang berbentuk spiral mencolok sekali,
tetapi diantara pita-pita otot yang berbatasan di daerah tiadanya lamina
propria, dapat dilihat dinding-dinding tipis yang tersusun dari epitel
selapis kubis yang bertumpu pada beberapa serat elastis berpilin. Beberapa
penulis memandangnya sebagai epitel pernapasan dan dari penampilan
plat-plat pipih inilah terlahir nama bronkiolus pernapasan. Harus
diperhatikan bahwa pada beberapa irisan, sel-selnya begitu memanjang sehingga nukleus
dalam plat-plat ini tidak terlihat. Disamping itu, alveolus pernapasan
dapat tumbuh sebagai kantung-kantung dalam tubula dinding itu. Dekat dengan
ujung akhir bronkiolus pernapasan melebar dan menjadi dua atau lebih
saluran alveoler.
Saluran Alveoler
Saluran alveoler adalah serupa dengan bronkiolus
pernapasan dan bercabang. Dinding salurannya mempunyai banyak lubang ke
dalam alveolusalveolus sehingga dinding itu tampak tidak kontinu.
Sedikit sekali dari serat-serat otot spiral yang bercabang itu nampak.
Alveolus
Alveolus paru-paru mempunyai epitel pernapasan dan jaringan elastis. Untuk memahami
susunan dari yang pertama itu, harus diingat bahwa semua tubula dari paru-paru
janin dilapisi dengan epitel kubis dan terbenam dalam jaringan penyambung
embrional. Ketika pernapasannya mulai, pada saat kelahiran, beberapa dari epitel
memanjang ke dalam bentuk plat-plat tipis. Jaringan penyambung sekelilingnya
mengecil menjadi suatu anyaman serat elastis dan beberapa fibroblas diantara
alveolusnya. Hal ini nampak pada irisan paru-paru.
Gambar: Paru-Paru (Pulmo)
E.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERNAPASAN (RESPIRASI)
1.
Berat
tubuh
Semakin berat tubuh suatu organisme maka, semakin banyak oksigen yang
diperlukan dalam respirasi dan juga semakin cepat proses respirasinya.
2.
Suhu tubuh
Semakin tinggi suhu tubuh maka kebutuhan energi semakin bnyak pula.
Sehingga
kebutuhan oksigen juga semakin banyak.
3.
Kegiatan
Makhluk hidup yang melakukan aktivitas tubuh memerlukan energi. Berarti
semakin berat aktivitasnya, maka semakin banyak kebutuhan energinya sehinga
pernapasan semakin cepat.
Sistem dan Organ Pernapasan pada
Hewan - Pernapasan adalah pertukaran gas yang dibutuhkan untuk metabolisme dalam
tubuh. Hewan memiliki alat-alat pernapasan yang berbeda-beda. Mamalia, Reptilia,
dan Amphibia memiliki saluran pernapasan berupa paru-paru. Cacing (Annelida)
dan Amphibia memiliki kulit yang berfungsi juga sebagai tempat pertukaran gas.
Ikan mengambil oksigen yang berada di lingkungannya (air) dengan menggunakan
sistem insang. Sebagian besar Arthropoda, terutama serangga, telah memiliki
sistem saluran pernapasan. Meskipun demikian, terdapat kelebihan dan kekurangan
pada setiap mekanisme pernapasan yang dimiliki oleh setiap makhluk. Misalnya,
katak yang memiliki dua jenis mekanisme respirasi, tetap tidak dapat berada
lama di darat karena adanya ancaman dehidrasi. Paru-paru tidak mampu mengikat
udara yang terlarut dalam air, tetapi sistem pernapasan ini menguntungkan untuk
hidup di daratan karena letaknya di dalam saluran pernapasan
sehingga paru-paru terhindar dari penguapan air yang berlebihan. Berikut akan
dibahas mengenai sistem pernapasan pada beberapa hewan.
1. Sistem
Organ Pernapasan Cacing (Annelida).
Cacing
menggunakan permukaan tubuhnya untuk bernapas. Hewan ini memanfaatkan permukaan
kulitnya untuk bernapas. Oleh karena itu, kulit cacing tanah selalu basah untuk
memudahkan terjadinya pertukaran udara. Di bawah permukaan kulitnya yang basah
tersebut, ternyata terdapat kapiler-kapiler darah. Melalui kapiler ini, oksigen
berdifusi masuk ke dalam kulit, lalu ditangkap dan diedarkan oleh sistem
peredaran darah. Sebaliknya, karbon dioksida yang terkandung dalam darah
dilepaskan dan berdifusi keluar tubuh.
Gambar: Cacing Menggunakan
Seluruh Permukaan
Tubuhnya Untuk Bernapas
2. Sistem Organ Pernapasan Serangga (Insecta).
Serangga
adalah kelompok Arthropoda yang paling banyak jenisnya. Meskipun serangga
memiliki sistem peredaran darah terbuka, namun sistem pernapasan serangga
langsung mencapai jaringannya lewat saluran yang disebut sistem trakea.
Sistem trakea memiliki saluran-saluran tempat pertukaran udara yang bermuara di
stigma atau spirakel, yaitu berupa lubang kecil yang berada di
kedua tepi setiap ruas tubuh serangga. Spirakel memiliki bulu-bulu untuk
menyaring kotoran. Spirakel juga memiliki katup. Dengan cara mengontraksikan
otot-otot yang berhubungan dengan katup-katup tersebut, serangga dapat mengatur
membuka dan menutupnya spirakel. Dalam tubuh serangga, terdapat trakea yang
memanjang di sepanjang tubuhnya. Trakea itu bercabang-cabang menjadi
saluran-saluran udara yang sangat kecil yang disebut trakeolus.
Trakeolus bersentuhan langsung dengan jaringan dalam tubuh serangga. Ujung
trakeolus memiliki cairan. Pada cairan inilah, oksigen dalam udara yang masuk
ke dalam sistem trakea, berdifusi masuk ke dalam sel-sel jaringannya.
Sebaliknya, karbon dioksida juga keluar melalui trakeolus (Perhatikan Gambar).
Gambar: Sistem Organ
Pernapasan Serangga Disebut Sistem Trakea.
Belalang
bernapas dengan menggerakkan perutnya sehingga spirakelnya membuka dan menutup.
Empat pasang spirakel anterior akan terbuka dan spirakel posterior akan
terbuka. Kemudian, spirakel anterior menutup, spirakel posterior membuka, dan
otot perut akan berkontraksi. Akibatnya, udara akan masuk ke dalam kantung
udara dan sistem trakea.
3. Sistem Organ Pernapasan Ikan (Pisces).
Insang
adalah organ pernapasan utama pada ikan. Beberapa hewan lain juga memiliki
insang untuk bernapas, di antaranya udang, kepiting, cacing laut, serta bintang
laut. Air berperan sebagai media pernapasan. Oksigen yang terkandung di dalam
air yang jumlahnya sangat sedikit, disaring oleh lembaran-lembaran insang.
Namun, konsentrasi oksigen di dalam air dapat berubah sejalan dengan naiknya
suhu dan salinitas air. Bahan-bahan pencemar organik yang diuraikan oleh
bakteri dan jamur juga dapat mengurangi jumlah oksigen dalam air.
Lembaran-lembaran insang tersebut dipenuhi oleh pembuluh-pembuluh darah. Air
mengalir melewati lembaran-lembaran insang tersebut sehingga oksigen yang
terlarut di dalamnya dapat berdifusi masuk ke dalam pembuluh darah. Perhatikan Gambar.
Gambar: Proses Pertukaran Gas Terjadi
Di Permukaan Insang.
Air masuk
melalui mulut dan keluar melalui operkulum insang. Proses inspirasi terjadi
ketika volume rongga mulut membesar sehingga tekanan di dalam rongga mulut
meningkat dan air mengalir masuk ketika mulut terbuka. Air tertahan di dalam
mulut karena selaput yang membatasi rongga mulut dan insang masih tertutup.
Ketika selaput terbuka, air mengalir melewati lamela insang. Pada saat itulah,
terjadi proses pertukaran gas di permukaan insang. Darah melepaskan CO2
ke dalam air dan mengikat O2 yang terdapat dalam air. Pada
jenis-jenis ikan tertentu, seperti lele, mampu hidup di dalam air kotor.
Insangnya memiliki perluasan berupa lipatan-lipatan (labirin) yang membentuk
rongga. Rongga labirin dapat menyimpan oksigen sehingga ketika ikan tersebut
berada di dalam air yang kotor atau bahkan dalam lumpur, ikan tersebut masih
dapat bernapas.
4. Sistem Organ Pernapasan Katak (Amphibia).
Sepasang
paru-paru pada katak berbentuk seperti balon elastis tipis yang diliputi
kapiler darah. Dinding bagian dalam paru-paru ini memiliki lipatan-lipatan yang
berperan sebagai perluasan. Paru-paru ini dihubungkan dengan semacam bronkus
pendek yang berhubungan dengan rongga mulut. Katak tidak memiliki tulang rusuk
dan diafragma. Mekanisme inspirasi dan ekspirasi terjadi karena kontraksi atau
relaksasinya otot-otot rahang bawah dan otot perut. (Gambar).
} Sistem organ pernafasannya adalah mulut-saluran
(trakea-tenggorokan)-paru-paru dibantu dengan epidermis kulit, dan epidermis
bawah cavum
Gambar: Katak Tidak Memiliki Tulang Rusuk Dan Diagfragma. Mekanisme Inspirasi Dan
Ekspirasi Terjadi Karena Kontraksi Otot-Otot
Rahang Bawah Dan Otot Perut.
Rongga mulut
membesar ketika otot rahang bawah (submaksilaris) mengendur, dan otot
sternohioideus di bagian bawah rahang berkontraksi. Hal ini menyebabkan
peningkatan tekanan dalam rongga mulut sehingga terjadi aliran udara melalui
rongga mulut dan koane. Ketika otot submaksilaris dan otot genio
hioideus berkontraksi, rongga mulut mengecil. Koane menutup dan celah
faring membuka sehingga udara terdorong masuk ke dalam paruparu. Kemudian, di
dalam paru-paru terjadi pertukaran gas. Pada proses ekspirasi, otot
submaksilaris kembali berelaksasi dan otot sternohioideus serta otot-otot perut
berkontrasi sehingga menekan paru-paru dan mendorong udara kaya CO2
keluar rongga mulut. Segera setelah celah faring menutup dan koane membuka,
otot submaksilaris dan otot geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut
mengecil. Akibatnya, udara yang kaya CO2 tertekan keluar. Pernapasan
dengan menggunakan kulit dapat berlangsung ketika berada di darat maupun di
air. Kulit katak tipis dengan lendir yang dihasilkan oleh kelenjar pada
kulitnya. Selain itu, memiliki banyak kapiler yang merupakan perkembangan dari
sistem pernapasan menggunakan insang luar. Pada saat berada dalam stadium
larva, organ yang dimiliki bukanlah paru-paru, tetapi insang luar. Insang luar
berupa lipatan-lipatan kulit yang mengandung banyak pembuluh darah. Pada
salamander, salah satu jenis Amphibia, insang luar ini tetap ada hingga hewan
tersebut dewasa.
5.
Sistem Organ Pernapasan Reptilia
Organ – Organ Respirasi Reptilia
Reptil
(kadal, kura-kura, buaya, bunglon, dsb.) bernapas menggunakan paru-paru. Ada
beberapa reptil yang mengambil oksigen melalui lapisan kulit di sekitar kloaka.
Sistem
organnya à hidung – tenggorokan - paruparu
Organ
yang digunakan pada pernapasan reptilia adalah paru-paru. Sebab, sebagian besar
reptilia hidup di daratan atau habitat yang kering. Untuk mengimbanginya, kulit
reptilia bersisik dan kering, supaya cairan dalam tubuhnya tidak mudah hilang.
Kulit bersisik pada reptilia merupakan suatu adaptasi hidup dalam udara kering,
dan bukan sebagai alat pertukaran gas.
Walau
begitu, ada pula mekanisme pernapasan reptilia yang dibantu oleh permukaan
epitelium lembab di sekitar kloaka. Reptilia demikian misalnya kura-kura dan
penyu. Hal ini dilakukan karena tubuh kura-kura dan penyu terdapat tempurung
yang kaku. Tempurung ini menyebabkan gerak pernapasan kedua hewan tersebut
terbatas.
6.
Sistem Organ Pernapasan Aves (Burung)
Pada prinsipnya, sistem respirasi burung mirip dengan sistem respirasi pada
Mammalia. Perbedaannya, burung memiliki 6 pasang kantung udara (saccus
pneumatikus). Kantung udara ini terbentuk sebagai semacam perluasan dari
paru-paru. Namun, pertukaran gas tetap terjadi di dalam paru-paru, sedangkan
kantung udara berfungsi menampung udara cadangan. Berdasarkan letaknya terhadap
paru-paru, beberapa kantung udara disebut kantung udara posterior (di belakang
paru-paru, meliputi dua pasang kantung udara di perut) dan anterior (di depan
paru-paru, meliputi sepasang di rongga dada dan sepasang di pangkal leher).
Kantung udara anterior di antaranya terletak di pangkal leher, rongga dada (di
antara tulang selangka), dan di antara tulang korakoid. Kantung udara posterior
di antaranya terletak di pangkal leher di bawah sayap (ketiak), dan dua pasang di
rongga perut.
Kantung-kantung udara ini berfungsi:
a)
Membantu
pernapasan, terutama pada saat terbang;
b)
Membantu
memperkeras suara saat berkicau;
c)
Mencegah
hilangnya panas tubuh yang terlalu besar dan melindungi dari kedinginan;
d)
Memperbesar
atau memperkecil berat jenis tubuh burung perenang pada waktu burung tersebut
berenang.
Paru-paru burung berbeda dengan paru-paru manusia. Selain ukurannya yang
cukup kecil jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya, struktur bagian dalamnya
pun berbeda. Alveoli yang merupakan bagian ujung dalam saluran pernapasan
manusia, digantikan oleh saluran-saluran kecil yang disebut parabronkus.
Saluran-saluran kecil tersebut dibungkus oleh pembuluh-pembuluh darah.
Pertukaran udara terjadi di dalam saluran parabronkus.
Gambar : Organ
Respirasi Pada Burung Terdapat Perbedaan Antara
Fase Inspirasi Dan Ekspirasi Pada
Bagian Paru-Paru.
Pada saat burung tidak terbang, proses inspirasi terjadi dengan memperbesar
rongga dada. Pembesaran rongga dada diikuti dengan aliran udara dari luar tubuh
melewati hidung, faring, trakea, dan bronkus. Sebagian besar udara diteruskan
ke kantung-kantung udara posterior, sedangkan sebagian lagi langsung melewati
paru-paru. Saat rongga dada mengecil, terjadi ekspirasi. Udara dari kantung
udara posterior mengalir ke kantung udara interior, melewati parabronkus. Dalam
parabronkus terjadi pertukaran gas. Udara kaya CO2 ditampung sementara dalam
kantung-kantung udara anterior. Saat inspirasi berikutnya, udara mengalir lagi
mengisi kantung udara posterior dan paru-paru. Ketika ekspirasi, udara mengalir
melewati paruparu mengisi kantung udara anterior, sedangkan udara hasil
pernapasan pertama dikeluarkan. Secara kontinu, paru-paru burung dilewati udara
pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat burung terbang, mekanisme
perbesaran rongga dada tidak dapat dilakukan karena tulang dada dan tulang
rusuk merupakan tempat perlekatan untuk otot-otot terbang. Aliran udara ke
dalam paru-paru terjadi ketika burung mengepakkan sayap. Pada saat sayap
diangkat ke atas, kantung udara di ketiak mengembang sehingga terjadi proses
inspirasi. Ketika sayap turun, kantung udara di antara tulang korakoid
mengembang dan kantung udara ketiak terjepit sehingga udara mengalir ke dalam
kantung udara di antara tulang korakoid melewati paru-paru. Saat itulah terjadi
proses pertukaran gas.
Bagaimana proses ekspirasi terjadi? Rahang bawah akan mengendur dan diikuti
oleh kontrasi otot perut dan sternohioideus yang akan menyebabkan tertekannya
paru-paru. Hal ini akan mendorong udara keluar dan masuk rongga mulut.
7.
Sistem Organ Respirasi Mamalia
Mamalia
merupakan jenis hewan menyusui. Organ pernapasan pada mamalia sama
dengan organ
pernapasan
pada manusia. Alat pernapasan mamalia terdiri atas
rongga
hidung, batang tenggorok, dan paru-paru.
Beberapa
hewan mamalia adalah sapi, kambing, kelinci, dan ikan paus (mamalia air).
Hewan-hewan ini bernapas dengan paru-paru. Alat organ pernapasannya terdiri
dari lubang hidung, tenggorok, dan paru-paru.
Organ pernapasan pada mamalia/sapi
sama dengan organ
pernapasan
pada manusia. Alat pernapasan mamalia terdiri atas
rongga hidung, batang tenggorok, dan
paru-paru.
Urutan jalannya pernafasan pada kelinci
(Lepus nigricollis) adalah :
1. Nares eksterna (Lubang hidung luar)
2. Cavum nasalis (rongga
hidung)
3. Nares internal (lubang
hidung dalam)
4. Pharink (tekak)
5. Larynk (jakun)
6. Trachea (tenggorok)
7. Bronchus (cabang dari
trachea)
8. Bronchiolus (cabang dari
brochus)
9. Alveolus (kantong udara)
G. MEKANISME SISTEM PERNAPASAN (RESPIRASI) HEWAN INVERTEBRATA
DAN VERTEBRATA
Sistem Respirasi Invertebrata
1). Sistem respirasi pada hewan bersel satu
Pada hewan satu sel, misalnya Amoeba
dan Paramaecium, proses pertukaran oksigen dan CO2
berlangsung melalui seluruh permukaan tubuhnya secara difusi.
Proses difusi dan gerakan sitoplasma akan mengantarkan oksigen menuju ke mitokondria. Di dalam
mitokondria oksigen digunakan untuk memecah senyawa organik, sehingga
dihasilkan energi dan zat sisa berupa air dan CO2.
Gambar:
Respirasi Pada Amuba
2). Sistem Respirasi Pada Porifera
Hewan fillum Porifera atau kelompok hewan berpori tubuhnya
tersusun atas banyak sel dan memilki jaringan yang sangat sederhana. Hewan ini
banyak ditemukan di pantai atau laut.
Porifera tidak memiliki alat pernafasan khusus. Alat
respirasinya masih sangat sederhana. Air
yang mengandung oksigen terlarut masuk melalui pori-pori tubuhnya. Selanjutnya
oksigen yang terlarut dalam air masuk melalui sel-sel permukaan tubuhnya, yaitu
sel koanosit secara difusi. di dalam mitokondria pada sel koanosit, oksigen
digunakan untuk mengurai molekul organic menjadi molekul anorganik yang
disertai pelepasan karbondioksida. Selanjutnya molekul-molekul karbondioksida
yang terlarut dalam air akan bergerak berlawanan arah menuju membram sel dan
keluar menuju spongosol. Air dalam spongosol digerakkan oleh flagellum sel
koanosit dan mengalir keluar melalui oskulum.
Gambar:
Respirasi pada Porifera
Mekanisme
Pernapasan
Porifera :
Air beroksigen masuk ke tubuh melalui pori-pori -> oksigen dalam air
masuk melalui koanosit secara difusi dibawa ke mitokondria -> oksigen
dipakai mengurai senyawa organik -> menghasilkan karbon dioksida ->
karbon dioksida larut dalam air -> air dibawa menuju membran -> keluar
dari membran menuju spongosol -> digerakkan sel flagellum koanosit ->
keluar melalui oskulum
Porifera bernapas dengan cara memasukkan air melalui pori-pori (ostium)
yang terdapat pada seluruh permukaan tubuhnya, masuk ke dalam rongga
spongocoel. Proses pernapasan selanjutnya dilakukan oleh sel leher (koanosit),
yaitu sel yang berbatasan langsung dengan rongga spongocoel
Aliran air yang masuk melalui ostium menuju rongga spongocoel membawa
oksigen sekaligus zat-zat makanan. Pengikatan O2 dan pelepasan CO2 dilakukan
oleh sel leher (koanosit). Selain melakukan fungsi pernapasan, sel leher
sekaligus melakukan proses pencernaan dan sirkulasi zat makanan. Selanjutnya,
air keluar melalui oskulum.
3). Sistem Respirasi Pada Nematoda (Cacing Tanah)
Nematoda tidak
mempunyai organ pernapasan yang spesial. Respirasi dilakukan secara anaerob.
Energi diperoleh dengan cara mengubah glikogen menjadi CO2 dan asam
lemak yang di ekskresikan melalui kutikula. Haemoglobin terjadi pada cairan
perivisceral beberapa parasitik nematoda. Ini terbentuk dengan terang oleh
organisme, selama ini berbeda dari haemoglobin tuan rumah, dan haemoglobin dari
sifat yang berbeda kadang-kadang terjadi pada dinding tubuh dan cairan
periviscera.
Cacing bernapas melalui kulit mereka yang tipis. Kulit
cacing harus tetap lembab sepanjang waktu untuk memungkinkan untuk menghirup
oksigen yang sangat dibutuhkan. Oksigen yang masuk lewat kulit akan diikat oleh
hemoglobin dalam darah dan akan diedarkan ke seluruh tubuh. Jika kulit mereka
mengering, cacing tanah akan mati lemas. Kulit cacing tanah sangat sensitif
terhadap cahaya matahari langsung ataupun suhu panas yang dapat membuat kulit
mereka kering. Cacing tanah adalah hewan berdarah dingin (poikiloterm),
mereka tidak mampu menghasilkan panas tubuh. Suhu tubuh mereka dipengaruhi oleh
suhu lingkungan.
Mekanisme Pernapasan :
Oksigen dari lingkungan berdifusi -> masuk ke
kapiler darah pada kulit -> oksigen diikat hemoglobin -> darah diedarkan
ke seluruh tubuh -> menghasilkan karbon dioksida -> karbon dioksida
berdifusi keluar melalui kulit
Cacing menggunakan
permukaan tubuhnya untuk bernapas. Hewan ini memanfaatkan permukaan kulitnya
untuk bernapas. Oleh karena itu, kulit cacing tanah selalu basah untuk
memudahkan terjadinya pertukaran udara. Di bawah permukaan kulitnya yang basah
tersebut, ternyata terdapat kapiler-kapiler darah. Melalui kapiler ini, oksigen
berdifusi masuk ke dalam kulit, lalu ditangkap dan diedarkan oleh sistem
peredaran darah. Sebaliknya, karbon dioksida yang terkandung dalam darah
dilepaskan dan berdifusi keluar tubuh.
Sebagian besar Vermes bernapas menggunakan permukaan tubuhnya, misalnya anggota filum Platyhelminthes yaitu Planaria dan anggota filum Annelida yaitu cacing tanah (Pheretima sp.). Namun, pada beberapa Annelida bernapas dengan insang, misalnya Annelida yang hidup di air yaitu Polychaeta (golongan cacing berambut banyak) ini bernapas menggunakan sepasang porapodia yang berubah menjadi insang.
Sebagian besar Vermes bernapas menggunakan permukaan tubuhnya, misalnya anggota filum Platyhelminthes yaitu Planaria dan anggota filum Annelida yaitu cacing tanah (Pheretima sp.). Namun, pada beberapa Annelida bernapas dengan insang, misalnya Annelida yang hidup di air yaitu Polychaeta (golongan cacing berambut banyak) ini bernapas menggunakan sepasang porapodia yang berubah menjadi insang.
Pada Planaria, O2
yang terlarut di dalam air berdifusi melalui permukaan tubuhnya. Demikian juga
dengan pengeluaran CO2. Pada cacing tanah, O2 berdifusi melalui permukaan
tubuhnya yang basah, tipis, dan memiliki pembuluh - pembuluh darah.
Selanjutnya, O2 diedarkan ke seluruh tubuh oleh sistem peredaran darah. CO2
sebagai sisa pernapasan dikeluarkan dari jaringan oleh pembuluh darah, kemudian
keluar melalui permukaan tubuh secara difusi.
4). Sistem Respirasi Pada Arhropoda
Alat
pernapasan berupa trakea, insang, dan paru-paru yang merupakan lembaran
(paru-paru buku).
Hewan yang termasuk dalam anggota filum Arthropoda adalah Crustacea (golongan
udang dan kepiting), Myriapoda (golongan lipan Liwung), Arachida (golongan
laba-laba dan kalajengking), dan Insekta (golongan serangga). Hewan anggota
filum Arthropoda tersebut mempunyai cara dan alat pernapasan yang bervariasi.
Hewan yang hidup di air bernapas dengan menggunakan insang, sedangkan yang
hidup di darat dengan menggunakan trakea atau paru-paru buku. Trakea adalah
saluran udara yang berguna untuk mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh. Sebagai
contoh, Crustacea bernapas dengan insang, Myriapoda dan insecta bernapas dengan
trakea, sedangkan Arachnida bernapas dengan paru-paru buku.
Pernapasan pada Insecta dilakukan dengan menngunakan system trakea. Udara
keluar-masuk tidak melalui mulut melainkan melalui lubang-lubang sepanjang
kedua sisi tubuhnya. Lubang- lubang pernapasan tersbut dinamakan stigma atau
spirakel. Pada tiap-tiap ruas tubuh terdapat sepasang stigma, sebuah di sebelah
kiri dan sebelah kanan. Stigma selalu terbuka dan dan merupakan lubang menuju ke pembuluh trakea. Trakea
bercabang-bercabang sampai ke pembuluh halus yang mencapai seluruh bagian
tubuh. Udara masuk melalui stigma, kemudian menyebar mengikuti trakea dengan
cabang-cabangya . jadi oksigen diedarkan tidak melalui darah melainkan langsung
dari pembuluh trakea ke sel-sel yang da di sekitarnya. Dengan demikian cairan
tubuh serangga atau darah serangga tidak berfungsi mengangkutudara pernapasan
tetapi hanya berfungsi mengedarkan sari-sari makanan dan hormon.
Proses pernapasan serangga terjadi karena otot-otot yang bergerak secara teratur.
Kontraksi otot- otot tubuh mengakibatkan pembukuh trakea mengembang dan
menghempis, sehingga udara keluar masuk melalui stigma, selanjutnya masuk ke dalam trakea, lalu ke dalam
trakeolus dan akhirnya masuk ke dalam sel-sel tubuh. Oksigen berdifusi ke dalam
sel-sel tubuh. Karbondioksida hasil pernapasan dikeluarkan melalui system
trakea yang akhirya dikeluarkan melalui stigma pada waktu trakea yang khirnya
dikeluarkan meelalui stigma pada waktu trakea mengempis. Pada serangga yang
hidup di air, misalnya tahap nimfa serangga, terdapat insang trakea alat ini
mempunyai permukaan yang sangat halus untuk memperoleh oksigen di dalam iar
secara difusi. Bagi serangga yang hidupnya di air, insang.
Pernapasan :
Insang pada hewan air dan trakea pada hewan darat. Tetapi sebagian besar bernapas dengan trakea.
Udara masuk ke dalam system pernapasan melalui celah kecil yang disebut spirakel.
Udang bernapas dengan insang,
sedangkan laba-laba bernapas dengan paru-paru buku.
Gambar:
Pernapasan Insang Gambar: Paru-Paru Buku
(Udang) (Serangga)
5). Sistem Respirasi Pada Echinordemata (Bintang Laut)
Echinodermata
bernafas menggunakan paru-paru kulit atau dermal branchiae (Papulae) yaitu
penonjolan dinding rongga tubuh (selom) yang tipis. Tonjolan ini dilindungi
oleh silia dan pediselaria. Pada bagian inilah terjadi pertukaran oksigen dan
karbondioksida. Ada pula beberapa jenis Echinodermata yang bernafas dengan
menggunakan kaki tabung. Sisa-sisa metabolisme yang terjadi di dalam sel-sel tubuh
akan diangkut oleh amoebacyte (sel-sel amoeboid) ke dermal branchiae untuk
selanjutnya dilepas ke luar tubuh.
6). Sistem Respirasi Pada Mullusca (Siput)
Mollusca yang hidup di air (siput, cumi-cumi,
dan kerang/Bivalvia) bernafas menggunakan insang. Pada Mollusca yang hidup di
darat (siput darat/bekicot) bernafas dengan menggunakan paru-paru.
Sistem pernapasan
hewan bertubuh lunak (Mollusca) yang hidup di air, seperti siput,
cumi-cumi, dan kerang (Bivalvia) bernapas menggunakan insang. Perhatikan
Gambar ini Aliran air masuk ke dalam insang dan terjadi pertukaran udara
dalam lamela insang. Mollusca yang hidup di darat, seperti
siput darat (bekicot) bernapas menggunakan paru-paru.
Mekanisme Pernapasan :
Oksigen dari luar -> masuk ke tubuh -> melalui
paru-paru (moluska darat) / insang (moluska air) -> menuju ke jantung ->
melalui aorta -> menyebar ke hemosoel
Hewan bertubuh lunak (Mollusca) yang hidup di air, seperti siput,
cumi-cumi, dan kerang (Bivalvia) bernapas menggunakan insang. Aliran air
masuk ke dalam insang dan terjadi pertukaran udara dalam lamela insang.
Mollusca yang hidup di darat, seperti siput darat (bekicot) bernapas
menggunakan paru-paru.
7). Sistem Respirasi Pada Insecta (Serangga)
Insekta (serangga) bernafas dengan menggunakan
tabung udara yang disebut trakea. Udara keluar masuk ke pembuluh trakea melalui
lubang-lubang kecil pada eksoskeleton yang disebut stigma atau spirakel. Stigma
dilengkapi dengan bulu-bulu untuk menyaring debu, serta dapat terbuka dan
tertutup karena adanya katup-katup yang geraknya diatur oleh otot. Tabung
trakea bercabang-cabang ke seluruh tubuh dengan ukuran yang semakin halus.
Cabang terkecil berujung buntu dan berukuran kurang lebih 0,1 mili mikron.
Tabung ini disebut trakeolus; berisi udara serta cairan. Oksigen larut dalam
cairan ini kemudian berdifusi ke dalam sel-sel di dekatnya. Jadi, pada insekta
oksigen tidak diedarkan melalui darah, tetapi melalui trakea.
Pada belalang, keluar masuknya udara ke dalam trakea diatur dengan
kontraksi otot perut. Ketika otot kendur, volume perut normal sehingga udara
masuk. Ketika otot berkontraksi volume perut mengecil sehingga udara keluar.
Udara masuk melalui 4 pasang stigma depan dan keluar melalui 6 pasang
stigma abdomen. Dengan demikian udara yang miskin O2 tidak akan bercampur
dengan udara segar (kaya O2) yang masuk. Pada jentik-jentik
nyamuk yang hidup dalam air, pernapasan dengan trakea berlangsung dengan
menjulurkan sebuah tabung pernapasan yang dapat dibuka dan ditutup ke permukaan
air.
8). Sistem Respirasi Pada Platyhelmintes (Cacing Pipih)
Sebuah
cacing pipih mengambil oksigen, tetapi tidak memiliki sistem pernapasan formal.
Pada cacing pipih, misalnya planaria, pernpasan terjadi diseluruh permukaan
tubuh melalui difusi. Demikian pula cacing gilik, misalnya cacing perut, tidak memiliki
alat pernapasan khusus. Cacing ini hidup di dalam usus manusia, sehingga
toleran terhadap kadar oksigen rendah .oksigen masuk ke dalam jaringan tubuh
cacing melalui difusi lewat permukaan tubuhnya.
9). Sistem Respirasi Pada Trematoda (Cacing Isap)
Pernapasan
dilakukan secara difusi oleh seluruh sel tubuhnya. Proses ini terjadi karena
tubuhnya yang pipih. Sistem eksresi pada kelompok Platyhelminthes tertentu
berfungsi untuk menjaga kadar air dalam tubuh. Kelompok Platyhelminthes
tertentu memiliki sistem saraf tangga tali.
10). Sistem Respirasi Pada Nemathecmintes (Cacing Gilik)
Sistem
respirasi nemathelminthes tdk ada melainkan bernafas secara difusi.
Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat atau gas
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi melalui membran dapat
berlangsung melalui tiga mekanisme, yaitu difusi sederhana (simple difusion), difusi melalui saluran yang terbentuk
oleh protein transmembran (simple difusion by chanel formed), dan difusi
difasilitasi (fasiliated difusion).
Difusi sederhana melalui membrane berlangsung karena molekul -molekul yang
berpindah atau bergerak melalui membran bersifat larut dalam lemak (lipid)
sehingga dapat menembus lipid bilayer pada membran secara langsung. Membran sel
permeabel terhadap molekul larut lemak seperti hormon steroid, vitamin A, D, E,
dan K serta bahan-bahan organik yang larut dalam lemak. Selain itu, memmbran
sel juga sangat permeabel terhadap molekul anorganik seperti O,CO2,
HO, dan H2O. Beberapa molekul kecil khusus yang terlarut dalam serta
ion-ion tertentu, dapat menembus membran melalui saluran atau chanel. Saluran
ini terbentuk dari protein transmembran, semacam pori dengan diameter tertentu
yang memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil dari diameter pori
tersebut dapat melaluinya. Sementara itu, molekul – molekul berukuran besar
seperti asam amino, glukosa, dan beberapa garam – garam mineral , tidak dapat
menembus membrane secara langsung, tetapi memerlukan protein pembawa atau
transporter untuk dapat menembus membrane. Proses masuknya molekul
besar yang melibatkan transforter dinamakan difusi difasilitasi.
Gambar:
Bernafas Secara Difusi
Sistem Respirasi Hewan Vertebrata
1.
Sistem Respirasi Pada Ikan
Ikan
bernapas pada insang yang terdapat di sisi kanan dan kiri kepala (kecuali ikan
Dipnoi yang bernapas dengan paru-paru). Selain berfungsi sebagai alat
pernapasan, insang juga berfungsi sebagai alat ekskresi dan transportasi
garam-garam. Oksigen dalam air akan berdifusi ke dalam sel-sel insang. Darah di
dalam pembuluh darah pada insang mengikat oksigen dan membawanya beredar ke
seluruh jaringan tubuh, darah akan melepaskan dan mengikat karbondioksida serta
membawanya ke insang. Dari insang, karbondioksida keluar dari tubuh ke air
secara difusi.
Insang
(branchia) akan tersusun atas bagian-bagian berikut ini:
a.
Tutup insang (operculum).
Hanya terdapat pada ikan bertulang sejati, sedangkan pada ikan bertulang rawan,
tidak terdapat tutup insang. Operculum berfungsi melindungi bagian kepala dan
mengatur mekanisme aliran air sewaktu bernapas,
b.
Membrane brankiostega (selaput tipis di
tepi operculum), berfungsi sebagai katup pada waktu air masuk ke dalam
rongga mulut,
c.
Lengkung insang (arkus brankialis),
sebagai tempat melekatnya tulang tapis insang dan daun insang, mempunyai banyak
saluran-saluran darah dan saluran syaraf,
d.
Tulang tapis insang, berfungsi
dalam sistem pencernaan untuk mencegah keluarnya organisme makanan melalui
celah insang,
e.
Daun insang, berfungsi dalam
sistem pernapasan dan peredaran darah, tempat terjadinya pertukaran gas O2
dengan CO2,
f.
Lembaran (filamen) insang
(holobran kialis) berwarna kemerahan,
g.
Saringan insang (tapis insang)
berfungsi untuk menjaga agar tidak ada benda asing yang masuk ke dalam rongga insang.
Insang
berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembab. Bagian
terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan
erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang
filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela).
Pada
filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga
memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar.
Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut
operculum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh
operculum.
Insang
tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi
sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan
osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan
ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan
rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O2
sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O2. Contoh ikan
yang mempunyai labirin adalah ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan
cadangan O2, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang
yang terletak di dekat punggung.
Mekanisme Pernapasan Pada
Ikan
Mekanisme Pernapasan :
Oksigen dari air -> air disaring rigi-rigi pada
lengkung insang -> melalui insang -> oksigen diikat darah -> menuju ke
seluruh tubuh -> mengikat karbon dioksida di jantung -> kembali ke insang
-> melepas karbon dioksida
Ikan hidup di air rawa, sungai, laut, kolam, danau. Ikan bernafas dengan
insang. Pernafasan ikan berlangsung 2 tahap :
Tahap I
(Tahap Pemasukan) : Pada tahap
ini mulut ikan membuka dan tutup insang menutup sehingga air masuk rongga
mulut, kemudian menuju lembaran insang, disinilah oksigen yang larut dalam air
diambil oleh darah, selain itu darah juga melepaskan karbondioksida dan uap
air.
Tahap II
(Tahap Pengeluaran) : Mulut
menutup dan tutup insang membuka sehingga air dari rongga mulut mengalir keluar
melalui insang. Air yang dikeluarkan ini telah bercmpur dengan CO2 dan uap air
yang dilepaskan darah
Mekanisme
pernapasan pada ikan diatur oleh mulut dan tutup insang. Pada waktu tutup
insang mengembang, membran brankiostega menempel rapat pada tubuh, sehingga air
masuk lewat mulut. Sebaliknya jika mulut ditutup, tutup insang mengempis,
rongga faring menyempit, dan membran brankiostega melonggar sehingga air keluar
melalui celah dari tutup insang. Air dengan oksigen yang larut di dalamnya
membasahi filamen insang yang penuh kapiler darah dan karbon dioksida ikut
keluar dari tubuh bersama air melalu celah tutup insang. Ikan juga mempuyai
gelembung renang yang berfungsi untuk menyimpan oksigen dan membantu gerakan
ikan naik turun.
Pada
beberapa jenis ikan, misalnya gabus, lele atau gurami, rongga insangnya
mempunyai perluasan ke atas yang berupa lipatan-lipatan tidak teratur yang
disebut labirin. Rongga labirin berfungsi menyimpan udara sehingga jenis ikan
tersebut dapat hidup di air kotor dan kekurangan oksigen.
Selain
dimiliki oleh ikan, insang juga dimiliki oleh katak pada fase berudu, yaitu
insang luar. Hewan yang memiliki insang luar sepanjang hidupnya adalah
salamander.
Hal-hal
yang berkaitan dengan sistem pernapasan ialah perairan harus mengandung O2
cukup banyak bila perairan kurang O2, ikan akan menuju ke permukaan,
ke tempat pemasukkan air dan menuju tempat air yang berarus. Selain itu daun
insang harus dalam keadaan lembab.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kebutuhan ikan akan O2 antara lain :
1.
Ukuran dan umur (standia hidup) : ikan-ikan
kecil membutuhkan lebih banyak O2,
2.
Aktivitas ikan : yang aktif berenang
perlu lebih banyak O2,
3.
Jenis kelamin : ikan betina membutuhkan
lebih banyak O2.
Selain dimiliki oleh ikan, insang juga dimiliki oleh katak
pada fase berudu, yaitu insang luar. Hewan yang memiliki insang luar sepanjang
hidupnya adalah salamander.
Gambar: Respirasi
pada Ikan
2.
Sistem
Respirasi Pada Amfhibi (Katak)
Katak
termasuk amfibi sebab hidup di dua alam, yaitu di darat dan di air. Pada
kehidupannya, katak mengalami metamorfosis atau perubahan bentuk. Tahap
perkembangan katak dimulai dari telur kemudian menetas menjadi
berudu. Berudu hidup di air. Berudu bernapas dengan insang. Pada saat
masih berbentuk berudu, insang katak berupa insang luar. Insang luar berjumlah
tiga pasang dan terletak
di sisi kiri, kanan, dan belakang kepala berudu. Perubahan alat
pernapasan mengiringi perubahan bentuk tubuhnya.
Pada
saat berudu mulai berkaki, tumbuh semacam lipatan kulit yang menutupi
insang luar sehingga terbentuk insang dalam. Berudu berkaki tumbuh menjadi
katak kecil lalu menjadi katak dewasa. Setelah berubah menjadi katak
dewasa, pernapasan dilakukan dengan menggunakan paru-paru. Untuk memompa
udara masuk ke dalam paru-paru, otot rahang bawah katak mengembang dan
mengempis.
Katak muda (berudu) menggunakan insang untuk mengambil O2 yang terlarut
dalam air. Setelah berumur lebih kurang 12 hari, insang luar diganti dengan
insang dalam. Setelah dewasa, katak bernapas menggunakan selaput rongga mulut,
paru-paru, dan kulit.
Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karena
tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat
terjadi gerakan rongga mulut dan faring, lubang hidung terbuka dan glotis
tertutup, sehingga udara berada di rongga mulut dan
berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis.
Pernapasan dengan kulit dilakukan secara difusi. Hal ini karena kulit
katak tipis, selalu lembap, dan mengandung banyak kapiler darah. Pernapasan
dengan kulit berlangsung secara efektif baik di air maupun di darat. Oksigen
(O2) yang masuk lewat kulit akan diangkut melalui vena kulit paru-paru
(vena pulmo kutanea) menuju ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Sebaliknya karbon dioksida (CO2) dari jaringan akan dibawa ke jantung, dari
jantung dipompa ke kulit dan paru-paru melalui arteri kulit paru-paru (arteri
pulmo kutanea). Dengan demikian, pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi
di kulit.
Pada
katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru-paru.
Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput
rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak
terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga
mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara
berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang
tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan
kulit, ini dimungkinkan karma kulitnya selalu dalam keadaan basah dan
mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang
masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian
dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida
dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan
paru-paru lewat arteri kulit pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan
demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit.
Selain
bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan
paru-paru walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia. Katak mempunyai
sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah.
Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung
sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut
dihubungkan oleh bronkus yang pendek.
Dalam
paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat
mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk
lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di
paru-paru. Mekanisme inspirasi adalah sebagai berikut. Otot Sternohioideus berkonstraksi
sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui koane.
Setelah
itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus berkontraksi
sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen
masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas,
oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding paru-paru dan
sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme ekspirasi
adalah sebagai berikut. Otot-otot perut dan sternohioideus berkontraksi
sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut.
Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot
rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan berkontraksinya
geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut
maka udara yang kaya karbondioksida keluar
Gambar: Alat Pernapasan Katak Gambar: Bentuk Paru-Paru Pada Amfibi
Mekanisme respirasi terdiri dari: fase
inspirasi yaitu pengambilan udara diawali dengan keadaan otot rahang bawah
yang mengendur, dan otot sterno hioideus berkontraksi sehingga rongga mulut
membesar, kemudian udara masuk ke dalam rongga mulut menuju tenggorokan melalui
koane (celah yang menghubungkan mulut dan hidung). Setelah itu, otot genio
hioideus berkontraksi, sehingga rongga mulut menjadi kecil. Tekanan dalam
rongga mulut meningkat dan celah faring terbuka, sehingga udara masuk ke
paru-paru. Di dalam paru-paru terjadi pertukaran gas, yaitu oksigen diikat oleh
kapiler dinding paru-paru. Fase ekspirasi diawali dengan kontraksi otot sterno
hioideus dan otot perut, sehingga rongga perut mengecil dan paru-paru
tetekan, udara dari paru-paru yang yang mengandung karbon dioksida keluar
melalui koane (celah yang menghubungkan mulut dan hidung) menuju
tenggorokan.
Mekanisme
Pernapasan :
a. Fase larva
& berudu
Oksigen dalam air -> masuk ke tubuh -> melalui insang -> berdifusi ke pembuluh darah ->
tersebar ke seluruh tubuh -> menghasilkan karbon dioksida -> kembali ke
insang -> melepas karbon dioksida
b. Fase katak
dewasa
Oksigen dalam udara -> masuk ke tubuh -> melalui
hidung ke rongga mulut -> melalui paru-paru -> melalui alveolus ->
terjadi pertukaran gas -> kembali ke paru-paru -> keluarkan karbon
dioksida dari hidung
Alat pernafasan berupa selaput rongga mulut, kulit dan paru-paru. Alat
pernafasan ini mempunyai lapisan tipis dan basah yang berdekatan dengan
pembuluh darah sehingga oksigen dapat berdifusi.
Selaput rongga mulut, bila faring rongga mulut bergerak, lubang hidung
terbuka dan glotis tertutup sehingga udara masuk rongga mulut melalui selaput
rongga mulut yang tipis.
Kulit, oksigen masuk kulit melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian ke
jantun gdan selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh. CO2 dari
jaringan dibawa ke jantung dan selanjutnya ke kulit dan paru-paru melalui
arteri kulit paru-paru (arteri pulmo kutenea).
Paru-paru, terdapat sepasang paru-paru berbentuk gelembung tempat bermuara
kapiler darah. Katak tidak memiliki tulang rusuk dan diafragma, sehingga mekanisme
pernafasan diatur oleh otot rahang bawah dan otot perut. Katak inspirasi
ekspirasi berlangsung pada saat mulut tertutup.
Pada katak, oksigen berdifusi
lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru-paru. Kecuali pada fase berudu
bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat
berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak terdapat kapiler yang
bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring,
Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut
dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas
dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan
karma kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler
sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan
melewati vena kulit (vena kutanea)kemudian dibawa ke jantung untuk
diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di
bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit
pare-paru(arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen
dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit.
Selain bernapas dengan selaput
rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan paruparu walaupun
paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia.
Katak mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek.
Katak mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek.
Dalam paru-paru terjadi
mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut tertutup.
Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga
mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru. Mekanisme inspirasi
adalah sebagai berikut. Otot Sternohioideus berkonstraksi sehingga rongga
mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui koane.
Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus
berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong
oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi
pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding paru-paru
dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme ekspirasi
adalah sebagai berikut. Otot-otot perut dan sternohioideus berkontraksi
sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut.
Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot
rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan berkontraksinya
geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut
maka udara yang kaya karbon dioksida keluar.
Katak dalam daur hidupnya mengalami metamorfosis atau perubahan bentuk.
Pada waktu muda berupa berudu dan setelah dewasa hidup di darat. Mula-nula
berudu bernapas dengan insang luar yang terdapat di bagian belakang kepala.
Insang tersebut selalu bergetar yang mengakibatkan air di sekitar insang selalu
berganti. Oksigen yang terlarut dalam air berdifusi di dalam pembuluh kapiler
darah yang terdapat dalam insang. Setelah beberapa waktu insang luar ini akan
berubah menjadi insang dalam dengan cara terbentuknya lipatan kulit dari arah
depan ke belakang sehingga menutupi insang luar. Katak dewasa hidup di darat,
pernapasannya dengan paru-paru. Selain dengan paru-paru, oksigen dapat
berdifusi dalam rongga mulut yaitu melalui selaput rongga mulut dan juga
melalui kulit.
Sepasang paru-paru pada katak berbentuk seperti balon elastis tipis yang
diliputi kapiler darah. Dinding bagian dalam paru-paru ini memiliki
lipatanlipatan yang berperan sebagai perluasan. Paru-paru ini dihubungkan
dengan semacam bronkus pendek yang berhubungan dengan rongga mulut. Katak tidak
memiliki tulang rusuk dan diafragma. Mekanisme inspirasi dan ekspirasi terjadi
karena kontraksi atau relaksasinya otot-otot rahang bawah dan otot perut
Rongga mulut membesar ketika otot rahang bawah (submaksilaris) mengendur,
dan otot sternohioideus di bagian bawah rahang berkontraksi. Hal ini
menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga mulut sehingga terjadi aliran
udara melalui rongga mulut dan koane. Ketika otot submaksilaris dan
otot genio hioideus berkontraksi, rongga mulut mengecil. Koane
menutup dan celah faring membuka sehingga udara terdorong masuk ke dalam
paruparu. Kemudian, di dalam paru-paru terjadi pertukaran gas. Pada proses
ekspirasi, otot submaksilaris kembali berelaksasi dan otot sternohioideus serta
otot-otot perut berkontrasi sehingga menekan paru-paru dan mendorong udara kaya
CO2 keluar rongga mulut. Segera setelah celah faring menutup
dan koane membuka, otot submaksilaris dan otot geniohioideus berkontraksi
sehingga rongga mulut mengecil. Akibatnya, udara yang kaya CO2 tertekan
keluar. Pernapasan dengan menggunakan kulit dapat berlangsung ketika berada di
darat maupun di air. Kulit katak tipis dengan lendir yang dihasilkan oleh
kelenjar pada kulitnya. Selain itu, memiliki banyak kapiler yang merupakan
perkembangan dari sistem pernapasan menggunakan insang luar. Pada saat berada
dalam stadium larva, organ yang dimiliki bukanlah paru-paru, tetapi insang
luar. Insang luar berupa lipatan-lipatan kulit yang mengandung banyak pembuluh
darah. Pada salamander, salah satu jenis Amphibia, insang luar ini tetap ada
hingga hewan tersebut dewasa.
Mekanisme
pernapasan ini diatur oleh otot-otot pernapasan, yaitu: otot rahang bawah
(submandibularis), sternohioideus, geniohioideus, dan otot perut.
Perhatikan Gambar
di Bawah ini:
Gambar:
Skema Mekanisme Pernapasan Pada Katak
Mekanisme inspirasi dan ekspirasi
dijelaskan seperti berikut:
1)
Fase inspirasi katak
Fase inspirasi terjadi bila
otot sternohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya
oksigen masuk melalui koane (celah hidung). Setelah itu, koane menutup, otot
submandibularis dan otot geniohioideus berkontraksi, sehingga rongga mulut
mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat
celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah
yang berada dalam kapiler dinding paru-paru, dan sebaliknya karbon dioksida
dilepaskan ke lingkungan.
2)
Fase ekspirasi katak
Mekanisme ekspirasi terjadi
setelah pertukaran gas di dalam paru-paru, otot rahang bawah mengendur atau
berelaksasi, sementara otot perut dan sternohioideus berkontraksi. Hal ini
mengakibatkan paru-paru mengecil, sehingga udara tertekan keluar dan masuk ke
dalam rongga mulut. Selanjutnya koane membuka, sedangkan celah tekak menutup,
sehingga terjadi kontraksi otot rahang bawah yang diikuti berkontraksinya otot
geniohioideus. Akibatnya, rongga mulut mengecil dan udara yang kaya karbon
dioksida terdorong keluar melalui koane.
3.
Sistem
Respirasi Pada Reptilia
Reptil disebut juga
hewan melata. Contohnya, cecak, kadal, tokek, buaya, komodo, ular,
bunglon, kura-kura, dan penyu. Alat pernapasan reptil terdiri atas hidung,
batang tenggorokan, cabang batang tenggorokan, dan paru-paru.
Pada paru-paru terjadi penyerapan oksigen serta pengeluaran karbondioksida dan uap air. Pada reptil yang hidup di air, misalnya buaya, pada saat menyelam hidung-nya dapat ditutup sehingga air tidak masuk ke dalam paru-paru. Cara pernapasan reptil adalah udara dihirup melalui hidung. Udara kemudian disalurkan oleh batang tenggorokan, dan diteruskan cabang batang tenggorokan menuju paru-paru. Paru-paru reptil berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk.
Pada paru-paru terjadi penyerapan oksigen serta pengeluaran karbondioksida dan uap air. Pada reptil yang hidup di air, misalnya buaya, pada saat menyelam hidung-nya dapat ditutup sehingga air tidak masuk ke dalam paru-paru. Cara pernapasan reptil adalah udara dihirup melalui hidung. Udara kemudian disalurkan oleh batang tenggorokan, dan diteruskan cabang batang tenggorokan menuju paru-paru. Paru-paru reptil berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk.
Paru-paru
reptil terdiri dari lipatan-lipatan dinding untuk memperbesar permukaan
pertukaran gas. Beberapa reptil yang bisa terbang bahkan memiliki pundi-pundi
hawa, sama seperti burung.
Gambar:
Alur Pernapasan Pada Reptil
Otot tulang rusuk
berkontraksi – rongga dada membesar – paru-paru mengembang– O2 masuk melalui
lubang hidung – rongga mulut – anak tekak – trakea yang panjang – bronkiolus
dalam paru-paru – O2 diangkut darah menuju seluruh tubuh.
Otot tulang rusuk
berelaksasi – rongga dada mengecil – paru-paru mengecil – CO2 dari jaringan
tubuh menuju jantung melalui darah – paru-paru – bronkiolus – trakea yang
panjang – anak tekak – rongga mulut – lubang hidung.
Respirasi
Reptil (Kura-Kura)
Paru-paru
reptilia berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru-paru
reptilia lebih sederhana, hanya dengan beberapa lipatan dinding yang berfungsi
memperbesar permukaan pertukaran gas. Pada reptilia pertukaran gas tidak
efektif.
Pada kadal, kura-kura, dan buaya
paru-paru lebih kompleks, dengan beberapa belahan-belahan yang membuat
paru-parunya bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal
misalnya bunglon Afrika mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang memungkinkan
hewan tersebut melayang di udara.
Gambar:
Pernapasan Kura-Kura
Mekanisme
Pernapasan Reptilia :
Oksigen dari air -> air disaring rigi-rigi pada
lengkung insang -> melalui insang -> oksigen diikat darah -> menuju ke
seluruh tubuh -> mengikat karbon dioksida di jantung -> kembali ke insang -> melepas
karbon dioksida.
Reptilia bernapas
menggunakan paru-paru. Gas O2 dalam udara masuk melalui lubang hidung ->
rongga mulut -> anak tekak -> trakea yang panjang -> bronkiolus dalam
paru-paru. Dari paru-paru, O2 diangkut darah menuju seluruh jaringan tubuh.
Dari jaringan tubuh, gas CO2 diangkut darah menuju jantung untuk dikeluarkan
melalui paru-paru => bronkiolus -> trakea yang panjang -> anak tekak
-> rongga mulut -> lubang hidung. Pada Reptilia yang hidup di air, lubang
hidung dapat ditutup ketika menyelam.
Reptil bernafas dengan
paru-paru. udara masuk melalui hidung, kemudian menuju batang tenggorokan, lalu
ke paru-paru. reptil yang sering berkubang di air misalnya buaya, lubang
hidungnya dapat ditutup sewaktu menyelam agar air tidak masuk ke dalam
paru-paru. Contoh reptil adalah ular, buaya, kadal, cicak, dan biawak.
Paru-paru reptilia berada
dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru-paru reptilia lebih
sederhana, hanya dengan beberapa lipatan dinding yang berfungsi memperbesar
permukaan pertukaran gas. Pada reptilia pertukaran gas tidak efektif.
Pada kadal, kura-kura, dan
buaya paru-paru lebih kompleks, dengan beberapa belahanbelahan yang membuat
paru-parunya bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal
misalnya bunglon Afrika mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang memungkinkan
hewan tersebut melayang di udara
4.
Sistem Respirasi pada Aves (Burung)
Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya
terjadi di paru-paru. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam
rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk.
Jalur pernapasan pada burung berawal di lubang hidung. Pada
tempat ini, udara masuk kemudian diteruskan pada celah tekak yang terdapat pada
dasar faring yang menghubungkan trakea. Trakeanya panjang berupa pipa bertulang
rawan yang berbentuk cincin, dan bagian akhir trakea bercabang menjadi dua
bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Dalam bronkus pada pangkal trakea
terdapat sirink yang pada bagian dalamnya terdapat lipatan-lipatan
berupa selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan suara.
Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus yangmerupakan bronkus sekunder dan
dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian ventral) dan dorsobronkus (di
bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan dorsobronkus, oleh banyak parabronkus
(100 atau lebih).
Parabronkus berupa tabung tabung kecil. Di parabronkus
bermuara banyak kapiler sehingga memungkinkan udara berdifusi. Selain
paru-paru, burung memiliki 8 atau 9 perluasan paru-paru atau pundi-pundi hawa
(sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap.
Pundi-pundi hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput tipis. Di
pundi-pundi hawa tidak terjadi difusi gas pernapasan; pundi-pundi hawa hanya
berfungsi sebagai penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Karena
adanya pundi-pundi hawa maka pernapasan pada burung menjadi efisien.
Pundi-pundi hawa terdapat di pangkal leher (servikal), ruang dada
bagian depan (toraks anterior), antara tulang selangka (korakoid),ruang
dada bagian belakang (toraks posterior), dan di rongga perut(kantong
udara abdominal).
Masuknya udara yang kaya oksigen ke paru-paru (inspirasi)
disebabkan adanya kontraksi otot antar tulang rusuk (interkostal) sehingga
tulang rusuk bergerak keluar dan tulang dada bergerak ke bawah. Atau dengan kata
lain, burung mengisap udara dengan cara memperbesar rongga dadanya sehingga
tekanan udara di dalam rongga dada menjadi kecil yang mengakibatkan masuknya
udara luar. Udara luar yang masuk sebagian kecil tinggal di paru-paru dan
sebagian besar akan diteruskan ke pundi- pundi hawa sebagai cadangan udara.
Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat
udara (OZ) di paru-paru
berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak
atau diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid terjepit sehingga
oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru. Sebaliknya, ekspirasi terjadi
apabila otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke
posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar
dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari paru-paru yang kaya karbon
dioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari kantung
hawa masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler di
paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat terjadi pada saat
ekspirasi maupun inspirasi.
Alat
pernapasan pada burung adalah paru-paru. Ukuran paru-paru relatif kecil
dibandingkan ukuran tubuh burung. Paru-paru burung terbentuk oleh bronkus
primer, bronkus sekunder, dan pembuluh bronkiolus. Bronkus primer berhubungan
dengan mesobronkus. Mesobronkus merupakan bronkiolus terbesar. Mesobronkus
bercabang menjadi dua set bronkus sekunder arterior dan posterior yang disebut
ventrobronkus dan dorsobronkus dihubungkan oleh parobronkus. Paru-paru burung
memiliki ±1000 buah parabronkus yang bergaris tengah ±0,5 mm. Paru-paru burung
memiliki perluasan yang disebut kantong udara yang mengisi daerah selangka dada
atas, dada bawah, daerah perut, daerah tulang humerus dan daerah leher.
Berturut-turut
dari luar ke dalam. Susunan alat pernapasan burung adalah sebagai berikut:
a.
Lubang hidung,
1)
Sepasang
lubang hidung luar, terdapat pada pangkal paruh
2)
Sepasang
lubang hidung dalam, terdapat pada langit-langit rongga mulut
b.
Celah tekak pada dasar faring, berhubungan dengan
trakea,
-
Terdapat pada pangkal tenggorok
c.
Trakea, berupa pipa dengan penebalan tulang rawan
berbentuk cincin yang tersusun di sepanjang trakea.
- Berbentuk
pipa yang terdiri dari cincin tulang rawan
- Pada
trakea terdapat kantung suara (sirink) yang melekat pada dinding trakea. Sirink
memiliki selaput yang akan bergetar dan menghasilkan bunyi jika ada udara yang
lewat. Trakea bercabang ke kiri dan kanan menjadi bronkus.
- Siring
(alat suara), terletak di bagian bawah trakea. Dalam siring terdapat otot
sternotrakealis yang menghubungkan tulang dada dan trakea, serta berfungsi
untuk menimbulkan suara. Selain itu terdapat juga otot siringialis yang
menghubungkan siring dengan dinding trakea sebelah dalam. Dalam rongga siring
terdapat selaput yang mudah bergetar. Getaran selaput suara tergantung besar
kecilnya ruangan siring yang diatur oleh otot sternotrakealis dan otot
siringalis.
e.
Bifurkasi trakea, yaitu percabangan
trakea menjadi dua bronkus kanan dan kiri,
f.
Bronkus (cabang trakea) terletak di
antara siring dan paru-paru,
g.
Paru-paru dengan selaput pembungkus
paru-paru yang disebut pleura.
Paru-paru dibungkus oleh selaput (pleura) dan
dihubungkan dengan kantong hawa/pundit-pundi udara (Saccus pneumaticus).
Paru-paru burung tidak mempunyai alveoli dan sebagai
gantinya adalah pembuluh udara yang disebur “Parabronki”. Saluran udara pada
parabronki bercabang-cabang, yaitu berupa pembuluh kapiler udara yang letaknya
berdampingan dengan kapiler darah.
Pada
burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-paru.
Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada yang
dilindungi oleh tulang rusuk.
Burung adalah hewan berdarah panas, sama seperti mamalia ,sehingga suhu
pada tubuh burung bersifat stabil. Karena burung memiliki reseptor
pada bagian otak yang dapat mengatur suhu tubuh, sehingga burung dapat
melakukan aktivitas pada suhu lingkungan yang berbeda . Burung menggunakan
paru-paru dan pundi hawa (pundi-pundi udara) sebagai alat pernafasanya.
Burung memiliki dua lubang hidung, yaitu :
a. Lubang hidung luar terletak pada pangkal paruh bagian atas.
b. Lubang hidung dalam terletak pada langit-langit rongga mulut
Trakea pada burung sama seperti pada manusia yaitu berupa tulang rawan yang
berbentuk cincin-cincin . trakea bercabang menjadi bronkus kanan dan
kiri. Bronkus kanan dan kiri merupakan penghubung siring dengan paru-paru.
Didalam siring terdapat lipatan-lipatan berupa selaput yang dapat bergetar
menghasilkan suara. Burung memiliki sepasang paru-paru yang menempel pada
dinding bagian dalam. Paru-paru sendiri terbungkus oleh selaput paru-paru
(pluera) yang berhubungan dengan pundi-pundi hawa. Paru-paru burung tidak
memiliki alveolus ,sebagai ganti fungsinya adalah parabronki (Pembuluh kapiler
yang berdampingan dengan kapiler darah). Selain itu burung juga tidak memiliki
diafragma sehingga dalam pergerakan paru-paru (inhale-exhale) dibantu oleh
rongga seluruh tubuh.
Fungsi pundi-pundi hawa pada burung :
1. Untuk bernapas saat terbang,
2. Memperkeras suara dengan
memperbesar ruang siring,
3. Mencegah kedinginan dengan
menyelubungi organ dalam dengan rongga udara,
4. Mengurangi hilangnya panas
tubuh,
5. Memperbesar atau memperkecil
berat jenis tubuh (berguna saat berenang)
Pundi-pundi
hawa pada burung berjumlah sembilan yaitu :
1. 2 kantong di leher (servikal)
2. 1 kantong di antara tulang selangka
(korakoid/interclavicular)
3. 2 kantong di dada depan (toraks anterior)
4. 2 kantong di dada belakang (toraks posterior)
5. 2 kantong di perut (abdominal)
Fungsi kantong udara :
a)
Membantu pernafasan terutama saat terbang
b)
Menyimpan cadangan udara (oksigen)
c)
Memperbesar atau memperkecil berat jenis pada saat
burung berenang
d)
Mencegah hilangnya panas tubuh yang terlalu banyak
Gambar:
Respirasi Burung
Mekanisme Pernapasan Pada
Burung
Mekanisme
Pernapasan I :
a. Fase sayap
diangkat
Oksigen dari udara -> masuk ke tubuh melalui lubang
hidung -> melewati trakea -> melewati siring -> melewati bronkus ->
menuju ke paru-paru sebesar kurang lebih 25% -> menuju ke kantong udara krg
lebi sebesar 75%
b. Fase sayap
diturunkan
kemudian darah di paru-paru mengikat karbon
dioksida -> karbon dioksida di paru-paru dibawa ke trakea, sementara oksigen
di kantong udara dibawa ke paru-paru -> karbon dioksida dibawa ke hidung
-> karbon dioksida dikeluarkan dari tubuh.
Mekanisme
Pernapasan II :
a. Saat Terbang
Fase Inspirasi :
Sayap
terangkat -> kantong udara diketiak mengembang -> rongga dada membesar
-> paru-paru mengembang -> kantong udara diselangkang terjebit ->
udara masuk.
Fase Ekspirasi :
Sayap
diturunkan -> kantong udara diketiak terjebit -> kantong udara diselangka
mengembang paru-paru mengempis -> udara keluar
b.
Saat burung istirahat
Fase
Inspirasi :
Tulang dada bergerak -> tulang-tulang rusuk bergerak ke bawah / muka
-> rongga dada membesar -> paru-paru mengembang -> udara masuk ke
paru-paru -> kantong udara bagian belakang -> paru-paru -> kantong
udara bagian depan.
Fase Ekspirasi :
Fase Ekspirasi :
Tulang dada bergerak -> tulang-tulang rusuk keatas -> rongga dada
mengempus -> paru-paru mengecil -> udara dari kantong udara ->
paru-paru (parabronkus) terjadi difusi -> dikeluarkan.
a.
Pernafasan
burung saat tidak terbang
Fase
Inspirasi : tulang rusuk bergerak ke depan – volume rongga
dada membesar– tekanan mengecil – udara akan masuk
melalui saluran pernapasan. Saat inilah sebagian oksigen masuk ke
paru-paru dan O2 berdifusi ke dalam darah kapiler, dan sebagian
udara dilanjutkan masuk ke dalam katong-kantong udara. Fase Ekspirasi : tulang
rusuk kembali ke posisi semula – rongga dada mengecil
–tekanan membesar. Pada saat ini udara dalam alveolus dan udara dalam
kantong-kantong hawa bersama-sama keluar melalui paru- paru.
Pada saat
melewati alveolus, O2 diikat oleh darah kapiler alveolus, dan
darah melepas CO2. Dengan demikian, pertukaran gas CO2 dan O2 dapat berlangsung
saat inspirasi dan ekspirasi.
b.
Pernafasan
burung saat terbang
Pundi hawa sangat berperan pentng ketika burung mulai terbang, dikarenakan burung
yang terbang tidak dapat menggerakan tulang rusuknya, sehingga pundi hawalah
yang dipergunakan oleh burung untuk bernafas. Inspirasi dan ekspirasinya
dilakukan secara bergantian oleh pundi-pundi hawa.
Fase Inspirasi : Pada saat sayap diangkat, pundi hawa antar tulang
korakoid terjepit, sedangkan pundi hawa ketiak mengembang, akibatnya udara
masuk ke pundi hawa ketiak melewati paru-paru, terjadilah inspirasi. Saat
melewati paru- paru akan terjadi pertukaran gas O2 dan CO2.
Fase Ekspirasi : Sebaliknya pada saat sayap diturunkan, pundi hawa
ketiak terjepit, sedangkan pundi hawa antar tulang korakoid mengembang,
sehingga udara mengalir keluar dari kantong hawa melewati paru-parusehingga
terjadilah ekspirasi. Saat melewati paru-paru akan terjadi pertukaran gas O2 dan
CO2. Dengan cara inilah inspirasi dan ekspirasi udara dalam paru-paru burung
saat terbang. Jadi pertukaran gas pada burung saat terbang juga berlangsung
saat inspirasi dan ekspirasi.
Paru-paru
burung berhubungan dengan kantong udara melalui perantaraan bronkus rekurens.
Selain berfungsi sebagai alat bantu pernapasan saat terbang, kantong udara juga
membantu memperbesar ruang siring sehingga dapat memperkeras suara. Kantong
udara juga berfungsi mencegah hilangnya panas dengan menyelubungi alat-alat dalam
untuk mencegah kedinginan dan mengubah massa jenis tubuh pada burung-burung
perenang.
Perubahan
massa jenis terjadi dengan cara memperbesar atau memperkecil kantong udara.
Kantong udara terdapat pada pangkal leher (servikal), ruang dada bagian depan
(toraks anterior), antar tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian belakang
(toraks posterior), rongga perut (saccus abdominalis), ketiak (saccus
axillaris).
Jalur pernapasan pada burung
berawal di lubang hidung. Pada tempat ini, udara masuk kemudian diteruskan pada
celah tekak yang terdapat pada dasar faring yang menghubungkan trakea.
Trakeanya panjang berupa pipa bertulang rawan yang berbentuk cincin, dan bagian
akhir trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus
kiri. Dalam bronkus pada pangkal trakea terdapat sirink (alat suara yang
terletak pada bagian bawah trakea) yang pada bagian dalamnya terdapat
lipatan-lipatan berupa selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu
menimbulkan suara. Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus yang merupakan
bronkus sekunder dan dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian ventral)
dan dorsobronkus (di bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan
dorsobronkus, oleh banyak parabronkus (100 atau lebih).
Parabronkus
berupa tabung- tabung kecil. Di parabronkus bermuara banyak kapiler sehingga
memungkinkan udara berdifusi. Selain paru-paru, burung memiliki 8 atau 9
perluasan paru-paru atau pundi-pundi hawa (sakus pneumatikus) yang menyebar
sampai ke perut, leher, dan sayap. Pundi-pundi hawa berhubungan dengan
paru-paru dan berselaput tipis. Di pundi-pundi hawa tidak terjadi difusi gas
pernapasan, pundi-pundi hawa hanya berfungsi sebagai penyimpan cadangan oksigen
dan meringankan tubuh. Karena adanya pundi-pundi hawa maka pernapasan pada
burung menjadi efisien. .
Udara
pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat udara (O2) di paru-paru berkurang,
yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak atau
diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid terjepit sehingga oksigen
pada tempat itu masuk ke paru-paru. Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila otot
interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke posisi
semula, sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar dari
tekanan di udara luar akibatnya udara dari paru-paru yang kaya karbondioksida
keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari kantung hawa masuk
ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler di paru-paru.
Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat terjadi pada saat ekspirasi maupun
inspirasi.
Selain
itu, pada waktu burung tidak terbang, pernapasan terjadi karena gerakan tulang
dada sehingga tulang-tulang rusuk bergerak ke muka dan ke arah bawah.
Akibatnya, rongga dada membesar dan paru-paru akan mengempis sehingga udara
dari kantong udara kembali ke paru-paru. Jadi, udara segar mengalir melalui
parabronkus pada waktu inspirasi dan ekspirasi sehingga fungsi paru-paru burung
lebih efisien daripada paru-paru mamalia. Kecepatan respirasi pada berbagai
hewan berbeda bergantung dari berbagai hal, antara lain, aktifitas, kesehatan,
dan bobot tubuh.
5.
Sistem
Respirasi Pada Mamalia
Mamalia
atau hewan menyusui banyak yang pernah kita jumpai. Misalnya, kuda, gajah,
kambing, harimau, kele-lawar, dan kera. Mereka umumnya hidup di darat.
Namun ada pula yang hidup di air. Misalnya, paus, lumba-lumba, dan
pesut.
Alat pernapasan mamalia terdiri atas hidung, batang tenggorokan, cabang tenggorokan, dan paru-paru. Di dalam paru-paru terjadi penyerapan oksigen, sedangkan karbon-dioksida dan uap air dihembuskan keluar melalui hidung. Lubang hidung paus berada di atas kepalanya sehingga dia dapat bernapas sementara mulutnya berada dalam air.
Alat pernapasan mamalia terdiri atas hidung, batang tenggorokan, cabang tenggorokan, dan paru-paru. Di dalam paru-paru terjadi penyerapan oksigen, sedangkan karbon-dioksida dan uap air dihembuskan keluar melalui hidung. Lubang hidung paus berada di atas kepalanya sehingga dia dapat bernapas sementara mulutnya berada dalam air.
PENUTUP
Sistem respirasi ada dua macam,
yaitu respirasi eksternal dan respirasi internal. Respirasi seluler adalah
proses masuknya O2 ke dalam sel dan dikeluarkan CO2 dan ATP yang dimana CO2
dibuang dan ATP digunakan. Organ respirasi hewan:
1.
Hewan Akuatik menggunakan kulit dan insang,
2.
Hewan terrestrial menggunakan paru-paru difusi,
paru-paru buku, paru-paru alveolar dan trakea.
DAFTAR
PUSTAKA
Alsagaff, H., Mukty, A., 2002.
Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press, Surabaya.
Anonim. 2009. Respirasi.
http://one.indoskripsi.com/node/4672. Diakses pada hari Jumat/26 Juni 2009.
Campbell,dkk.
2005. Biologi Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Isnaeni,Wiwi.2006. Fisiologi
Hewan.Yogyakarta:Kanisius
Kastawi,Yusuf. Zoologi Avertebrata.Malang: FMIPA
UM.
Seeley,
R. R., T.D. Stephens, P. Tate. 2003. Essentials of Anatomy dan
Physiology fourth edition. McGraw-Hill Companies.
Syaifudin, 1996. Anatomi Fisiologi. Edisi II .Jakarta. EGC.
Tobin, A.J. 2005. Asking About Life.
Thomson Brooks/Cole, Canada
.
No comments :
Post a Comment