Kalimat, pengertian dan jenis-jenisnya, Bahasa indonesia
Bab 1
A.
Latar
Belakang
Latar belakang pembuatan makalah
tentang kalimat adalah selain untuk memenuhi tugas
Bahasa Indonesia juga untuk menambah
wawasan pengetahuan mengenai kalimat, yang bersangkutan dengan pengertiannya,
jenis-jenis kalimat dan lain sebagainya.
B.
Tujuan
Dalam setiap pekerjaan pasti
memiliki tujuan masing-masing, begitu pula dengan pembuatan makalah ini,
memiliki beberapa tujuan, diantaranya :
1.
Untuk
memenuhi tugas bahasa Indonesia.
2.
Menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan.
C.
Batasan-batasan
Masalah
Agar pembahasan tentang kalimat ini
tidak berbelit-belit dan akan menuju ke arah yang tidak berkepentingan, maka
diberi lah batasan-batasan masalah, diantaranya :
1.
Pengertian
kalimat
2.
Jenis-jenis
kalimat
BAB II
ISI
A. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang mengandung pikiran
lengkap. Sebuah kalimat paling kurang mengandung subjek dan predikat. Kalimat dalam wujud lisan diucapkan dengan suara naik turun,
dan keras lembut,disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud
tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
Susilo (1990:2)
mengemukakan lima ciri kalimat bahasa Indonesia kelima ciri tesebut ialah:
bermakna, bersistem urutan frase, dapat berdiri sendiri dalam hubungannya
dengan kalimat yang lain, berjeda dan berhenti dengan berakhirnya intonasi.
Namun hal itu belum menjamin bahwa kalimat itu ialah kalimat bahasa Indonesia
baku.
Contoh
kalimat:
di tempat
itu dijadidkan tempat pertemuan bagi pihak yang bertikai di Poso.
Kalimat ini bukanlah kalimat baku
meskipun memiliki kelima ciri kalimat diatas. Hal itu karena tidak terlihat
unsur subjek di dalam kalimat tersebut. Ciri kalimat baku menurut Susilo
(1990:4), yaitu: gramatikal, masuk akal, bebas dari unsur mubazir, bebas dari
kontaminasi, bebas dari interfensi, sesuai dengan ejaan yang berlaku dan sesuai
dengan lafal bahasa Indonesia.
B. Pengertian SPOK
Setiap kalimat memiliki unsur
penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang
mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK :
a. Subjek /
Subyek (S)
Subjek atau
pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan makna
kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat, dapat mengaburkan makna kalimat.
Keberadaan subjek dalam kalimat berfungsi:
(1) membentuk kalimat dasar, kalimat luas,
kalimat tunggal, kalimat majemuk,
(2) memperjelas makna,
(3) menjadi pokok pikiran,
(4) menegaskan makna,
(5) memperjelas pikiran ungkapan,
(6) membentuk kesatuan pikiran.
Ciri-ciri subjek:
1. jawaban apa atau siapa
2. didahului kata bahwa
3. berupa kata atau frasa benda (nomina)
4. disertai dengan kata ini atau itu
5. disertai pewatas yang
6. kata sifat didahului kata si atau sang: si cantik, si hitam, sang perkasa
7. tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari, menurut, berdasarkan, dan lain-lain.
8. tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata bukan.
§ Contoh Subjek :
Jawaban atas
Pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat.
1. Hadi memelihara binatang
Siapa memelihara? Jawab : Hadi. (maka Hadia adalah Subjek (S)
1. Hadi memelihara binatang
Siapa memelihara? Jawab : Hadi. (maka Hadia adalah Subjek (S)
2. Meja itu dibeli oleh paman.
Apa dibeli ? = jawab Meja
3. Biasanya disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai pembatas antara subyek dan predikat).
Anak itu membawa bukuku
S P
b.
Predikat (P)
Predikat
adalah bagian yang memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri atau
subjek itu. Memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri tentulah
menyatakan apa yang dikerjakan atau dalam keadaan apakah subjek itu. Oleh
karena itu, biasanya predikat terjadi dari kata kerja atau kata keadaan .Kita
selalu dapat bertanya dengan memakai kata tanya mengapa, artinya dalam keadaan
apa, bagaimana, atau mengerjakan apa?.
Ciri-ciri predikat:
1. jawaban mengapa, bagaimana
2. dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan
3. dapat didahului keterangan aspek: akan, seudah, sedang, selalu, hampir
4. dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, seyogyanya, mesti, selayaknya, dan lain-lain
5. tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek
6. didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni
7. predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat atau bilangan.
1. jawaban mengapa, bagaimana
2. dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan
3. dapat didahului keterangan aspek: akan, seudah, sedang, selalu, hampir
4. dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, seyogyanya, mesti, selayaknya, dan lain-lain
5. tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek
6. didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni
7. predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat atau bilangan.
c.
Objek (O)
Subjek dan predikat cenderung muncul secara eksplisit dalam kalimat, namun objek tidaklah demikian halnya. Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Predikat kalimat yang berstatus transitif mempunyai objek. Biasanya, predikat ini berupa kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i, misalnya: mengembalikan, mengumpulkan; me-i, misalnya: mengambili, melempari, mendekati.
Subjek dan predikat cenderung muncul secara eksplisit dalam kalimat, namun objek tidaklah demikian halnya. Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Predikat kalimat yang berstatus transitif mempunyai objek. Biasanya, predikat ini berupa kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i, misalnya: mengembalikan, mengumpulkan; me-i, misalnya: mengambili, melempari, mendekati.
Dalam kalimat, objek berfungsi:
(1) membentuk kalimat dasar pada
kalimat berpredikat transitif,
(2) memperjelas makna kalimat
(3) membentuk kesatuan atau
kelengkapan pikiran.
Ciri-ciri objek:
1. berupa kata benda
2. tidak didahului kata depan
3. mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif
4. jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat transitif
5. dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu dipasifkan.
Ciri-ciri objek:
1. berupa kata benda
2. tidak didahului kata depan
3. mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif
4. jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat transitif
5. dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu dipasifkan.
d. Keterangan (K)
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga.
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga.
v Berikut ini beberapa ciri unsur
keterangan.
• Bukan Unsur Utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
• Bukan Unsur Utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
• Tidak Terikat Posisi
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat.
v Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
1. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
1. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
2.
Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
3. Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
4. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
5. Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
6. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang.
Perhatikan contoh berikut.
• Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
7. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Seperti contoh berikut.
• Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan tambahan (tercetak miring) itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan yaitu kata Siswanto.
8. Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Contohnya sebagai berikut.
• Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.
e. Pelengkap (Pel)
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
a) Diah mengirimi saya buku baru.
b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.
Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.
Contoh :
a. Pemuda itu bersenjatakan parang.
Kata parang adalah pelengkap.
Bersenjatakan apa ? jawab parang ( maka parang sebagai pelengkap )
b. Budi membaca buku.
Membaca apa ? jawab buku (buku sebagai obyek karena dapat
menempati Subyek)
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
a) Diah mengirimi saya buku baru.
b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.
Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.
Contoh :
a. Pemuda itu bersenjatakan parang.
Kata parang adalah pelengkap.
Bersenjatakan apa ? jawab parang ( maka parang sebagai pelengkap )
b. Budi membaca buku.
Membaca apa ? jawab buku (buku sebagai obyek karena dapat
menempati Subyek)
C. Pola Kalimat
Dasar
Berdasarkan penelitian para ahli,
pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1. KB + KK : Mahasiswa berdiskusi.
2. KB + KS :
Dosen itu ramah.
3. KB + KBil :
Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
4. KB + (KD + KB) : Tinggalnya di Palembang.
5. KB1 + KK + KB2 : Mereka menonton film.
6. KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan.
7. KB1 + KB2 :
Rustam peneliti.
Ketujuh pola kalimat dasar
ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola dasar
itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.
D. Jenis-jenis Kalimat
1. Kalimat berdasarkan pengucapan
a) Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat
menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat yang
memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga) dengan lngsung
menirukan, mengutip atau mengulang kembali ujaran dari sumber tersebut.
Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan Intonasi dari
bagian kutipan bernada lebih tinggi dari bagian lainnya.
·
Ciri-ciri
kalimat langsung :
1.
Susunan kutipan-pengiring
• Bila kutipan ada di awal kalimat,
masukkan tanda petik pembuka dan tulis kutipannya diawali dengan huruf besar.
• Tambahkan tanda titik, tanda seru
atau anda tanya di akhir kutipan. • Masukkan tanda petik penutup di akhir
kutipan.
• Ikuti dengan spasi.
• Masukkan pengiring tanpa
diselipkan tanda koma dan huruf besar.
• Akhiri pengiring dengan tanda
titik.
Ø Contoh :
“Apa yang harus ku lakukan?” gumam Ratu Gading Mas.
2.
Susunan pengiring-kutipan
• Bila kutipan ada di akhir kalimat,
tuliskan pengiringnya dulu seperti menulis kalimat biasa.
• Selipkan tanda koma sebelum
menambahkan kutipan.
• Selipkan spasi.
• Masukkan tanda petik pembuka dan
awali kutipan dengan huruf besar.
• Tambahkan tanda titik, tanda seru
atau anda tanya di akhir kutipan.
• Masukkan tanda petik penutup di
akhir kutipan.
Ø Contoh :
Lalu Ratu berkata kepada pengawalnya, “Suruh kedua wanita itu menghadapku!”
3.
Susunan kutipan, pengiring dan kutipan lagi.
• Ulang cara menulis kalimat
langsung yang susunannya pengiring-kutipan, tetapi jangan taruh tanda titik di
belakang pengiring.
• Taruh tanda koma di belakang
pengiring.
• Selipkan spasi
• Masukkan tanda petik pembuka dan
tetapi jangan awali kutipan dengan huruf besar.
• Tambahkan tanda titik, tanda seru
atau anda tanya di akhir kutipan.
• Masukkan tanda petik penutup di
akhir kutipan.
Ø Contoh :
“Tunggu!” teriak penasehat ratu, “lebih baik kita selidiki dulu masalahnya.”
b)
Kalimat tak langsung adalah
kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan orang lain.
Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua, berkata
tugas(bahwa,agar,sebab,untuk,supaya,tentang,dsb), Intonasi mendatar dan menurun pada akhir kalimat
·
Ciri-ciri Kalimat Tak Langsung
1.
kata ganti
orang ke-1 menjadi orang ke-3.
Contoh: Ratu Gading Mas tidak tahu
apa yang harus dia lakukan
2.
kata ganti
orang ke-2 menjadi orang ke-1.
Contoh: Ia menyuruh pengawalnya
untuk membawa kedua wanita itu masuk.
3.
kata ganti
orang ke-2 jamak atau kita menjadi kami atau mereka, sesuai dengan isinya.
Contoh: Penasehat ratu
menyuruh pengawal itu untuk menunggu dan menyarankan agar mereka
menanyakan dulu sebabnya.
2.
Kalimat berdasarkan jumlah frasa
(struktur gramatikalnya)
a)
Kalimat tunggal ialah
kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang terdiri dari subjek dan
predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang paling sederhana. Kalimat
tunggal yang sederhana ini dapat ditelusuri berdasarkan pola-pola
pembentukannya.
Pola-pola kalimat dasar yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
KB + KK (kata benda + kata kerja)
Contoh:
Ibu memasak
S
P
KB + KS (kata benda + kata sifat)
Contoh:
Anak itu sangat
rajin.
S P
KB + KBil (kata benda + kata bilangan)
Contoh:
Apel itu ada dua buah.
S
P
Kalimat tunggal terdiri dari 2
jenis, yaitu:
§ Kalimat Nominal yaitu jenis kalimat yang pola predikatnya menggunakan
kata benda.
Contoh: Adik perempuan saya ada dua orang.
§ Kalimat Verbal yaitu jenis kalimat yang menggunakan kata kerja
sebagai predikatnya.
Contoh: Saya sedang mandi.
Dua jenis kalimat tunggal diatas
dapat dikembangkan dengan menambahkan kata pada tiap unsur-unsurnya. Dengan
adanya penambahan tiap unsur-unsur itu, unsur utama masih dapat dengan mudah
dikenali. Perluasan kalimat tunggal itu terdiri atas:
1. Keterangan tempat
misalnya: disini, lewat jalan itu, di daerah
ini, dll.
Contoh: Rumahnya
ada di daerah ini.
2. Keterangan waktu
misalnya: setiap hari, pukul, tahun ini, tahun
depan, kemaren, lusa, dll.
Contoh: Aktifitasnya
dimulai pukul 08.30 pagi.
3. Keterangan alat
misalnya: dengan baju, dengan
sepatu, dengan motor, dll.
Contohnya: Dia pergi dengan sepeda motor.
4. Keterangan cara
misalnya: dengan hati-hati, secepat mungkin,
dll.
Contoh: Prakarya itu dibuat dengan hati-hati.
5. Keterangan modalitas
misalnya: harus, mungkin, barangkali, dll.
Contoh: Saya
harus giat berlatih.
6. Keterangan aspek
misalnya: akan, sedang, sudah, dan telah.
Contoh: Dia sudah menyelesaikannya.
7. Keterangan tujuan
misalnya: untuk dirinya, untuk semua orang,dll
Contoh: Orang itu membuat dirinya terlihat menawan.
8. Keterangan sebab
misalnya: karena rajin, karena panik, dll.
Contoh: Dia
lulus ujian karena rajin belajar.
9. Keterangan tujuan (ket. yang
sifatnya menggantikan)
contoh: penerima
medali emas, taufik Hidayat.
10. Perluasan kalimat yang menjadi frasa
contoh: orang
itu menerima predikat guru teladan.
b)
Kalimat majemuk adalah
kalimat yang terdiri dari beberapa kalimat dasar. Struktur kalimat majemuk
terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik secara
kordinasi maupun subordinasi.
Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis:
§ Kalimat
Majemuk Setara (KMS) adalah
kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat tunggal, dan kedudukan tiap
kalimat tunggal itu ialah setara baik secara struktur maupun makna kalimat itu.
Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar
dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal.
Contoh: Saya makan; dia minum.
Kalimat
tersebut terdiri dari dua kalimat dasar yaitu a) Saya makan dan b) Dia
minum. Jika kalimat a) ditiadakan, kalimat b) masih dapat berdiri
sendiri dan tidak tergantung baik dari segi struktur maupun makna kalimat.
Demikian juga, jika kalimat dasar b) ditiadakan, kalimat dasar b) masih dapat
berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Kedua kalimat tersebut memiliki
kedudukan yang sama di dalam kalimat majemuk setara.
Hubungan
kedua kalimat dasar dalam kalimat majemuk setara tersebut tidak tampak jelas
karena tidak digunakan konjungsi di antara kedua kalimat dasar tersebut.
Hubungan yang paling dekat dengan makna kalimat majemuk setara tersebut adalah
hubungan urutan peristiwa. Konjungsi yang cocok adalah lalu, lantas, terus, atau
kemudian.
1a) Saya
makan lalu dia minum.
Jika konjungsi kalimat itu diganti
dengan kata tetapi, hubungan kedua kalimat tersebut akan berubah.
Hubungan kalimat yang semula hubungan urutan peristiwa akan berubah menjadi
hubungan pertentangan.
1b) Saya
makan, tetapi dia minum.
Jadi,
konjungsi mempunyai peranan yang penting dalam kalimat majemuk. Peranan
konjungsi adalah menyatakan hugungan antarkalimat dasar di dalam kalimat
majemuk.
Kalimat majemuk setara dapat
dikelompokkan kedalam beberapa bagian, yaitu:
o Kalimat
majemuk setara penggabungan ialah jenis kalimat yang dapat diidentifikasi
dengan adanya kalimat yang dihubungkan dengan kata “dan” atau “serta”. Contoh:
"Aku menulis surat itu dan Dia yang mengirimnya ke kantor pos.",
"Murid-murid membuat prakarya itu serta memajangnya di pameran."
o Kalimat
majemuk setara pertentangan ialah jenis kalimat majemuk yang dihubungkan dengan
kata “tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”. Contoh: "Anak itu
rajin datang kesekolah, tetapi nilainya selalu merah.", "Ibu
memasak didapur sedangkan saya membersihkan rumah.", "Yang
membuat prakarya itu bukan adiknya melainkan kakaknya yang membuat prakarya
itu.", "Dia tidak membuat makanan itu namun hanya
menyiapkannya untuk para tamu."
o Kalimat
majemuk setara pemilihan ialah jenis kalimat majemuk yang didalam kalimatnya
dihubungkan dengan kata “atau”. Contoh" "Dia bingung memilih
antara buah apel atau buah anggur."
o Kalimat
majemuk setara penguatan ialah jenis kalimat yang mengalami penguatan dengan
menambahkan kata “bahkan”. Contoh: "Dia tidak hanya pandai bermain alat
musik, dia bahkan pandai bernyanyi."
§ Kalimat Majemuk Bertingkat(KMB) adalah
penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda.
Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak
kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk
kalimat. Kalimat majemuk bertingkat mengandung satu kalimat dasar yang
merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi
sebagai pengisi salah satu unsur kalimat itu. Konjungsi yang digunakan dalam
kalimat majemuk bertingkat adalah ketika, karena, supaya, meskipun, jika, dan
sehingga.
o Induk Kalimat dan Anak Kalimat
Perbedaan
induk kalimat dan anak kalimat dapat dilihat berdasarkan tiga kategori
.
1) Kemandirian
sebagai Kalimat Tunggal
Induk
kalimat mempunyai ciri dapat berdiri sendiri sebagai kalimat mandiri, sedangkan
anak kalimat tidak dapat berdiri sebagai kalimat tanpa induk kalimat. Hal ini
tampak pada contoh berikut.
a) Hujan turun
selama tiga hari tiada henti-hentinya.
b) Sehingga
banjir melanda sawah dan ladang petani desa itu.
Kalimat (a)
dapat berdiri sendiri, sedangkan kalimat (b) tidak.
2) Konjungsi
Konjungsi digunakan untuk
menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat. Dengan kata lain, anak kalimat
ditandai oleh adanya konjungsi, sedangkan induk kalimat tidak didahului konjungsi.
Saya membaca buku ketika dia datang.
Jika
konjungsi dipindahkan di awal kalimat itu, akan terjadi perubahan baik struktur
maupun informasi.
Ketika saya membaca buku, dia
datang.
Setelah
dipindahkan ke bagian awal, unsur pertama kalimat tersebut merupakan anak
kalimat dan unsur kedua merupakan induk kalimat.
3) Urutan
Anak kalimat
yang berfungsi sebagai keterangan mempunyai kebebasan tempat, kecuali anak
kalimat akibat, didahului kata sehingga. Jika anak kalimat di depan
induk kalimat, anak kalimat itu harus dipisahkan dengan tanda koma dari induk
kalimatnya. Anak kalimat yang menempati posisi di belakang induk kalimat dapat
ditempatkan di depan kalimat tanpa perubahan informasi yang pokok.
Contoh :
- Dia
mengajukan permintaan kredit investasi kecil karena ingin meningkatkan
perusahaan.
Kalimat tersebut dapat diubah menjadi berikut.
- Karena
ingin meningkatkan perusahaannya, dia mengajukan permintaan kredit investasi
kecil.
o Jenis Anak Kalimat
Berdasarkan
perannya, anak kalimat dapat dibedakan atas beberapa jenis.
1) Anak Kalimat
Keterangan Waktu
Anak kalimat
ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan waktu seperti ketika, waktu,
kala, tatkala, saat, sebelum, sesudah, dan setelah.
Contoh:
Seorang
pengunjung, ketika melihat seorang anak kesakitan, sempat terisak.
2) Anak Kalimat
Keterangan Sebab
Anak kalimat
ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan sebab, antara lain, sebab,
karena, dan lantaran. Konjungsi ini mengawali bagian anak kalimat
dalam kalimat majemuk bertingkat.
Contoh:
Karena jatuh dari
sepeda, Andi tidak masuk kuliah.
3) Anak Kalimat
Keterangan Akibat
Anak kalimat
ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan pertalian akibat. Konjungsi yang
digunakan adalah hingga, sehingga, maka, akibatnya, dan akhirnya. Anak
kalimat keterangan akibat hanya menempati posisi akhir, terletak di belakang
induk kalimat.
Contoh:
Hujan turun
berhari-hari sehingga banjir besar melanda kota itu.
4) Anak Kalimat
Keterangan Syarat
Anak kalimat
ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan syarat. Konjungsi itu,
antara lain, jika, kalau, apabila, andaikata, dan andaikan.
Contoh:
Jika ingin
berhasil dengan baik, Andi harus belajar dengan tekun.
5) Anak Kalimat
Keterangan Tujuan
Anak kalimat
ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan tujuan. Konjungsi yang
digunakan adalah supaya, agar, untuk, guna, dan demi.
Contoh:
Ana belajar
dengan tekun agar lulus ujian akhir semester.
6) Anak Kalimat
Keterangan Cara
Anak kalimat
ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan cara. Konjungsi tersebut adalah dengan
dan dalam.
Contoh:
Pemerintah
berupaya meningkatkan ekspor nonmigas dalam mengatasi pemasaran minyak
yang terus menurun.
7) Anak Kalimat
Keterangan Pewatas
Anak kalimat
ini menyertai nomina, baik nomina itu berfungsi sebagai subjek, predikat,
maupun objek. Konjungsi yang digunakan adalah yang atau kata penunjuk itu.
Anak kalimat ini berfungsi sebagai pewatas nomina.
Contoh:
Anak yang
berbaju hijau mempunyai dua ekor kucing.
8) Anak Kalimat
Pengganti Nomina
Anak kalimat
ini ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi subjek
atau objek dalam kalimat transitif.
Contoh:
Ana
mengatakan bahwa jeruk itu asam
Berdasarkan kata penghubungnya
(konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri dari 10 macam, yakni:
1.
Waktu,
misal: ketika, sejak, saat ini. Contoh: "Rumah makan itu sudah berdiri
sejak orang tuaku menetap di kota ini.", "Orang tuaku
meninggalkan kota ini ketika umurku beranjak 3 tahun."
2.
Sebab,
misal: karena, oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu. Contoh: "Dia
pergi dari rumah karena bertengkar dengan istrinya."
3.
Akibat,
misal: hingga, sehingga, maka. Contoh: "Hari ini hujan sangat deras di
Ibukota hingga mampu menggenangi beberapa ruas jalan."
4.
Syarat,
misal: jika, asalkan, apabila. Contoh: "Dia harus giat belajar jika
ingin nilainya sempurna.", "Tanaman itu bisa tumbuh dengan
subur asalkan dirawat dengan baik."
5.
Perlawanan,
misal: meskipun, walaupun. Contoh: "Dia ingin masuk ke perguruan tinggi
di Jakarta walaupun nilai kelulusannya tidak memenuhi syarat.", "Dia
selalu pergi kesekolah dengan berjalan kaki meskipun dia tahu kalau jarak
antara rumah dan sekolahnya sangat jauh."
6.
Pengandaian,
misal: andaikata, seandainya. Contoh: "Tim kita bisa menjadi juara 1
andaikata kita berusaha lebih keras lagi."
7.
Tujuan,
misal: agar, supaya, untuk. Contoh: "Dia bekerja disini agar
mendapatkan biaya hidup.", "Pria itu membuatkan sebuah rumah
di daerah "A" untuk kedua orangtuanya."
8.
Perbandingan,
misal: bagai, laksana, ibarat, seperti. Contoh: "Wajah anak itu bagai
bulan kesiangan.", "Anaknya yang suka membangkang itu ibarat
Malin Kundang di zaman modern."
9.
Pembatasan,
misal: kecuali, selain. Contoh: "Dia memiliki bakat menyanyi selain
bakat bermain musik."
10.
Alat, misal:
(dengan + Kata Benda) dengan mobil, dll. Contoh: "Orang itu pergi ke
kantor dengan mobil."
11.
Kesertaan,
misal: dengan + orang. Contoh: "Murid-murid sekolah dasar pergi
berdarmawisata dengan para guru."
§ Kalimat
Majemuk Campuran (KMC) adalah kalimat majemuk yang merupakan penggabungan
antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Minimal
pembentukan kalimatnya terdiri dari 3 kalimat.
Contoh:
1.
Toni bermain
dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
2.
Rina membaca
buku dikamar. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
3.
Ketika aku
datang kerumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
Hasil penggabungan ketiga kalimat
diatas.
Toni bermain dengan Kevin dan Rina membaca buku
dikamar, ketika aku datang kerumahnya.
3. Kalimat berdasarkan isi atau fungsinya
a) Kalimat pernyataan (deklaratif) adalah
Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap
pada
waktu ia
ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi
menurun;tanda baca titik).
Misalnya:
Positif
1. Presiden Gus Dur mengadakan
kunjungan ke luar negeri.
2. Indonesia menggunakan sistem
anggaran yang berimbang.
Negatif
1. Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.
2. Dalam pameran tersebut para pengunjung tidak
mendapat informasi yang memuaskan tentang bisnis komdominium di kota-kota
besar.
b)
Kalimat perintah adalah
kalimat yang bertujuan untuk memberikan perintah kepada seseorang untuk
melakukan sesuatu. Kalimat perintah dalam bentuk lisan biasanya diakhiri dengan
intonasi yang tinggi, sedangkan pada bentuk tulisan kalimat ini akan diakhiri
dengan tanda seru (!).
Ciri-ciri
kalimat perintah:
1.
Intonasi
keras, terutam aperintah biasa dan larangan
2.
Menggunakan tanda seru (!) , bila digunakan
dalam tulisan
3.
Kata kerja
yang mendukung kalimat biasanya kata kerja dasar
4.
Menggunakan partikel
pengeras (lah)
5.
Berpola kalimat inversi (PS).
v Beberapa
bentuk kalimat perintah :
1.
Kalimat
perintah permintaan adalah perintah yang halus, orang yang menyuruh bersikap
rendah.
Contoh :
-
Tolong, tutup pintu itu!
-
Tolong bawa
buku itu kesini!
-
Harap
berdiri!
-
Kalau ada
waktu, bacalah buku ini!
-
2.
Kalimat
perintah larangan adalah perintah yang melarang seseorang melakukan sesuatu
hal. Bila larangan itu bersifat umum/resmi digunakan kata dilarang, bila
bersifat khusus/tidak resmi digunakan kata jangan.
contoh:
- Jangan membuang sampah sembarangan!
-
Dilarang merokok disini!
- Kalimat perintah ajakan biasanya didahului kata-kata ajakan.
contoh:
-
Marilah kita bersama-sama melestarikan kebudayaan Indonesia!
-
Mari kita
jaga kebersihan rumah kita!
4.
Kalimat
perintah sindiran/cemooh adalah perintah yang mengandung ejekan karena yakin
bahwa yang diperintah tidak mampu melaksanakan yang diperintahkan.
Contoh :
-
Kerjakan
sendiri, kalau kamu bisa!
-
Dekatilah
anjing itu, kalau kamu berani!
-
Tangakaplah
jika engkau berani!
5.
Kalimat
perintah bersyarat adalah perintah yang mengandung syarat untuk terpenuhi
sesuatu hal.
Contoh:
-
Tanyakanlah
kepadanya, tentu ia akan menerangkannya kepadamu !
-
Bantulah
dia, pasti pekerjaannya akan segera selesai!
6.
Kalimat
perintah mengizinkan adalah perintah biasa yang ditambahkan dengan pernyataan
yang mengungkapkan pemberian izin.
Contoh:
-
Makanlah,
semampu anda!
-
Ambillah
buah mangga itu semaumu!
c)
Kalimat berita adalah
kalimat yang isinya mengabarkan atau menginformasikan sesuatu. Dalam
penulisannya kalimat ini diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya
kalimat ini akan diakhiri dengan intonasi yang menurun. Biasanya kalimat berita
akan berakhir dengan pemberian tanggapan dari pihak yang mendengar kalimat
berita ini.
v Ciri-ciri
kalimat berita :
2. intonasinya
yang netral, tak ada suatu bagian yang dipentingkan dari yang lain
3. Susunan kalimat tak dapat dijadikan ciri-ciri
karena hampir sama saja dengan kalimat lain.
4. Suatu bagian
dari kalimat berita dapat dijadikan pokok pembicaraan. Dalam hal ini bagian
tersebut dapat ditempatkan di depan kalimat, atau bagian tersebut mendapat
intonasi yang lebih keras. Intonasi yang lebih keras yang menyertai kalimat
seperti ini disebut intonasi pementing.
Beberapa bentuk kalimat berita:
1.
Kalimat
berita positif.
2.
Kalimat berita negatif yaitu kalimat yang
berisi pengingkaran atau kalimat yang ditandai dengan kata ingkar
yaitu menggunakan kata "tidak" dan kata "bukan".
Contoh :
1. Ayahku bukan seorang koruptor. (negatif)
2. Kakekku tidak mau makan daging sapi. (negatif)
3. Rian adalah seorang pembunuh yang sadis. (positif)
4. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan masjid agung di bogor. (positif)
5. Banyak anggota DPR yang melakukan korupsi. (positif).
Contoh :
1. Ayahku bukan seorang koruptor. (negatif)
2. Kakekku tidak mau makan daging sapi. (negatif)
3. Rian adalah seorang pembunuh yang sadis. (positif)
4. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan masjid agung di bogor. (positif)
5. Banyak anggota DPR yang melakukan korupsi. (positif).
c)
Kalimat Tanya adalah
kalimat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi, biasanya kalimat ini akan
diakhiri dengan pemberian tanda tanya (?). Kata Tanya yang sering digunakan
untuk membuat kalimat. Adapun macam kata tanya dan gunanya adalah :
-
Apa : hal, orang, atau barang
-
Siapa :
orang atau nama orang
-
Kapan,
bilamana : waktu
-
Dimana :
tempat
-
Mengapa :
sebab
-
Bagaimana :
keadaan, cara, proses.
Contoh :
1.
Apa yang dia
lakukan disana ?
2.
Siapa
namamu?
3.
Kapan anda
pergi ke Banjarmasin?
4.
Dimana
rumahmu?
5.
Bagaimana pemerintah menyelesaikan krisis ekonomi saat ini?
6.
Mengapa orang-orang itu berhamburan pergi keluar gedung?
v Beberapa
bentuk kalimat tanya:
1.
Kalimat
Tanya klarifikasi dan konfirmasi
Yang dimaksud kalimat tanya klarifikasi
(penegasan) dan kalimat Tanya konfirmasi (penjernihan) ialah kalimat tanya yang
disampaikan kepada orang lain untuk tujuan mengukuhkan dan memperjelas
persoalan yang sebelumnya telah diketahui oleh penanya. Kalimat tanya ini tidak
meminta penjelasan, tapi hanya membutuhkan jawaban pembenaran atau sebaliknya
dalam bentuk ucapan ya atau tidak dan benar atau tidak benar.
Contoh kalimat Tanya konfirmasi :
a.
Apakah
engkau ingin pulang hari ini? (ya/tidak)
b.
Apakah anda
mengambil buku itu? (ya/Tidak)
Contoh kalimat tanya klarifikasi:
a.
Benarkah Saudara yang memimpin penelitianmu?
b.
Apa benar
barang-barang ini milik Anda?
2.
kalimat
tanya retorik
Kalimat Tanya retorik adalah kalimat
Tanya yang tidak menghendaki jawaban karena penanya jawaban sudah tahu.
Contoh:
i.
Apakah anda mau tidak naik kelas?
ii.
Apakah
saudara mau di jajah kembali?
3.
Kalimat
tanya tersamar
Kalimat Tanya tersamar adalah
kalimat yang tujuannya tidak untuk bertanya melainkan mempunyai tujuan lain
yaitu:
§ Tujuanmeminta:
-Bolehkah saya tahu siapa namamu?
- Dapatkah kamu menolong saya?
-Bolehkah saya tahu siapa namamu?
- Dapatkah kamu menolong saya?
§ Tujuan mengajak:
- Bagaimana kalau kamu ikut dalam perlombaan sains antarsekolah?
- Dapatkah kamu menemaniku ke pesta itu nanti malam?
- Bagaimana kalau kamu ikut dalam perlombaan sains antarsekolah?
- Dapatkah kamu menemaniku ke pesta itu nanti malam?
§ Tujuan memohon:
- Apakah kamu bersedia menerima lamaran saya?
- Bersediakah kamu meminjamkan motormu kepadaku?
- Apakah kamu bersedia menerima lamaran saya?
- Bersediakah kamu meminjamkan motormu kepadaku?
§ Tujuan
menyuruh:
- Bagaimana kalau kamu berangkat ke sekolah sekarang?
- Maukah kamu membuatkan kue bolu?
- Bagaimana kalau kamu berangkat ke sekolah sekarang?
- Maukah kamu membuatkan kue bolu?
§ Tujuan merayu:
- Kapan saya bisa mengajak kamu jalan-jalan?
- Jadi kan kamu traktir saya makan hari ini?
- Kapan saya bisa mengajak kamu jalan-jalan?
- Jadi kan kamu traktir saya makan hari ini?
§ Tujuan menyindir:
- Apa tidak ada orang yang lebih bodoh dari kamu?
- Begini caranya kamu berterima kasih?
- Apa tidak ada orang yang lebih bodoh dari kamu?
- Begini caranya kamu berterima kasih?
§ Tujuan
menyanggah:
- Apa dengan cara ini semua persoalan dapat selesai?
- Bagaimana jika kita mencari cara yang lain?
- Apa dengan cara ini semua persoalan dapat selesai?
- Bagaimana jika kita mencari cara yang lain?
§ Tujuan meyakinkan:
- Mestikah saya bersumpah di hadapanmu?
- Apa selama ini kata-kata saya cuma pepesan kosong?
- Mestikah saya bersumpah di hadapanmu?
- Apa selama ini kata-kata saya cuma pepesan kosong?
§ Tujuan menyetujui:
- Tak ada alasan untuk ditolak, bukan?
- Apa pantas hal ini saya abaikan?
- Tak ada alasan untuk ditolak, bukan?
- Apa pantas hal ini saya abaikan?
d)
Kalimat seruan adalah
kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan (sakit, marah, terkejut,
hairan, sindiran, sedih, takut, terperanjat, hiba, dan sebagainya). Dalam pelafalan biasanya ditandai dengan intonasi
yang tinggi, sedangkan dalam penulisannya kalimat seruan akan diakhiri dengan
tanda seru (!) atau tanda titik (.).
Adapun macam kalimat seru dan
gunanya adalah :
·
Aduh, untuk
menyatakan perasaan sakit dan kagum
Contoh: - Aduh, sakitnya tangaanku!
- Aduh, besarnya
rumahmu!
·
Aduhai untuk
menyatakan perasaan sedih
Contoh: - Aduhai, sungguh malang
nasibku!
·
Ah untuk
menyatakan tidak setuju atau menolak sesuatu
Contoh : - Ah, saya tetap tidak
mengaku bersalah!
- Ah, alasan itu tidak dapat
kuterima!
·
Amboi/wah
untuk menyatakn perasaan heran atau kagum
Contoh : - Amboi, cantik sekali
gadis itu!
- Wah, indah sekali pemandangan itu!
·
Cis/cih
untuk menyatakan perasaan marah dan benci
Contoh : - Cis, berani dia menentang
aku!
- Cih, mereka tidak kenal siapa
aku!
·
Eh untuk
menyatakan perasaan terkejut atau heran
Contoh: - Eh, kamu sudah sampai !
- Eh, tadi dia ada disini!
4.
Kalimat Berdasarkan Unsur Kalimat
Kalimat yang dilihat dari unsur
kalimatnya dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Kalimat lengkap adalah kalimat yang setidaknya
masih memiliki sebuah subjek dan sebuah predikat.
Contoh :
-Presiden SBY membeli
buku gambar
S P O
- Si Jarwo Pergi
S P
b.
kalimat tak lengkap adalah
kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan bentuk tidak sempurna kadang hanya
berupa sebuah subjek saja, atau sebuah predikat, bahkan ada yang hanya berupa
objeknya saja atau keterangannya saja. Kalimat tidak lengkap ini sering dipakai
untuk kalimat semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan,
larangan, sapaan, dan kekaguman.
Contoh :
- Jangan
dilempar!
- Astaga, indahnya!
- Silakan
Masuk!
- Kapan
menikah?
5.
Kalimat Berdasarkan Susunan Pola Subjek-Predikat
Kalimat yang dilihat dari struktur
Subjek & Predikatnya dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
§ Kalimat Versi
Kalimat
versi adalah kata predikat yang mendahului kata subjek. Kalimat versi biasanya
dipakai untuk penekanan atau ketegasan makna. Kata yang pertama kali muncul
pada kalimat versi merupakan tolak ukur yang akan mempengaruhi makna kalimat,
bahkan kata itu pula yang akan menimbulkan suatu kesan pada pendengarnya.
Contoh:
- Bawa buku itu kemari!
P S
- Ambilkan koran di atas kursi itu!
P
S
- Sepakat kami untuk
berkumpul di taman kota.
S
P
K
§ Kalimat Inversi
Kalimat
inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan
pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
- Penelitian ini dilakukan
mereka sejak 2 bulan yang lalu.
S
P
O
K
- Aku dan dia bertemu
di cafe ini.
S P
K
6. Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)
§ Kalimat Yang Melepas
Kalimat yang
melepas akan terwujud jika kalimat tersebut diawali oleh unsur utama (induk
kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak kalimat ini
seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak kalimat tidak
diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Contoh:
- Saya akan dibelikan vespa
oleh Ayah jikasaya lulus ujian
sarjana.
Induk kalimat/kalimat utama anak kalimat
- Saya akan diizinkan pergi dengan teman-teman jika
saya selesai mengerjakan PR.
Induk kalimat/kalimat utama anak
kalimat
§ Kalimat yang Klimaks
Kalimat
klimaks akan terwujud jika kalimat tersebut diawali oleh anak kalimat dan
diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca
anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang
ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa
berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.
Contoh:
- Karena pola makan yang tidak teratur, penyakit Maagnya sering kambuh
. anak
kalimat
induk kalimat/kalimat utama
§ Kalimat Yang Berimbang
Kalimat yang
berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran bentuk dan
informasinya.
Contoh:
- Bursa saham tampaknya
semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan transaksi,
dan IHSG naik tajam.
- Jika stabilitas nasional
mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat dengan
leluasa.
- Harga pangan saat ini makin melonjak, pedagang dan konsumen
mempermasalahkan harga yang semakin naik.
7. Kalimat Berdasarkan Subjeknya
Berdasarkan
subjeknya kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a)
Kalimat
Aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat
ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-.
Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang tidak dapat
dilekati oleh awalan me–saja), misalnya pergi, tidur, mandi, dll
(kecuali makan dan minum).
Contoh:
- Imbuhan "me-"
Koki itu membuat menu baru
untuk restorannya.
- Imbuhan "ber-"
Kami
bermain di taman.
Kalimat aktif dapat dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:
·
Kalimat
Aktif Transitif adalah kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap
dan mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek. Predikatnya
biasanya berawalam “me-“ dan selalu dapat dirubah kedalam bentuk kalimat pasif
yang predikatnya berawalan “di-“.
Contoh:
Kami
membuat kue. (kalimat aktif) dapat dirubah menjadi
Kue
dibuat oleh kami. (kalimat pasif).
·
Kalimat
Aktif Intransitif adalah kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap
dan mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek. Predikat
pada kalimat ini biasanya berawalan “ber-“. Kalimat ini tidak dapat dirubah
menjadi kalimat pasif.
Contoh:
- Kami berjaga diluar rumah.
- Andi berteriak dari dalam kamar mandi.
·
Kalimat Semi
Transitif adalah jenis kalimat yang tidak dapat dirubah kedalam bentuk pasif, hal
itu dikarenakan adanya unsur pelengkap bukannya objek. Ciri-cirinya berupa
adanya subjek,predikat,pelengkap,dan tanpa atau dengan keterangan.
Contoh:
- Tata tertib ini berdasarkan keputusan bersama.
S P Pel
- Dia
menjadi ketua kelas.
S P Pel
b)
Kalimat
Pasif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat
bentuk ini memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan “di-“ dan “ter-“
dan diikuti kata depan “oleh”. Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 bentuk,
yaitu:
·
Kalimat
Pasif Biasa adalah kalimat pasif yang terdapat di kalimat aktif
transitif. Untuk predikatnya sendiri selalu berawalan dengan imbuhan “di-“,
“ter-“ dan “ke-an”.
Contoh:
- Sampah
dibuang Rina.
- Barang
itu dijual paman.
·
Kalimat
Pasif Zero adalah kalimat yang unsur objek pelaku berdekatan dengan unsur objek
penderita tanpa ada sisipan dari kata yang lain. Ciri lainnya ialah unsur
predikat berakhiran “-kan” sehingga membuat awalan “di-“ menghilang dari
predikat. Predikat juga bisa menggunakan kata dasar yang bersifat kata kerja,
kecuali kata kerja "aus" (kata kerja yang tidak bisa menggunakan
awalan “me-“ dan “ber-“).
Contoh:
- akan saya sampaikan pesanmu.
- Saya berikan bukuku.
v Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat
pasif :
1. Subjek pada kalimat aktif
dijadikan objek pada kalimat pasif.
2. Awalan me- diganti dengan di-.
3. Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
Contoh : Bapak memancing ikan.
(aktif)
.
Ikan dipancing oleh bapak. (pasif)
4. Jika subjek kalimat akrif
berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus, kemudian subjek dan
predikat dirapatkan.
Contoh : Aku harus memngerjakan PR.
(aktif)
.
PR harus kukerjakan. (pasif)
8. Kalimat
Mayor dan Minor
a)
Kalimat mayor adalah
kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur pusat (inti).
Kalimat mayor klausanya minimal harus terdiri atas subjek dan predikat.
misalnya :
- Saya
mengantuk.
- Presiden berkunjung ke Australia.
- Susilo pergi
- Presiden berkunjung ke Australia.
- Susilo pergi
b) kalimat minor adalah
kalimat yang mengandung satu unsur pusat (inti). Kalimat minor hanya
dibentuk oleh subjek atau predika atau objek bahkan keterangan saja. Meskipun
hanya dibentuk dengan satu kata, kalimat minor dapat dipaham pesannya karena
sudah diketahui konteksnya (kalimat,situasi,topic yang dibicarakan). Kalimat
dapat berupa kalimat jawaban-jawaban singkat,seruan, pertanyaan, salam, dan
sapaan.
Contoh :
- pergi!
- mana?
- hai!
-diam!
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian-uraian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Kalimat
adalah satuan bahasa yang mengandung pikiran lengkap. Sebuah kalimat paling
kurang mengandung subjek dan predikat.
2. Kalimat
memiliki unsur penyusun kalimat, yaitu Subjek,Predikat,objek,dan Predikat
(SPOK).
3. Pola dasar
kalimat adalah :
1. KB + KK
2. KB + KS
3. KB + KBil
4. KB + (KD +
KB)
5. KB1 + KK +
KB2
6. KB1 + KK +
KB2 + KB3
7. KB1 + KB2
4. Jenis-jenis Kalimat :
1. Kalimat berdasarkan pengucapan
2. Kalimat berdasarkan jumlah frasa
(struktur gramatikalnya)
3. Kalimat berdasarkan isi atau fungsinya
4. Kalimat berdasarkan unsur kalimat
5. Kalimat Berdasarkan Susunan Pola Subjek-Predikat
6. Kalimat berdasarkan bentuk gaya
penyajiannya(retorikanya)
7. Kalimat berdasarkan subjeknya
8. Kalimat Mayor dan Minor
9. Kalimat Efektif
No comments :
Post a Comment