TUGAS :
BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN
TEORI-TEORI BELAJAR
v Nama : Hasmirah
v Nim : 1384205024
v Jurusan : Biologi
v Semester :
2 ( Dua )
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Yayasan
Perguruan Islam Maros (STKIP YAPIM)
Tahun
Ajaran 2013/2014
TEORI
- TEORI BELAJAR
1.
Sebelum Abad ke-20,
Teori Belajar Klasik :
A. Humanistik
B. Teistik
C. Naturalis
D. Apersepa
2.
Setelah Abad ke-20,
Teori Belajar Modern :
A. Respon
Stimulus Bond Teori
B. Kondisioning
instrument
C. Kondisioning
operan
D. Penguatan
E. Kognisi
3.
Teori
konstruksitivistik.
1.
Sebelum
Abad ke-20, Teori Belajar Klasik :
a.
Menurut teori
humanistik tujuan belajar adalah untuk
memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu
mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik cenderung bersifat
eklektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya
tercapai. Aplikasi teori
humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk berfikir
induktif. Teori ini juga amat mementingan faktor pengalaman dan keterlibatan
siswa secara aktif dalam belajar.
Teori disiplin mental humanistic, bersumber pada psikologi
humanisme klasik dari Plato
dan Aristoteles. Humanistic terbagi menjadi dua yaitu pschycidelic (dengan melakukan
sendiri), dan scientistic (dengan
memecahkan masalah). Teori ini hampir sama dengan teori pertama bahwa anak
memiliki potensi-potensi. Potensi perlu dilatih agar berkembang. Perbedaannya
dengan teori disiplin mental theistic
, teori tersebut menekankan, keseluruhan, keutuhan. Pendidikanya menekankan
bagian-bagian, latihan bagian atau aspek tertentu. Teori disiplin mental humanistic lebih menekankan
pendidikan umum (general education)
kalau orang menguasi hal-hal yang bersifat umum akan mudah ditransfer atau
diaplikasikan pada hal-hal yang bersifat yg khusus.
b.
Teori
disiplin mental theistic,
berasal dari psikologi daya. Menurut teori ini individu atau anak mepunyai
sejumlah daya mental seperti daya untuk mengamati, menganggap, mengingat,
berfikir, memecahkan masalah dan sebagainya. Belajar merupakan proses melatih
daya-daya tersebut. Jika daya-daya tersebut terlatih maka dengan mudah dapat
digunakan untuk menhadapi atau memecahkan berbagai masalah.
c.
Teori naturalisme (perkembangan alamiah) atau unfoldment atau self
actualization. Teori ini berpangkal dari psikologi naturalisme romantic,
dengan tokoh utamanya Jean Jacques
Rouseau. Sama dengan teori kedua sebelumnya bahwa anak mempunyai
sejumlah potensi atau kemampuan. Kelebihan dari teori ini, berasumsi bahwa
individu bukan saja hanya mempunyai potensi atau kemampuan untuk berbuat atau
melakukan berbagai tugas, tetapi juga memiliki kemauan dan kemampuan
untuk belajar dan belajar sendiri. Agar anak dapat berkembang dan menaktualisasikan
segala potensi yang dimilikinya. Pendidik atau guru perlu menciptakan situasi
permisif yang jelas. Melalui situasi demikian, ia dapatg belajar sendiri dan
mencapai perkembangan secara optimal.
d.
Teori belajar yang keempat adlah
teori apersepsi, disebut juga herbartisme, bersumber pada psikologi
structuralisme dengan tokoh utamanya Herbart.
Menurut aliran ini, belajar adalah membentuk masa apersepsi. Anak mempunyai
kemampuan untuk mempelajari sesuatu. Hasil dari suatu perbuatan belajar disimpan
dan membentuk suatu masa apersepsi (mengasosiasikan gagasa-gagasan yang lama
kegagasan baru), dan masa apersepsi ini digunakan untuk mempelajari atau
menguasai pengetahuan selanjutnya, semakin tinggi perkembangan anak, semakin
tinggi pula masa apersepsinya
2. Setelah
Abad ke-20, Teori Belajar Modern :
a. Teori
stimulus dan Respon
Maksud
dari teori ini yakni Belajar ialah suatu interaksi antara Stimulus dan Respon.
Stimulus adalah hal – hal yang merangsang terjadinya kegiatan belajar, seperti
pikiran, perasaan dan lain – lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.
Sedangkan Respon adalah reaksi yang dimunculkan anak didik oleh ketika belajar,
yang berupa gerakan, tindakan dan lain – lain.
Stimulus adalah apa
saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya alat peraga, gambar atau charta
tertentu dalam rangka membantu belajarnya. Stimulus ini dapat terintegrasi
dengan baik melalui perencanaan program pembelajaran yang baik lengkap dengan
alat-alat yang membentu siswa mencapai tujuan belajar. Sedangkan respons
adalah reaksi siswa terhadap stimulus yang telah diberikan oleh guru tersebut,
reaksi ini haruslah dapat diamati dan diukur.
Edward Lee Thorndike, menemukan
teori Stimulus dan Respon setelah melakukan percobaan, yang dinamakan trial
and error (Mencoba dan kegagalan) percobaan yang terkenal adalah percobaan
yang dilakukan pada seekor kucing yang dimasukkan dalam sebuah kurungan yang
disebut problem box. Dalam keadaan lapar, terkunci dalam kurungan yang
hanya bisa dibuka ketika menekan tombol engsel dari dalam, diberikan daging
ikan diluar kurungan sebagai hadiah buat kucing jika berhasil keluar.
Dan dari
percobaan itu muncul beberapa teori, yakni:
1.
Law of effect
Artinya,
jika sebuah Respon menghasilkan efek yang memuaskan maka hubungan stimulus dan
respon akan semakin kuat.
2.
Law of readiness
Yaitu
kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme berasal dari
pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit)
3.
Law of exercise
Maksudnya
adalah hubungan antara Stimulus dan Respon akan semakin kuat bila sering
dilatih, dan akan melemah jika jarang dilatih.
Menurut teori Thorndike inti
teorinya yaitu ketika melakukan sesuatu memang harus ada kegagalan-kegagalan
sebelumnya. Ketika ia gagal maka ia akan terus mencoba sampai akhirnya ia bisa
berhasil. Dalam artian inti dari teori Thorndike ini adalah sistem coba-coba.
Contoh dalam kegiatan sehari-hari
saya yaitu pada awalnya saya tidak memasak sayur tetapi saya selalu mencoba
untuk latihan, terkadang sayurnya keasinan terkadang juga kurang asin akan
tetapi setelah latihan dan mencoba memasak berulang kali maka saya juga
terbiasa dan akhirnya sayur yang saya masak sudah enak dimakan dan rasanya juga
sudah seimbang baik rasa asin dan kecutnya.
b. Operant
Conditioning (Pembiasaan Perilaku Respon)
Kemudian muncul Burhus Frederic Skinner dengan teorinya Operant Conditioning (Pembiasaan Perilaku Respon) yang mengadakan eksperimen terhadap tikus. Respon dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respon tertentu. Dari teori ini dapat disimpulkan bahwa proses belajar tunduk kepada dua hukum, yaitu:
Kemudian muncul Burhus Frederic Skinner dengan teorinya Operant Conditioning (Pembiasaan Perilaku Respon) yang mengadakan eksperimen terhadap tikus. Respon dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respon tertentu. Dari teori ini dapat disimpulkan bahwa proses belajar tunduk kepada dua hukum, yaitu:
(1) Law of operant conditioning, yaitu jika timbulnya
tingkah laku operant diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah
laku tersebut akan meningkat.
(2) Law of operant extinction, yaitu jika timbulnya tingkah laku operant tidak diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku tersebut akan menurun bahkan musnah. Dan konsekuensi tingkah laku itu ada yang menyenangkan (berupa reward) dan tidak menyenangkan (berupa punisment).
(2) Law of operant extinction, yaitu jika timbulnya tingkah laku operant tidak diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku tersebut akan menurun bahkan musnah. Dan konsekuensi tingkah laku itu ada yang menyenangkan (berupa reward) dan tidak menyenangkan (berupa punisment).
c.
Penguatan (reinforcement)
Penguatan adalah proses belajar
untuk meningkatkan kemungkinan dari sebuah perilaku dengan memberikan atau
menghilangkan rangsangan. Prinsip penguatan dibagi menjadi dua, yaitu penguatan
positif dan penguatan negatif.
Konsekuensi yang menyenangkan akan
memperkuat perilaku disebut penguatan (reinforcement) sedangkan konsekuensi
yang tidak menyenangkan akan memperlemah perilaku disebut dengan
hukuman(punishment).
a. Positive Reinforcement
(Penguatan Positif)
Penguatan positif (positive
reinforcement) adalah suatu rangsangan yang diberikan untuk memperkuat
kemungkinan munculnya suatu perilaku yang baik sehingga respons menjadi
meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung. Sebagai contoh,
seorang anak yang pada dasarnya memiliki sifat pemalu diminta oleh guru maju ke
depan kelas untuk menceritakan sebuah gambar yang dibuat oleh anak itu sendiri.
Setelah anak tersebut membacakan cerita, guru memberikan pujian kepada anak
tersebut dan teman-teman sekelasnya bertepuk tangan. Ketika hal tersebut
berlangsung berulang-ulang, maka pada akhirnya anak tersebut menjadi lebih berani
untuk maju ke depan kelas, bahkan kemungkinan sifat pemalunya akan hilang.
Rangsangan yang diberikan untuk
penguatan positif dapat berupa hal-hal dasar seperti, makanan, minuman, sex,
dan kenyamanan pisikal. Selain itu, beberapa hal-hal lain seperti uang,
persahabatan, cinta, pujian, penghargaan, perhatian, dan kesuksesan karir juga
dapat digunakan sebagai rangsangan penguatan positif
b. Negative Reinforcement
(Penguatan Negatif)
Negative Reinforcement adalah
peningkatan frekwensi suatu perilaku positif karena hilangnya rangsangan yang
merugikan (tidak menyenangkan). Sebagai contoh, seorang ibu yang
memarahi anaknya setiap pagi karena tidak membersihkan tempat tidur, tetapi
suatu pagi si anak tersebut membersihkan tempat tidurnya tanpa di suruh dan si
ibu tidak memarahinya, pada akhirnya si anak akan semakin rajin membersihkan
tempat tidurnya diringi dengan berkurangnya frekwensi sikap kemarahan dari
ibunya.
Perbedaan mutlak penguatan
negatif dengan penguatan positif terletak pada penghilangan dan penambahan
stimulus yang sama-sama bertujuan untuk meningkatkan suatu perilaku yangbaik.
* Penguatan Positif + Stimulus => Perilaku baik
* Penguatan Positif + Stimulus => Perilaku baik
* Penguatan Negatif – Stimulus
=> Perilaku baik
2.
Penguatan primer dan sekunder
Penguat primer adalah penguatan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan fisik seperti air, makanan, udara dll. Sedangkan penguatan
sekunder adalah penguatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan non fisik
seperti pujian, pangkat, uang dll.
4.
No comments :
Post a Comment