KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu sesuai dengan waktu yang ditentukan. Adapun yang menjadi
judul makalah kami adalah “Pendekatan
Mencari Kebenaran” dalam makalah ini membahas tentang cara mencari
kebenaran dari suatu pendekatan yaitu pendekatan ilmiah dan non ilmiah, berbagai teori kebenaran,
Tujuan
kami menulis makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas dari dosen yang
membimbing saya”Drs. H. Abd.
AzisZakaria, M.pd” dalam mata kuliah Filsafat.
Dalam makalah ini kami juga
menyadari masih banyak kekurangan yang menyebabkan makalah ini menjadi tidak sempurna, baik dalam
penulisan maupun isinya, untuk ini dengan hati yang terbuka kami menerima
kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga
makalah ini bermanfaat, khususnya bagi mahasiswa yang mengikuti perkuliahan .
Maros
, 06 desember 2014
penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR
ISI................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUA........................................................................... 1
1.1
Latar
Belakang............................................................................ 1
1.2
Rumusan
Masalah....................................................................... 1
BAB II
PENDEKATAN MENCARI KEBENARAN................................. 2
A. Pendekatan
mencari kebenaran....................................................... 2
B. teori kebenaran.............................................................................. 4
BAB III PENUTUP................................................................................... 14
A. Simpulan........................................................................................ 14
B. Saran.............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 15
A.
PENDEKATAN
MENCARI KEBENARAN
Kebenaran dapat diperoleh manusia
melaui pendekatan non ilmiah atau pendekatan
ilmiah.
1. Pendekatan Non-ilmiah
Pendekatan non-ilmiah yang banyak
digunakan antara lain:
a. Akal
sederhana dan prasangka
Akal
sederhana (biasa disebut juga akal sehat). Akal sederhana merupakan serangkaian
konsep atau bagan konseptual yang memuaskan untuk digunakansecara praktis. Akal
sederhana dapat menghasilkan kebenaran dan dapat pula menyesatkan Karna
kebenaran yang diperoleh dengan akal sederhana sangat dipengaruhi oleh
kepentingan yang menggunakannya, maka sering orang mempersempit pengamatannya
kepada hal halyengbersifat negatif saja. Dalam penggunaan sehari-hari ,
prasangka pada umumnya diberi konotasi negatif.
b. Intuisi
dan pengalaman
Dalam pendekatan
intuitif, orang menetukan pendapat mengenai sesuatu dengan cepat sekali melalui
proses luar sadar tanpa menggunakan penalaran dan proses berfikir. Dengan
intuisi, orang memberikan penilaian tanpa didahului dengan suatu perenungan.
Pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.
Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua
pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan yang
benar. Menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar memerlukan berpikir
kritis dan logis.
c. Penemuan
kebetulan dan coba-coba
Penemuan
secara kebetulan diperoleh tanpa rencana, tidak pasti, serta tidak melalui
langkah-langkah sistematis dan tidak terkendali. Penenmuan secara coba-coba
diperoleh petunjuk yang jelas samapi seseorang menemukan sesuatu. Penemuan
dengan coba-coba pada umunya tidak efisien dan tidak terarah.
d. Otoritas dan kekuasaan
Otoritas ilmiah
biasanya dimiliki oleh orang-orang yang telah menempuh pendidikan formal
tertinggi, atau mempunyai pengalaman kerja ilmiah dalam suatu bidang tertentu.
Pendapat mereka sering diterimah tenpa diuji, karna dipandang benar. Kebenaran
tersebut diterimah karena otoritas ilmiah, yang adakalanya kalau diuji ternyata
tidak benar.
Otoritas seorang
pemimpin politik dapat menghasilkan suatu kebenaran yang diterima oleh
masyarakat. Dalam kehidupan manusia sehari-hari , banyak kebiasaan dan tradisi
yang dilakukan tanpa melalui penalaran.
2.
Pendekatan
Ilmiah
Pengetahuan yang diperoleh dengan
pendekatan ilmiah pada umumnya melalui suatu penelitian yang berdasar pada
suatu teori tertentu. Teori ini berkembang melalui penelitian, yaitu
penelitian yang sistematis dan terkontrol berdasarkan data empiris. Pendekatan
ilmiah akan menghasilkan kesimpulan yang serupa bagi hampir setiap orang,
karena pendekatan tersebut tidak diwarnai oleh keyakinan pribadi, bias, dan
perasaan. Metode ilmiah yang pertama kali diperkenalkan oleh Jhon Dewey adalah
perpaduan antara proses berfikir deduktif dan induktif untuk memecahkankan
masalah.
Langkah-langkah pemecahan masalah
secara garis besar dapat dikemukakan
sebagai berikut:
a. Merasakan adanya masalah, dan masalah tersebut
mendorong perlunya pemecahan.
b. Merumuskan
atau membatasi masalah.
c. Mencoba
mengajukan pemecahan masalah dalam bentuk hipotesis.
d. Merumuskan
masalah dan akibat dari hipotesis yang dirumuskan secara deduktif.
e. Menguji
hipotesis yang diajkan berdasarkan fakta empiris yang telah dikumpulkan.
f. Hasil
pengujian hipotesis secara ilmiah inilah akan menjadi masukan dan pertimbangan
penting dalam menyelesaikan masalah.
B.
TEORI KEBENARAN
Teori
kebenaran dapat dibedakan menjadi 6 yang terdiri atas:
1. Teori
kebenaran koherensi
Teori
kebenaran koherensi mengatakan bahwa suatu pernyataan benar apabila berkaitan
dengan pernyataan lain (terdahulu) yang bernilai benar. Suatu pernyataan
bernilai benar bila mempunyai hubungan logis bernilai benar yang dapat
dibuktikan dengan hukum-hukum logika. Menurut teori ini, kebenaran tidak
ditemukan dalam kesesuaian antara proposisi dengan kenyataan, melainkan dalam
hubungan antara proposisi baru dengan proposisi yang sudah ada.
2. Teori
kebenaran korespondensi
Teori kebenaran
korespondensi mengatakan bahwa suatu pernyataan bernilai benar apabila ada
kesesuaian dengan fakta yang disaksikan oleh panca indera. Menurut Aristoteles
meletakkan dasar bagi teori kebenaran korespondensi bahwa kebenaran adalah
korespondensi atau persesuaian antara
apa yang dikatakan dengan kenyataan. Menurut teori ini, kebenaran adalah soal
kesesuaian antara apa yang diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang
sebenarnya
3. Teori
kebenaran pragmatis
Teori kebenaran
prgmatis mengatakan bahwa pengetahuan bernilai benar apabila dapat digunakan
dan bermanfaat kepada orang yang memiliki pengetahuan itu. Pierce mengatkan
bahwa ide yang jelas dan benar mau tidak mau mempunyai konsekuensi praktis pada
tindakan tertentu. Artinya kalau ide itu benar, ketika diterapkan akan berguna
dan berhasil untuk memecahkan sutu persoalan dan menentukan perilaku manusia.
Jhon Dewey dan kaum pragmatis lainnya juga
menekankan pentinhnya ide yang benar bagi kegiatan ilmiah. Menurut Dewey
penelitian ilmiah selalu diilhami oleh suatu keraguan awal, suatu
ketidakpastian, suatu kesangsian akan sesuatu. Kebenaran pragmatis tidak hanya
sesuai dengan kenyataan, melainkan juga pernyataan yang benar itu (yang sesuai
kenyataan memang dalam kenyataannya berguna bagi manusia.
4. Teori
kebenaran semantik
Teori ini berdasarkan
pada arti pernyataan yang ditinjau dari segi maknanya. Pernyataan itu
menunjukkan makna yang sesungguhnya, atau juga arti yang bersifat definitf yang jelas dengan menunjukkan ciri
khas yang ada.
5.
Teori kebenaran performatif.
Menurut teori ini,
suatu pernyataan dianggap benar kalau pernyataan itu menciptakan relitas. Jadi,
pernyataan yang benar bukanlah pernyataan yang mengungkapkan realitas, akan
tetapi justru dengan pernyataan itu tercipta suatu realitas sebagaimana yang
diungkapkan dalam pernyataan itu.
Teori ini dapat digunakan secara positif, dan juga
digunakan secara negatif.
·
Secara positif, dengan pernyataan
tertentu orang berupaya mewujudkan apa yang dinyatakannya.
·
Secara negatif, orang dapat pula
terlena dengan pernyataan atau ungkapannya seakan pernyataan atau ungkapan itu
sama dengan realitas begitu saja
6.
Teori kebenaran logika yang berlebihan
Teori
ini berdasarkan pada logika yang berlebihan dalam berbahasa. Misalnya, mati itu
sesudah hidup, atau lingkaran itu bundar.
` Van Den Berg mengatakan bahwa kebenaran
atas pengetahuan yang diperoleh memiliki enam tingkatan, yaitu:
1) Tidak
tahu sma sekali.
2) Ragu-ragu
(bimbang).
3) Dugaan.
4) Dugaan
yang kuat.
5) Yakin.
6) Pasti.
Dalam hal ini,
kebenaran diartikan sebagai persesuaian antara pengertian kita tentang sesuatu
dengan barangnya itu sendiri. Seperti telah dikatakan bahwa yang dibutuhkan
bukan hanya kebenaran logis, melainkan juga kebenaran empiris. Diharapkan pula
bahwa kebenaran ilmiah yang logis dan empiris itu akhirnya dapat diterapkan dan
digunakan bagi kehiduan manusia.
Struktur
kebenaran ilmiah yang dimaksud adalah kebenaran ilmiah selalu dicapai
berdasarkan kesimpulan yang logis dan rasional dari proposisi atau
premis-premis tertentu. Dengan demikian, proposisi yang menjadi kesimpulan yang
dianggap benar dapt diperoleh melalui deduksi dan induksi. Kesimpulan
berdasarkan deduksi berarti diperoleh sebagai konsekuensi logis dari proposisi
tertentu yang dianggap benar. Kebenaran yang dicapai berdasarkan induksi ,
berarti melalui proses perampatan (generalization)
yang mengungkapkan hubungan tertentu di antara berbagai fakta yang telah
ditemukan.
Kebenaran ilmiah
dianggap sebagai kebenaran yang berlaku universal. Artinya proposisi,
kesimpulan, atau teori yang diterima sebagai benar, tidak hanya benar bagi
orang tertentu juga benar bagi semua orang dapat menggunakan akal budinya
secara baik.
No comments :
Post a Comment