Flaming Arrow Glitter Purple Winnie The Pooh Glitter

Wednesday, 12 November 2014

teori teori belajar, makalah belajar dan pembelajaran



TUGAS :
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
TEORI-TEORI BELAJAR

Nama        :        Hasmirah
Nim           :        1384205024
Jurusan     :        Biologi
Semester  :        2 ( Dua )






Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Yayasan
Perguruan Islam Maros (STKIP YAPIM)
Tahun Ajaran 2013/2014
TEORI - TEORI BELAJAR
1.                Sebelum Abad ke-20, Teori Belajar Klasik :
A.    Humanistik
B.    Teistik
C.    Naturalis
D.   Apersepa
2.                Setelah Abad ke-20, Teori Belajar Modern :
A.    Respon Stimulus Bond Teori
B.    Kondisioning instrument
C.    Kondisioning operan
D.   Penguatan
E.     Kognisi
3.                Teori konstruksitivistik.




1.                Sebelum Abad ke-20, Teori Belajar Klasik :
a.                 Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik cenderung bersifat eklektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai.   Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk berfikir induktif. Teori ini juga amat mementingan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.
          Teori disiplin mental humanistic, bersumber pada psikologi humanisme klasik dari Plato dan Aristoteles. Humanistic terbagi menjadi dua yaitu pschycidelic (dengan melakukan sendiri), dan scientistic (dengan memecahkan masalah). Teori ini hampir sama dengan teori pertama bahwa anak memiliki potensi-potensi. Potensi perlu dilatih agar berkembang. Perbedaannya dengan teori disiplin mental theistic , teori tersebut menekankan, keseluruhan, keutuhan. Pendidikanya menekankan bagian-bagian, latihan bagian atau aspek tertentu. Teori disiplin mental humanistic lebih menekankan pendidikan umum (general education) kalau orang menguasi hal-hal yang bersifat umum akan mudah ditransfer atau diaplikasikan pada hal-hal yang bersifat yg khusus.
b.                Teori disiplin mental theistic, berasal dari psikologi daya. Menurut teori ini individu atau anak mepunyai sejumlah daya mental seperti daya untuk mengamati, menganggap, mengingat, berfikir, memecahkan masalah dan sebagainya. Belajar merupakan proses melatih daya-daya tersebut. Jika daya-daya tersebut terlatih maka dengan mudah dapat digunakan untuk menhadapi atau memecahkan berbagai masalah.

c.                 Teori naturalisme (perkembangan alamiah) atau unfoldment atau self actualization. Teori ini berpangkal dari psikologi naturalisme romantic, dengan tokoh utamanya Jean Jacques Rouseau. Sama dengan teori kedua sebelumnya bahwa anak mempunyai sejumlah potensi atau kemampuan. Kelebihan dari teori ini, berasumsi bahwa individu bukan saja hanya mempunyai potensi atau kemampuan untuk berbuat atau melakukan berbagai  tugas, tetapi juga memiliki kemauan dan kemampuan untuk belajar dan belajar sendiri. Agar anak dapat berkembang dan menaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya. Pendidik atau guru perlu menciptakan situasi permisif yang jelas. Melalui situasi demikian, ia dapatg belajar sendiri dan mencapai perkembangan secara optimal.
d.                Teori belajar yang keempat adlah teori apersepsi, disebut juga herbartisme, bersumber pada psikologi structuralisme dengan tokoh utamanya Herbart. Menurut aliran ini, belajar adalah membentuk masa apersepsi. Anak mempunyai kemampuan untuk mempelajari sesuatu. Hasil dari suatu perbuatan belajar disimpan dan membentuk suatu masa apersepsi (mengasosiasikan gagasa-gagasan yang lama kegagasan baru), dan masa apersepsi ini digunakan untuk mempelajari atau menguasai pengetahuan selanjutnya, semakin tinggi perkembangan anak, semakin tinggi pula masa apersepsinya
2.  Setelah Abad ke-20, Teori Belajar Modern :
a.  Teori stimulus dan Respon
          Maksud dari teori ini yakni Belajar ialah suatu interaksi antara Stimulus dan Respon. Stimulus adalah hal – hal yang merangsang terjadinya kegiatan belajar, seperti pikiran, perasaan dan lain – lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan Respon adalah reaksi yang dimunculkan anak didik oleh ketika belajar, yang berupa gerakan, tindakan dan lain – lain.
          Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya alat peraga, gambar atau charta tertentu dalam rangka membantu belajarnya. Stimulus ini dapat terintegrasi dengan baik melalui perencanaan program pembelajaran yang baik lengkap dengan alat-alat yang membentu siswa mencapai tujuan belajar. Sedangkan respons adalah reaksi siswa terhadap stimulus yang telah diberikan oleh guru tersebut, reaksi ini haruslah dapat diamati dan diukur.
          Edward Lee Thorndike, menemukan teori Stimulus dan Respon setelah melakukan percobaan, yang dinamakan trial and error (Mencoba dan kegagalan) percobaan yang terkenal adalah percobaan yang dilakukan pada seekor kucing yang dimasukkan dalam sebuah kurungan yang disebut problem box. Dalam keadaan lapar, terkunci dalam kurungan yang hanya bisa dibuka ketika menekan tombol engsel dari dalam, diberikan daging ikan diluar kurungan sebagai hadiah buat kucing jika berhasil keluar.
Dan dari percobaan itu muncul beberapa teori, yakni:
1.                Law of effect
Artinya, jika sebuah Respon menghasilkan efek yang memuaskan maka hubungan stimulus dan respon akan semakin kuat.
2.                Law of readiness
Yaitu kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme berasal dari pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit)
3.                Law of exercise
Maksudnya adalah hubungan antara Stimulus dan Respon akan semakin kuat bila sering dilatih, dan akan melemah jika jarang dilatih.
          Menurut teori Thorndike inti teorinya yaitu ketika melakukan sesuatu memang harus ada kegagalan-kegagalan sebelumnya. Ketika ia gagal maka ia akan terus mencoba sampai akhirnya ia bisa berhasil. Dalam artian inti dari teori Thorndike ini adalah sistem coba-coba.
          Contoh dalam kegiatan sehari-hari saya yaitu pada awalnya saya tidak memasak sayur tetapi saya selalu mencoba untuk latihan, terkadang sayurnya keasinan terkadang juga kurang asin akan tetapi setelah latihan dan mencoba memasak berulang kali maka saya juga terbiasa dan akhirnya sayur yang saya masak sudah enak dimakan dan rasanya juga sudah seimbang baik rasa asin dan kecutnya.
b. Operant Conditioning (Pembiasaan Perilaku Respon)
          Kemudian muncul Burhus Frederic Skinner dengan teorinya Operant Conditioning (Pembiasaan Perilaku Respon) yang mengadakan eksperimen terhadap tikus. Respon dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respon tertentu. Dari teori ini dapat disimpulkan bahwa proses belajar tunduk kepada dua hukum, yaitu:
 (1) Law of operant conditioning, yaitu jika timbulnya tingkah laku operant diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku tersebut akan meningkat.
(2) Law of operant extinction, yaitu jika timbulnya tingkah laku operanwww.indomaterikuliah.comt tidak diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku tersebut akan menurun bahkan musnah. Dan konsekuensi tingkah laku itu ada yang menyenangkan (berupa reward) dan tidak menyenangkan (berupa punisment).
c. Penguatan (reinforcement)
          Penguatan adalah proses belajar untuk meningkatkan kemungkinan dari sebuah perilaku dengan memberikan atau menghilangkan rangsangan. Prinsip penguatan dibagi menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.
          Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku disebut penguatan (reinforcement) sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan akan memperlemah perilaku disebut dengan hukuman(punishment).
a. Positive Reinforcement (Penguatan Positif)
Penguatan positif (positive reinforcement) adalah suatu rangsangan yang diberikan untuk memperkuat kemungkinan munculnya suatu perilaku yang baik sehingga respons menjadi meningkat  karena diikuti dengan stimulus yang mendukung. Sebagai contoh, seorang anak yang pada dasarnya memiliki sifat pemalu diminta oleh guru maju ke depan kelas untuk menceritakan sebuah gambar yang dibuat oleh anak itu sendiri. Setelah anak tersebut membacakan cerita, guru memberikan pujian kepada anak tersebut dan teman-teman sekelasnya bertepuk tangan. Ketika hal tersebut berlangsung berulang-ulang, maka pada akhirnya anak tersebut menjadi lebih berani untuk maju ke depan kelas, bahkan kemungkinan sifat pemalunya akan hilang.
Rangsangan yang diberikan untuk penguatan positif dapat berupa hal-hal dasar seperti, makanan, minuman, sex, dan kenyamanan pisikal. Selain itu, beberapa hal-hal lain seperti uang, persahabatan, cinta, pujian, penghargaan, perhatian, dan kesuksesan karir juga dapat digunakan sebagai rangsangan penguatan positif
       b. Negative Reinforcement (Penguatan Negatif)
Negative Reinforcement adalah peningkatan frekwensi suatu perilaku positif karena hilangnya rangsangan yang  merugikan (tidak menyenangkan). Sebagai contoh,  seorang ibu yang memarahi anaknya setiap pagi karena tidak membersihkan tempat tidur, tetapi suatu pagi si anak tersebut membersihkan tempat tidurnya tanpa di suruh dan si ibu tidak memarahinya, pada akhirnya si anak akan semakin rajin membersihkan tempat tidurnya diringi dengan berkurangnya frekwensi sikap kemarahan dari ibunya.
Perbedaan mutlak penguatan negatif dengan penguatan positif terletak pada penghilangan dan penambahan stimulus yang sama-sama bertujuan untuk meningkatkan suatu perilaku yangbaik.
* Penguatan Positif + Stimulus => Perilaku baik
     * Penguatan Negatif – Stimulus => Perilaku baik         
2.    Penguatan primer dan sekunder
Penguat primer adalah penguatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisik seperti air, makanan, udara dll. Sedangkan penguatan sekunder adalah penguatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan non fisik seperti pujian, pangkat, uang dll.
4.









No comments :

BLOG HASMIRAH